Pity girl's art

7 0 0
                                    

Genre: Kingdom

Angin berhembus syahdu di ibukota kerajaan Victorian. Mengiringi lamunan Ivia, gadis yatim piatu yang saat ini bekerja sebagai asisten seorang pelukis. Pria itu cukup sukses saat usianya masih terbilang muda. Ia ditunjuk untuk melukis pangeran yang akan dinobatkan menjadi raja, dua hari yang akan datang.

"Tidakkah pemandangan di luar sana indah Ivia? Mengapa tidak melukisnya saja?" Sang pelukis datang dan menghancurkan lamunannya.

Ivia bukan hanya seorang asisten baginya, namun pria itu memperlakukannya seakan dirinya adalah adik kandungnya. Membiarkan dirinya tinggal di rumah pria itu, memberikannya makanan, serta mengajarkannya banyak hal. Tak terkecuali cara untuk melukis. Kegiatan itu cukup membantu mengisi kekosongan dalam dirinya, setelah segala hal yang ia punya dahulu hilang tak tersisa.

Tanpa orang tua, tanpa teman, bahkan sebuah pekerjaan. Lalu seorang pelukis datang bagaikan bunga yang mekar pada musim dingin yang panjang. Dengan kekuatan yang masih tersisa, Ivia menghadapi hidup yang terus bergulir. Mensyukuri apa pun yang masih tersisa. Melanjutkan hidup bekerja pada seorang pelukis dengan segala kebaikkannya.

Ia tak heran saat mengetahui seorang pangeran ingin berteman dengan pelukis itu. Sering kali pria itu bertemu dengan sang pangeran. Tapi sayang, pria itu tak pernah membiarkannya menemani. Entah apa penyebabnya.

"Aku tidak terlalu ingin melukis pemandangan Taylor. Bagaimana kalau aku melukismu?" Tanya Ivia antusias. Bukannya senang, pria itu hanya diam membeku.

Dalam dunia seni lukis, jika wajahmu ada di salah satu karyanya, Itu menandakan bahwa kau adalah orang yang mereka sayangi atau kau ialah orang yang penting bagi mereka. Karena pelukisnya bisa mati kapan saja, namun karyanya akan hidup abadi.

"Kau kenapa Taylor? Aku mau melukismu karena kau adalah pria yang baik. Kau sangat berarti untukku. Kau mengangkatku sebagai asisten, tetapi kau memperlakukanku seakan aku adalah saudaramu. Bagian dari keluargamu. Anggaplah itu sebagai ucapan terimakasih. Lagi pula kau adalah seorang pelukis yang tak pernah dilukis oleh siapapun. Orang-orang di masa depan pasti akan mengetahui karyamu, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa pemilik dari semua karya indah itu juga tak kalah indahnya." Jelas gadis itu. Karena perbedaan umur yang tak terlalu jauh di antara mereka, Ivia yakin pria itu memerlukan penjelasan dari permintaannya.

"Baiklah." Ucap Taylor sambil menetralkan wajahnya yang terbakar.

Setelah mendapat persetujuan dari Taylor, Ivia mengambil semua peralatan lukis dan siap untuk menyalin wajah pria itu ke kanvas bersih di depannya.

Dengan telaten Ivia beradu dengan warna, serta beberapa kali memandang Taylor yang tak henti-hentinya tersenyum bangga ke arahnya.

"Berhentilah tersenyum seperti itu! Apa kau mau aku melukismu dengan senyum menghiasi wajahmu?" Protesnya.

"Tak apa. Biar orang-orang tahu seberapa bangganya aku dilukis olehmu." Jawab Taylor dengan senyuman yang tak habis-habisnya menghiasi wajah tampannya.

"Ya,ya, ya. Kau memang seorang pelukis serta guru yang hebat." Puji Ivia dengan maksud mengejek.

"Hey! Aku tidak yakin kalimat itu benar-benar pujian."

"Tentu tidak. Sebenarnya aku ingin mengatakan, diamlah kau pria narsistik!" Ledek gadis itu tanpa menghentikan kegiatan melukisnya.

Butuh waktu yang cukup lama untuk Ivia menyelesaikan lukisannya. Tetapi jerih payahnya mendapat pujian dari Taylor, karena gadis itu berhasil dengan hasil yang luar biasa menabjukkan. Bahkan detail tato yang menghiasi pergelangan pria itu mampu dia lukis.

"Wah aku hebat sekali mengajarmu melukis." Puji Taylor pada dirinya sendiri.

"Narsistik." Sindir gadis itu sambil meregangkan punggungnya yang pegal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Story BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang