02. Rumah Safira

6 1 0
                                    

Di luar hujan deras. Jendela kelas Safira ditutup rapat karena cahaya kilat membuat beberapa siswi ketakutan. Mana kelas Safira sedang ada presentasi lagi.

“Contoh ancaman non-militer adalah korupsi, kolusi, nepotisme. Mungkin kalian semua sudah tahu apa itu korupsi. Kolusi sendiri berarti kesepakatan buruk antara dua orang, organisasi maupun negara untuk bertindak curang dalam mencapai suatu tujuan. Sementara Nepotisme atau lebih halusnya, jalur dalam. “

Sampai di akhir slide, muncul foto kocak Raden sedang tertawa lebar menampilkan deretan gigi putihnya yang agak jongos. Tapi Raden tetep ganteng kok di mata orang yang tepat.

"Sekian presentasi dari kami. Apakah ada yang mau ditanyakan? " tanya Zahra.

Seisi kelas hening. Hanya tersisa hanya suara gemericik suara hujan yang makin deras.

"Kalo nggak a—"

Safira mengacungkan tangannya tidak terlalu tinggi. Wajahnya dingin bahkan terkesan alot. "Saat ini sektor pembangunan menjadi sektor yang sangat diperhatikan oleh masyarakat luas. Dalam pembangunan diperlukan adanya kerja sama atau yang biasa kita sebut sebut dengan sinergitas pembangunan. Nah, yang saya tanyakan, bagaimana sinergitas pembangunan di tiap-tiap daerah dalam menghadapi ancaman non militer? "

"Sok banget sih tuh anak, " bisik Putri pada Syera.

"Paling nggak suka sama anak kayak gitu. Dah tahu jawabannya, tetep aja nanya ke temennya yang nggak tahu apa-apa, " balas Syera.

"Bisa diulangi pertanyaannya? " tanya Zahra, bingung mau mencatat pertanyaan Safira seperti apa.

"Inti dari pertanyaan lo tuh apa? " ketus Cantik, salah satu anggota kelompok presentasi.

Tanpa senyum maupun grogi, Safira mengulang poin pertanyaannya, "Bagaimana sinergitas pembangunan di tiap-tiap daerah dalam menghadapi ancaman non militer? "

"Susahe ndiak umum, " celetuk Megan.

tasya '22 share jawaban doonggg
tasya '22 pleaseeeee

Safira selalu nggak bisa kalau soal permintaan teman seperti ini. Dia memberikan tangkapan layar sebuah artikel kepada Tasya.

Meskipun memberikan jawaban secara cuma-cuma, Safira nggak memberikan jawaban secara matang. Dia hanya memberikan mentahannya lalu sisanya dia serahkan pada Tasya.

"Makasiii, " ucap Tasya sembari melewati bangku Safira. Dia menyentuh pundak kanan Safira.

"Aseli pertanyaan lo barusan diluar nalar, " ucap Tasya dari belakang bangku Safira.

"Besok-besok share soal ke gue dong, Fir. Selama semester ini, gue belum pernah dapat poin plus nih, " pinta Comel.

Safira tak menjawab maupun mengiyakan. Pikirannya terlalu fokus menyalin poin-poin PPT ke buku catatannya. Safira bukanlah gadis kaya yang mampu membeli LKS apalagi paket. Dia hanya mengandalkan buku tulis, bolpoin, tipe-X dan gadgetnya.

Pelajaran PKN sudah usai. Kurang dua jam pelajaran lagi bel pulang berbunyi.

"Kantin nggak? " tanya Comel sambil menepuk-nepuk pipi kenyal Safira.

"Nggak dulu deh, " jawab Safira cepat. Dia masih sibuk menyalin PPT ke buku catatannya.

"Yaudah kalo gitu. Titip nggak? " tanya Comel.

"Titip air putih dingin boleh nggak? "

"Money, money. " Comel menyodorkan tangan kanannya, meminta uang pada Safira.

"Makasih, Mel! " pekik Safira setelah Comel keluar kelas.

Di tengah asyiknya menikmati kesendirian, Safira dikejutkan dengan tepukan keras di bahu kanannya. Dia langsung menoleh dan menemukan Arya berdiri cengengesan di sampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang