Bab 7

32 4 0
                                    

Sambil melihat cermin, aku menatap refleksiku sendiri. Lalu aku melihat siluet di pojokan tembok yang tidak diterangi oleh cahaya. Tetapi aku tahu itu apa.

"Hei keluarlah, aku tahu itu kau." Aku melirik siluet itu dari cermin.

Sosok itu muncul, biasa, dengan tersenyum.

"Kenapa kau ada disini? Aku hampir jantungan saat kau tiba-tiba duduk di meja guru!" kataku sewot.

"Lho,bukankah kau sudah terbiasa dengan kemunculanku?" ujarnya dengan nada bingung yang dibuat-buat.

"Iya tapi aku tak terbiasa jika kau muncul di tempat umum seperti ini. Siapa tahu ada yang bisa melihatmu!"

Mark berjalan, membelakangi, lalu duduk di meja washtafel kosong.

"Aku ini tidak terlihat, kecuali dengan orang yang kuhendaki. Sepertimu," jawabnya santai.

"Tapi—"

Tiba-tiba pintu toilet terbuka, terlihat beberapa siswi yang tak kukenal masuk. Aku langsung berpura-pura bercermin dengan wajah gugup karena Mark terlihat santai saat melihat para siswi datang.

Makhluk ini benar-benar tak punya malu, ya? Ini 'kan toilet wanita, untuk apa dia masih disini? Dasar cabul...! Ujarku gemas sambil melirik Mark yang nampak masih memandang para siswi yang sedang asyik mengobrol di sampingnya.

"Wah, aku jadi ingin merasakan sekolah," kata Mark dengan nada yang menggelikan. Aku menggeleng dan hendak keluar setelah mencuci tanganku, namun salah seorang siswi menyapaku.

"Kau siswi yang viral disekolah, ya?" katanya dengan mimik cerah, tatapannya lembut seakan tidak takut denganku—ya, well, aku seperti 'zombie' kalau dipikir-pikir.

Aku hanya terdiam, tidak menjawab. Siswi itu lalu menyenderkan pinggangnya di meja washtafel, dengan berlipat dada.

"Aku tidak tahu kalau hal seperti itu sangat heboh. Kasus mati suri itu memang ada," kata siswi tersebut mendecak sambil menggeleng kecil. Ia lalu bergerak lebih dekat dan membisikkan sesuatu.

Mark yang kepo itu segera mendekatkan telinganya, dan bahkan di tengah-tengah kami.

"Kecuali jika ada tubuh mati yang diisi oleh jiwa lain," lanjutnya kemudian. Aku membelalak, begitupun dengan Mark yang seolah terkejut dengan pernyataan itu.

Seketika bulu kudukku merinding.

Siswi itu lalu kembali menjauh dan menyeringai kecil, "Ya, walau itu memang jarang terjadi. Tapi kemungkinan ada, kan?" Ia kembali menghadap cermin. Matanya sekilas melirik udara kosong, tapi udara kosong itu ada Mark yang terdiam mematung sambil berjongkok dengan mata yang masih membelalak.

Siapa siswi ini? hanya itu yang ada dibenakku sekarang.

"Aku akan keluar, kau sebaiknya jangan disini terlalu lama. Nanti ada guru piket yang memeriksa. Jika kau kedapatan masih disini sampai jam pertama pelajaran selesai, maka kau akan dapat masalah."

Siswi itu tersenyum dan menepuk pundakku lalu menghamburkan diri keluar toilet, beberapa siswi juga ikut keluar. Kini hanya ada aku dan Mark yang tak terlihat.

"Whoa, siswi itu membuatku terkena serangan jantung!" ujar Mark kemudian.

"Apa dia tahu kalau dia bisa melihatmu?" tanyaku.

Mark menggeleng kecil, perlahan sosoknya memudar seperti hendak menghilang.

"H-hei! Kau mau kemana?!" tanyaku saat sosoknya setipis asap. Sampai hilangpun ia tidak mengatakan sesuatu.

Suddenly I've Become My MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang