"Are you okay?" Pra bertanya untuk memastikan, khawatir dirinya sudah membuat wanita yang kini ada bawah kungkungannya merasa tidak nyaman.
"I'm not sure," jawab Lily dengan ragu. Tangannya bahkan tanpa sadar mendorong dada Pra, itulah yang membuat pria itu jadi bertanya."I can't promise that I won't hurt you," kata Pra, ekspresi wajahnya pun nampak cemas. Karena ia tahu kalau ini pasti pertama kalinya bagi Lily.
"What do you mean?"
Dengarlah pertanyaan polos itu. Pra jadi harus sedikit menjelaskannya dengan rasa tak enak hati. Karena jika dipikirkan lagi, Lily melakukan ini dengannya tanpa rasa cinta. Wanita ini hanya melakukannya sebagai tanggung jawab dan syarat yang sudah Pra katakan padanya sejak awal.
"Ini yang pertama buat kamu. So, I thought it would hurt."
Lily meringis, merasa semakin tak yakin untuk melanjutkan ini. Dan nampaknya Pra melihat keraguan dari manik cokelat milik wanitanya. Kini tangannya terulur, mengusap lembut puncak kepala Lily, membuat wanita itu kembali menatap wajahnya dengan tatap sayu.
"But i promise i will do it as gentle as i can," ucap Pra, diakhiri dengan senyuman hangatnya yang membuat Lily merasa nyaman dan bahkan bisa membalas senyuman pria itu ditengah kegugupan yang sedang menderanya.
"Can i ask you something?"
"Yeah?"
"Kemarin malem, kenapa gak jadi tidur di kamar? Kamu jadi tidur di sofa, kan?"
"Seperti yang kamu bilang, kita belum menikah. I respect you."
Dan jawaban itu sungguh sangat menyentuh hati. Kemarin malam, Lily memang menyadari bahwa Pra tidak ada di ranjang bersamanya. Lily terbangun pukul tiga, kemudian keluar dan melihat Pra tidur pada sofa yang tidak cukup menampung seluruh panjang tubuhnya itu. Pasti itu untuk pertama kalinya bagi Pra tidur di tempat yang tidak nyaman.
Sebenarnya, kalau boleh Lily mengatakan, sejak pertemuannya dengan Pra, selain pria ini agak gila dan sangat nekat, tidak bisa menghilangkan fakta bahwa Pra adalah pria yang sangat baik dan lembut. Pra memang hendak mengontrol dirinya dengan uang, memintanya untuk menuruti apa yang Pra mau. Namun, hingga saat ini, Pra tidak pernah semena-mena padanya. Pra selalu memperlakukannya dengan sangat baik, bahkan tak ragu untuk memberikan pujian, atau bertanya lebih dulu pada Lily sebelum ia membuat keputusan yang melibatkan mereka berdua.
Bodoh sekali wanita yang menyelingkuhi pria sebaik ini.
"Can i?"
Pra meminta izin untuk kembali melanjutkan. Lily pun mengangguk, memeluk punggung telanjang Pra dan kembali memejamkan mata merasakan setiap sentuhan lembut yang Pra berikan padanya. Pria ini pun lihai dalam berciuman, membuat Lily terbuai hingga keraguannya sedikit demi sedikit mulai menghilang dan berganti dengan gairah yang Pra tularkan padanya.
"Tell me if i make you uncomfortable," bisiknya dengan suara rendah tepat di telinga. Lily tersenyum mendapati bagaimana Pra sangat khawatir mengenai dirinya. Pria ini memperlakukannya dengan sangat hati-hati seperti Lily adalah sebuah porselen yang rapuh. Wanita mana yang tidak akan luluh jika terus diperlakukan seperti ini?!
"I'm okay and i like this too. So, just do it, Pra."
"With my pleasure, my wife."
Apakah tidak meleleh ketika wanita manapun ada di posisi Lily saat ini?
Karena Lily pun rasanya seperti ice cream yang terpapar hangatnya sinar mentari. Jantungnya bergemuruh hanya karena panggilan yang Pra sebutkan tadi dengan suaranya yang dalam. Suaranya rendah namun berat. Dan lagi, tatapan matanya begitu menghanyutkan serta memberikan rasa aman. Membuat Lily menyerah, membuat Lily pasrah terkurung di bawah tubuhnya. Membuat Lily rela memberikan seluruh dirinya pada Pra malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Became Cinderella
RomanceNew Story!!! ©2024 *** Hidupnya berubah seperti kisah Cinderella hanya dalam semalam. Semuanya berawal dari pesta yang ia datangi bersama sahabatnya. Di situlah awal dari semua keajaiban terjadi, dimana ketika seorang pria yang tak dikenal menanyaka...