"Lan, lo harus tau. Gue kek gini karena lo, dan lo yang udah ubah gue kayak gini. Lo tuh cahaya yang terang di kegelapan. Lo mau apa? Biar gue kabulkan. Tapi jika membunuh perasaan ini, gue gak bisa. Sampai kapanpun gue gak akan lepasin lo. Gue sayang dan cintanya lo."
Dimas terus mengobrol dengan Alan meski pemilik mata cokelat itu tak menanggapi. Baginya, interaksi ini sangat berguna. Bisa jadi merangsang pikiran Alan dan membawanya kembali.
Di tempat lain, tepatnya di alam mimpi, Alan membuka matanya, ia melihat sekeliling dan ia hanya melhat hamparan rumput yang luas dan hijau. Ia berdiri dan mulai melangkah, sampai dimana ia mendengar suara air yang jernih, Alan hanya sang mentari. Seketika ia tersenyum.
Tempat ini begitu nyaman. tak ada siapapun hanya dia seorang. Alan kembali berjalan, sekali-kali ia bermain dengan kupu-kupu dan Alan berbaring di atas rumput. Lalu, dia mendengar suara yang tak asing.
"By, kembali. I Love you." Suara itu terus memanggilnya.
Alan membuka matanya sekali lagi, tetapi tak ada seorang pun, kemudian pemuda bermata cokelat itu tak sengaja melihat bayangan seseorang yang menatapnya dengan sendu. wajahnya juga pucat dan dia memanggil namanya.
"Alan."
"Siapa kamu?"
Tak ada lagi yang terucap, jarak di antara mereka hanya 2 meter. Alan mendekat, bayangan itu menjauh.
"Hey, jangan pergi!"
Sosok itu tak mengatakan apapun lagi, ia seperti angin yang numpang lewat. Alan mengerucutkan bibirnya. Di saat Alan berbalik ke tempatnya, tiba-tiba saja pelukan hangat datang dari seseorang yang memanggil namanya.
"Don't leave me, and stay with me, I love you, Lan."
Suara yang sangat Alan kenal, hatinya merasa hangat. Ada rasa senang yang menyelimuti hatinya yang kosong. Saat Alan ingin menangkap sosok itu, jejaknya tak ditemukan. Alan menghela napas, dan kembali ke tempat tidurnya.
***
Al menepuk pundak Dimas, setelah tinggal berdua di bangsal. Dimas memandang Alan, dirinya bergeming dan tanpa melepas tangannya.
"Dim, bangun. Lo belom makan apalagi tidur dari kemaren. Gue tau lo khawatir sama Alan, gue dan Rey pun sama. Gue harap lo jaga kesehatan, kalau Alan tau lo lemah kayak gini, dia juga ogah liat lo."
Dimas tak merespons, pandangannya tak teralihkan, hanya menatap wajah Alan yang tertutup itu.
"Gue tetap di sini sampai Alan bangun. Lo aja yang pergi," usirnya.
Al berkata dalam hati, "Lan, cepat lo bangun dan hajar nih orang. cuman lo yang bisa handle kepala kerasnya."
Al tak lagi memaksa, ia pun pergi bersama Rey, Dimas kembali bangkit dan tidur di samping Alan sambil memeluknya dengan erat.
"Gue harap besok lo udah buka mata dan lihat gue, Lan. Gue cinta sama lo. Gue anti ditolak dan lo tau itu. Love you by."
***
Alan perlahan membuka matanya, ia berkedip dengan pelan. Kepalanya pusing. kaki dan tangannya juga kaku. Dia merasakan pelukan seseorang dan menoleh, di belakangnya seorang cowok tengah tidur sambil memeluknya dan dialah Dimas—si cowok rese yang mati-matian ia hindari.
Kenapa dia di sini? Dan di mana ini? Alan berpikir sambil bertanya-tanya dalam kalbu. Dia kembali melihat ke seluruh ruangan, yang tampak hanya kamar putih dan bau obat-obatan.
Tiba-tiba, suara Dimas terdengar. Pria berwajah datar itu bangun, dengan cepat Alan menutup matanya. Dimas menguap panjang dan merenggangkan ototnya yang kaku. Dia berbalik dan menatap Alan—sang pujaan hati masih tertidur pulas, seperti putri tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Boyfriend
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Sebuah kisah tentang anak remaja yang terjerat dalam asmaraloka yang berakhir dengan kenyamanan. Dipertemukan dalam sebuah permainan sepihak antar teman, dan dipaksa menjalin hubungan. Lambat laun, rasa di antara mereka akhirnya menya...