6. Honeymoon

745 108 14
                                    

"Takut diapain?"

"Takut diapa-apain."

$$$

Suara alat musik yang menciptakan nada indah mengiringi setiap langkah pengantin bergaun putih yang menggandeng lengan ayah mertuanya untuk membawanya ke altar pernikahan, dimana sang pengantin pria sudah menunggu dengan senyuman manis dan terus memandangi istrinya dengan penuh cinta.

Benar, mereka kini sudah sah menjadi suami istri. Pra sudah mengucap ijab kabul dengan disaksikan semua orang yang hadir dalam acara pernikahan pagi ini.

Dan siapapun yang melihat mereka berdampingan, akan setuju kalau mereka adalah pasangan yang serasi. Si tampan dan si cantik memang selalu menjadi pasangan yang sedap untuk dipandang mata. Adem liatnya.

"Kamu sangat cantik."

Pujian Pra hanya membuat Lily semakin merasa gugup. Pria itu terdengar tulus dan sepertinya memang begitu.

"Tahan dirimu, Pra!" Raden memperingati sang putra, menyerahkan Lily untuk diambil oleh putranya yang menatap Lily seakan Lily adalah hidangan paling enak di pesta ini.

Peringatan Raden pada Pra akhirnya membuat Lily bisa tersenyum dan sedikit rileks. Ia membiarkan Pra menggenggam tangannya kemudian pembawa acara meminta mereka untuk saling berhadapan dengan saling menggenggam kedua tangan.

Keduanya menatap satu sama lain. Seperti Pra yang terpesona dengan kecantikan di hadapannya, Lily pun sama. Ia tidak tahu kebaikan apa yang sudah dilakukannya selama hidup sampai-sampai bisa mendapatkan suami setampan Pra. Dan lagi, Pra juga sangat kaya. Sekarang Lily benar-benar merasa bahwa dirinya adalah seorang Cinderella yang mendapatkan seorang pangeran impian.

"Pengantin pria kini boleh mencium kening pengantin wanita."

Beberapa photographer yang disewa untuk acara itu kini sudah bersiap untuk mengabadikan momen kemesraan mereka. Membuat Lily tak melunturkan senyumnya barang sedetikpun agar terlihat bagus di foto nanti.

Pra semakin mengikis jaraknya. Ada keheranan yang tersirat dari raut wajah Lily ketika Pra menyentuh lembut sisi rahangnya. Kemudian semakin mendekatkan wajahnya namun memiringkan kepala. Sontak saja sepasang mata Lily kini membelalak. Ia ingin menghindar namun tangan Pra yang semula di rahangnya kini sudah menahan tengkuknya.

"Oh wow, sepertinya pengantin pria sudah tidak sabar, yah. Baiklah, para photographer, mohon abadikan momen mereka dari berbagai angle."

Para tamu undangan bersorak sorai melihat kemesraan sepasang pengantin di depan sana. Pra yang kini memberi pagutan kecil pada ciuman itu nampak tak peduli dengan sekitarnya. Sementara Lily kini memejamkan mata dan rasanya ia tak bisa mendengarkan apapun. Fokusnya hanya tertuju pada bibirnya yang disentuh dengan sesuatu yang lembut.

Sampai akhirnya Pra menyudahi itu, kemudian menyatukan kening dan tersenyum manis melihat Lily yang perlahan membuka mata.

"Senyum," pinta pria itu.

Lily pun langsung menerbitkan senyumnya lagi.

Sudah ia duga, kalau pria ini memang sedikit gila dan sangat nekat. Seharusnya Lily tidak terkejut lagi dengan kelakuan ajaibnya.

Lily jadi takut membayangkan malam pertamanya nanti. Kalau di depan umum saja, pria ini berani menciumnya tanpa ragu. Lalu apa yang bisa terjadi padanya nanti malam?

***

Lily menggeser layar ponselnya untuk melihat foto-foto yang dikirimkan Cici padanya. Cici merupakan satu-satunya tamu undangan dari pihak Lily. Dan sahabatnya itu mengambil banyak gambar juga video selama proses pernikahan yang berlangsung singkat. Namun terasa khidmat dan intim karena tidak banyak orang yang datang.

Suddenly Became Cinderella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang