5. Nafkah lahir dan batin

801 104 9
                                    

"Kita menikah bukan karena cinta."

"Ya, tapi kamu harus tetap melakukan kewajiban kamu sebagai seorang istri. Dan saya juga akan melakukannya, menafkahi kamu secara lahir dan batin."

$$$

"Kamu udah resmi resign, kan?" tanya Pra. Sudah hampir seminggu sejak pertemuan Lily dengan kedua orang tua Pra. Dan kini mereka sedang ada di dalam mobil, dalam perjalanan untuk melakukan fitting baju pernikahan mereka.

"Udah. Agak ribet karena resign tiba-tiba. Tapi karena kamu bayar pinalti, semuanya jadi mudah."

"Kita gak punya banyak waktu."

"Kamu aja yang selalu buru-buru."

"Waktu itu sangat berharga. Abis fitting baju, saya juga harus pergi lagi. Nanti kamu ikut sama Indra."

"Ikut kemana?"

"Ke apartemen. Gak mungkin kamu tetep tinggal di tempat kos itu padahal sebentar lagi kita mau menikah."

Di tempat kos itu. Entah kenapa Lily kurang suka dengan cara Pra membicarakan tempat tinggalnya. Mungkin bagi Pra, tempat kos nya hanya seperti kandang kambing. Tapi terserah lah, toh, dia akan memberikan tempat tinggal yang baru. Yang Lily yakin akan seribu kali lebih baik daripada tempat tinggalnya saat ini.

"Hari Minggu memang kantor kamu gak libur?"

"Pekerjaan saya bukan hanya di kantor."

Sudah, Lily tak mau banyak basa-basi lagi. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat tujuan.

Pra yang lebih dulu mencoba pakaiannya. Pernikahan mereka nanti akan bertema modern, jadi tidak berlangsung lama dan tidak melakukan begitu banyak prosesi. Lalu yang diundang pun hanya kerabat dekat dan beberapa orang penting saja. Seperti yang sudah sering dikatakan Pra, bahwa waktu sangatlah penting. Jadi, dia bahkan tak ingin menghabiskan waktunya untuk acara pernikahan selama satu hari penuh.

Sekarang giliran Lily yang mencoba gaun pernikahannya. Katanya, pernikahannya akan dimulai dari pukul delapan pagi, dan selesai pada pukul sebelas siang. Ya, sesingkat itu. Dan jujur, Lily juga sangat tidak keberatan. Lagipula ia tidak suka dengan pernikahan yang banyak prosesnya seperti beberapa pernikahan teman-temannya yang pernah Lily hadiri. Mana ada acara sungkeman segala, sedangkan Lily tidak punya siapa-siapa untuk disungkem. Bukankah itu akan jadi momen yang amat menyedihkan nantinya?! Jadi untunglah calon suaminya ini sangat pelit dengan waktu. Jadi untuk pernikahan pun, dia tidak ingin menyita banyak waktu.

Lily keluar dari ruang ganti. Tubuhnya yang ramping sudah dibalut dengan dress putih yang nampak sederhana namun begitu elegan. Tidak terlalu wah atau rumit. Hanya pada bagian atasnya memiliki model seperti jenis pakaian sabrina yang terbuka. Di tangannya ia membawa sebuket bunga berwarna orange yang tadi ia minta pada salah satu orang yang membantunya berganti pakaian.

Lily keluar dengan senyuman merekah. Puas dengan penampilannya sendiri yang nampak sangat cantik. Dan sepertinya, pria yang berdiri dengan perlahan dari sofa itu pun setuju dengan pemikiran Lily. Dia bahkan tak berkedip dan merasa bahwa waktu berjalan lebih lambat dari biasanya.

"Cantik banget dressnya, ya?" Lily meminta pendapat sambil berpose dengan kedua tangan di setiap sisi pinggulnya. Senyumannya masih menghiasi parasnya yang cantik.

 Senyumannya masih menghiasi parasnya yang cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suddenly Became Cinderella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang