Prolog

291 23 0
                                    


Hujan dan petir melengkapi suasana saat itu tepatnya tengah malam disebuah bangunan besar yang terletak didalam hutan, disalah satu ruangan yang hanya dapat dimasuki oleh pemilik bangunan besar itu.

Ruangan itu besar dengan banyak hiasan senjata api yang menghiasi sebagian dinding, juga kepala hewan buruan yang diawetkan dipasang didinding atas orang yang sedang duduk dikursi kerja, menghadap seorang gadis dibatasi oleh sebuah meja kerja yang tersaji 1 cangkir teh chamomile mengepul diatasnya.

Ruangan itu dingin tidak ada pemanas atau perapian untuk menghangatkan tubuh.

Hawa dingin terasa menusuk kulit gadis bertubuh kurus dengan balutan piyama putih tipis, bibirnya pucat, tetapi matanya tetap tenang tanpa ekspresi yang membuat orang didepannya menatapnya dengan lembut.

"Jadi ... bagaimana menurutmu, apakah aku harus melepaskanmu?"

Suara berat itu menggema di ruangan tersebut. Mata gadis itu tetap pada satu arah yaitu mata lawan bicara yang sekarang mengajukan pertanyaan untuknya, datar, tanpa ekspresi dan kosong.

"15 tahun adalah perjanjian yang kita janjikan untuk melepaskanku dari rumah ini , bukankah seperti itu Anthonio ?"

Balas gadis berumur 24 tahun itu tenang. Anthonio tersenyum menatapnya dan mulai mengambil secangkir teh yang sudah tidak mengepul.

Teh chamomile kesukaannya yang disajikan oleh gadis berdiri didepannya. Setelah menegak satu tegukan ia meletakan cangkir kembali dan menatap gadis didepannya.

"Baiklah jika itu maumu, kukira kau akan melupakan perjanjian yang telah kita buat saat kau berusia 9 tahun"

Hening beberapa saat, tetapi anthonio tiba tiba tertawa dan terkekeh
" ahahahaha ... setelah kupikir pikir ternyata sangat lucu bahwa aku setuju dengan hal itu" kekehnya

Menghentikan kekehannya setelah tak ada reaksi dari gadis didepannya, ia mulai berdehem untuk menutupi suasana canggung tersebut.

"Kau sudah mendapatkan ijinku, jadi apa yang kau tunggu?" anthonio menatap gadis didepannya tersenyum.

"Terimakasih atas segalanya" jawab gadis itu seadanya.

"tidak perlu berterimakasih selama ini kau tidak pernah mengecewakanku dengan kerjakerasmu dan pencapaianmu sekarang ......"

Ia meghela nafas, menjeda sedikit dan kembali berucap
"saatnya kau mencapai tujuanmu "

Gadis itu tetap diam, setelah beberapa detik ia membungkuk sebagai ucapan terimakasih dan segera pergi menuju pintu yang tertutup, namun saat tangannya meraih gagang pintu itu suara berat pria itu memanggil namanya.

"Lisa"

Lisa nama gadis itu tetap berdiam diri tanpa menoleh kearah Anthonio menunggu apa yang akan pria setengah baya itu ucapkan.

"berjanjilah agar kau tidak mati sebelum diriku" ucapnya

Lisa tetap diam tetapi ia menoleh menghadap Anthonio setelahnya.
"Aku tahu" jawabnya singkat dan memberikan senyum tipis yang jarang ia tampilkan didepan orang.

Setelah itu ia menghilang dibalik pintu. Anthonio tersenyum menanggapi kemudian menghela nafas, pria berumur 47 tahun itu melanjutkan meneguk kembali tehnya yang telah dingin dengan perlahan.

Setelah cangkir itu kosong ia meletakannya dan membuka laci dimeja kerjanya mencari kertas perjanjian yang menjadi bahan pembicaraan mereka.

"Aku akan menunggumu tujuanmu tercapai Lisa .... "

"Setelah itu ayo kita makan bersama di ladang rumput yang kau impikan sejak dulu"

Kata kata itu terucap setelah anthonio melihat kembali perjanjian antara dirinya dan lisa yang ditulis oleh lisa saat usianya berumur 9 tahun.

Ternyata tulisan Lisa saat usia 9 tahun sangat jelek itu adalah pemikirannya setelah melihat kembali kertas perjanjian itu.



Ini pertama kali aku membuat cerita jadi maaf jika kurang bagus dan typo.

With carefully🕊️
Bee

PURPOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang