Berdiri di pertigaan jalan, celingak celinguk mencari warung, aku dikagetkan suara klakson mobil.
"Kucrrruuut kau"umpatku.
"Mau kemana, Robby" suara pak Mul.
"Ehh Pak Mulyono. Mau cari warung pak. Mau makan"jawabku. Aku formil berbicara karena Mas Mul bersama keluarganya. "Sial"umpatku dalam hati.
"Kami tunggu di rumah ya Robby"katanya.
"Iya pak."jawabku. Bukannya mengajak malah bilang tunggu.
Kecewa karena Mas Mul bersama istri dan anaknya, membuatku berlama lama di warung nasi.
Tak ada niatan lagi untuk ke rumah mas Mul. Karena aku yakin mereka akan bepergian.Hampir 40 menit aku diwarung hanya duduk.
"Loh, kenapa tidak ke rumah, Robby. Istriku nanyain kamu. Ayo kita ke rumah"ajak mas Mul.
"Tidak usah pak, sudah siang takut terlambat kerja"
"Robby, mas tau, kau mengira aku tidak sama istriku. Kamu kecewa."
"Bukan salah bapak juga karena berasama ibu. Ini salahku pak, datang tiba tiba. Pak Mul balik saja. Robby juga mau ke Resto."
"Sayang, kita bicara sebentar. Masmu kangen"
"Nanti juga bisa. Minggu depan aku udah gak kerja di resto, aku mau Ebtanas, mas. Aku mengundurkan diri 2 hari sebelum ujian. Hanya mau mberitahu itu saja."
"Robby, pulang kerja mas jemput ya"
"Tidak usah. Kalau sempat Robby yang datang"
"Kamu naik taksi, biar cepat sampainya. Nih ongkos taksi"
Pak Mul menyelipkan uang di ranselku."Aku pergi dulu mas. Sampai nanti."
"Mas tunggu" Mulyono melihat sekitar. "Cium..."bisiknya.
"Noh bibir yang punya warung cium"candaku.
"Robby...."
"Udah mas. aku pamit"
Mas Mul masih menunggku sampai di seberang jalan hingga aku naik angkot.Walaupun aku tidak bisa bersentuhan dengan Pak Mulyono, tapi rasa kecewaku sudah hilang. Dengan datang ke warung menemuiku, berarti dia benar benar sayang sama aku. Dan ongkos taksi yang diberikan betapa inginnya dia bertemu denganku.
***
Di Resto, aku jadi pendiam. Tidak bicara sama siapapun kecuali para tamu yang kulayani. Bisik bisik teman teman tidak ku hiraukan.
Disaat senggang aku menuju dishwasher untuk berbincang dengan bu Susi sekalian membantu melap piring dan gelas yang sudah selesai di cucinya."Ada apa anakku. Dari mulai masuk jadi pendiam. Orang orang bertanya tanya. Malah nanyain ke ibu. Ada apa nak Rrobby"
"Robby lagi gundah, Bu"
"Gundah kenapa, nak. Bicara sama ibu"
"Dua hari lagi, Robby Eebtanas, Bu. Ujian akhir kelulusan. Enggak mungkin Robby, izin selama 3 hari berturut turut. Apa kata teman teman andainya Pak Handoko ngasih Izin"
"Bicara baik baik saja, By. Barangkali di kasih. Soal teman teman, biar ibu yang ngasih pengertian. Kamu kan memang masih sekolah. Semua tau itu. Mereka malah bangga. Masih sekolah saja bisa bekerja"
"Enggak tau dah, bu. Robby mungkin mengundurkan diri"
"Robby! Dengar kata ibu, Kalau kau keluar, untuk biaya hidupmu apa? Sekolahmu? Apa sudah cukup uang yang kau kumpulkan selama bekerja?"
"Soalnya Robby...."kata kataku gantung.
"Ehemm...ehemm"deheman Handoko. Aku langsung permisi sama bu Susi. Kulewati Handoko menuju pintu masuk
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE (BI SEX) ALONE
General FictionAPAKAH ANDA PERNAH MERASAKAN DIUSIR DARI RUMAH, KETIKA ANDA KETAHUAN SEORANG 'HOMO atau GAY?' APA BISA ANDA MERASAKAN BETAPA SAKITNYA? ikuti ceritaku Like dan komen ya. Robby Ferdinand biasa dipanggil Robby atau Ferdi di usir oleh orang tuanya karen...