Lari

8 2 0
                                    

Bentala, Herlambang, Burhan, Ancala dengan Sari sebagai supir mereka berhenti di dekat rumah tingkat dua yang dijaga oleh dua orang di pelataran dengan gerbang yang menutup. Dua orang yang sedang berjaga sepertinya sedang bermain catur, dengan kopi sebagai teman mereka berjaga. Burhan mengatakan jika dirinya bisa mendapatkan pakaian khusus dan masker gas sebanyak lima buah.

"Apa yang akan kita lakukan? Kau bilang punya teman yang sedang berjaga?" Ancala meragukan Burhan.

"Diam, aku sudah menghubungi dia— beri dia waktu!" Burhan sedari tadi memperhatikan handphone miliknya, berbalas pesan dengan temannya.

"Hey, setelah kita sampai di sana— apa yang akan kita lakukan?" Herlambang sedari awal tidak yakin dengan kelompok perjalanan tidak jelas ini.

"Tidak tahu" jawab Bentala datar.

"Sialan kau, Tala. Kau ingin membuat kita semua mati?" Herlambang menepuk jidat seolah tidak percaya ini "Tuhan, ampuni hamba karena selalu mengeluh dan ampuni hamba karena telah mengambil duit ibu hamba untuk ke warnet."

"Berisik kau!" Ancala menyikut perut Herlambang, Herlambang mengaduh dan tiba-tiba dari rerumputan yang tinggi itu keluar seseorang yang membuat mereka semua terkejut. Burhan langsung menyuruh mereka diam, itu adalah temannya yang membawa baju lima set dengan masker.

"Dr. Philips tengah keluar, jadi aku bisa mengambil lima set. Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan di sana, tapi itu menjadi urusan kalian bukan urusanku dan jangan lupa Burhan" Burhan melirik "transfer secepatnya" dan dia segera menghilang di balik rerumputan.

"Aku tidak tahu bagaimana cara dia mendapatkannya, tapi kita harus cepat sebelum ada yang menyadari baju khusus mereka hilang lima set" Burhan segera membagikan baju khusus itu beserta masker.

"Kita seperti dinas kesehatan saat jaman Covid dulu" Herlambang tertawa kecil.

"Lewat mana kita? Dari yang aku tahu, semua jalan masuk Cirebon ditutup"

"Sari benar, semua jalan masuk ke Cirebon diblok dan dijaga oleh satuan polisi dan TNI" Burhan menunjukkan peta digital yang sudah diatur jalur perjalanannya "kita bisa memasuki satu jalur yang mungkin belum ditutup itu dan mungkin dengan penjagaan paling kendor" itu adalah jalur masuk Kota Cirebon dari Indramayu yang melewati pedesaan dan persawahan.

Sari memutar kemudi dan mengikuti jalur yang diarahkan peta digital yang sudah diatur jalurnya. Mereka dengan mobil jeep menuruni jembatan dan belok kiri lalu Sari memacu mobilnya lurus, sekarang mereka dengan mobil jeep melintasi jalur dekat sungai besar yang malam itu terlihat menyeramkan. Jalannya terjal dan berlubang, belum kerikil yang membuat berisik kala mobil melintas. Herlambang tahu sungai apa itu, sungai yang konon memakan banyak korban— sungai yang dipenuhi cerita misteri. Herlambang bergidik mengingat cerita-cerita dari orang-orang di desanya mengenai sungai besar yang sedang mereka lewati.

"Kau takut ya?" Selidik Ancala pada Herlambang yang diam sedari mereka melintasi jalur dekat sungai besar. Herlambang hanya menggeleng.

"Buaya tidak bisa mengejar mobil, kau tahu itu kan?" Herlambang semakin merasa takut kala Burhan justru menyinggung makhluk penghuni sungai besar ini. Burhan dan Ancala tertawa melihat Herlambang yang ketakutan.

Setelah itu Sari belok kanan dan memasuki area perumahan warga yang sudah sepi, menyadari dirinya melintas dengan aman melewati jalur dekat sungai besar— Herlambang merasa lega. Namun perumahan tak lama bersama mereka, selanjutnya ialah jalur terjal persawahan dengan sisi jalan ditumbuhi pohon-pohon yang besar. Di malam hari melihat pohon begitu terasa seram, Herlambang kembali takut melihat jalanan persawahan yang gelap dan pohon yang seperti mengintai perjalanan mereka.

Cirebon dan Pohon Balas Dendam (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang