Laira menutup buku itu dan beranjak untuk mengganti baju nya.Ting!
Satu notifikasi masuk ke dalam ponselnya membuat gadis itu bergegas. Adel bertanya apa yang sedang ia lakukan. Laira langsung membalas bahwa ia sedang drakoran dan badmood.
Yang kemudian membuat sang pengirim pesan menjawab 'oke' saja sebagai balasan.
“Panas banget sih, pake baju item gini nambah panasnya,” Helaan nafasnya panjang. Ia beralih mengambil kaca mata hitam yang ada di laci lemari rias nya dan helm dari bawah tempat tidurnya.
Ting!
Ponsel yang hendak ia masukkan ke dalam saku nya mendapat notifikasi masuk dari Adel, lagi.
Tanpa membalas pesan tersebut, Laira memasukkan kembali ponselnya dan bergegas keluar kamarnya menuju garasi.
Tujuannya kali ini adalah sekolah nya. Sekitar jam tiga sore sudah lumayan sepi di area yang akan ia tuju. Mungkin setelah sampai disana tempat itu akan sepi. Setelah memasukkan kunci, gadis itu menarik gas dan mengendarai motornya keluar dari halaman rumah.
Vespa abu yang sudah lumayan sedikit orang mengendarainya itu telah berbaur dengan kendaraan dijalanan dibawah matahari sore.
Sampai didepan gerbang sekolahnya, Laira bergegas melepaskan helm dan berdiri sebentar didepan gerbang, mengeluarkan ponselnya dan mengirimi salah seorang kenalannya untuk membereskan cctv.
Kriet...!
“Masuk aja Ra, gue sengaja ga gembok dulu pas tau ada masalah itu.” ujar seorang pria yang membukakannya gerbang.
Laira mengangguk dan membawa motornya masuk.
Tidak butuh waktu lama, ia telah sampai didekat gedung yang dirusak itu. Di temani dengan pria tadi, Laira telah menyusun strategi dan menunggu para mangsa beraksi saja dari tempat persembunyiannya.
Blak!
Srek!
Ribut-ribut samar terdengar dari balik tembok dekat bangunan itu. Belum selesai Laira menghitung hingga sepuluh, dihitungan ke delapan seorang pria berseragam sekolah serta gadis yang berbeda seragam dengannya telah berhasil masuk dengan naik tembok.
Setelah dua orang itu masuk, diikuti empat orang lainnya datang dengan cara yang sama.
Laira tetap mengamati mereka dari persembunyiannya hingga menunggu waktu yang tepat untuk beraksi.
“Mereka banyak, Ra,” bisik Odi disebelahnya.
Gadis itu menghela nafas. “Jodian Andrega, kamu engga percaya sama aku?” Jodi tampak berfikir sejenak sebelum mengangguk. “Percaya, Ra.”
Gerak gerik keenam orang itu semakin terlihat, bahwa mereka lah yang menjadi tersangka perusakan gedung. Laira mengambil gambar mereka yang sedang menjalankan aksinya dan Jodi merekam kegiatan mereka.
“Beda kumpulan ternyata pelakunya kali ini, pantes aja ga tau peringatan kita waktu itu.” Laira bersuara, Jodi hanya mengangguk meng 'iyakan ucapan gadis itu.
“Odi, udah siap kan?”
“Aman, siap semangat 45!” Serunya semangat dan menyimpan ponsel miliknya.
Laira mengambil ancang-ancang untuk keluar, sementara Jodi sudah melesat keluar persembunyian untuk pergi menjalankan rencana.
Sesuai susunan rencananya, Laira akan langsung muncul di hadapan mereka sementara Jodi, melakukan tugas lain.
Gadis itu berjalan perlahan, hingga mereka tidak sadar jika ada orang yang berjalan ke arahnya.
“Ekhem!” Semua orang yang sedang sibuk disana langsung menoleh ke arah gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAIRAA
Teen FictionIra itu susah ditebak. Jadi mandiri itu prinsip hidupnya, tapi hanya satu pria yang membuatnya seolah-olah luluh begitu saja, apakah hati nya juga seluluh itu atau hanya raganya saja yang berlarian tak nentu arah.