.
.
.
"Kenapa kau ini keras kepala sekali! Apa sulitnya menuruti permintaan ayah?"
Gadis yang masih lengkap dengan pakaian tidurnya itu memutar kedua bola matanya. Tubuhnya bersandar malas di atas sofa dengan kedua kakinya terangkat di atas meja di ruang kerja sang ayah.
"Kalau ayah memintaku bersekolah bahkan di luar negeri sekalipun atau memintaku untuk bekerja aku tidak akan menolak." Yeri memejamkan kedua matanya. Namun telinganya masih aktif mendengarkan kalimat-kalimat petuah dari sang ayah.
"Jimin itu pria baik, nak. Dia-"
"Aku tidak mengatakan dia pria buruk ayah," Lee menyela ayahnya. "Dia baik, tampan, sukses, kaya raya. Tidak buruk. Tidak ada yang buruk dari pria favorit ayah itu. He's the perfect man."
"Nah itu kau tau."
"Tapi bukan berarti aku menyukainya kan?" Lee meremas rambutnya gemas. Ayahnya benar-benar tidak berhenti berbicara.
"Aku masih ingin bersenang-senang, ayah. Aku ingin pergi ke tempat yang aku sukai. Aku ingin-"
"Kau bisa melakukannya setelah menikah atau ..." Tuan Lim berjalan mendekat ke arah sang anak. "-sekarang juga bisa. Jimin pasti mau menemanimu," kata tuan Lim.
Mata Lee yang terpejam mendadak terbuka dan menampilkan pria paruh baya yang sedang tertawa senang.
Lee mendecak kesal.
"Mau pergi kemana anak nakal?" tuan Lee melirik anak gadisnya yang baru saja beranjak dari sofa dan hendak pergi.
"Bersiap yah. Aku akan pergi bersama Lucy." Lee melenggang keluar dari ruang kerja sang ayah begitu saja.
Hidup hanya berdua dengan sang ayah selama sembilan belas tahun tidak membuat Lee tumbuh menjadi gadis lemah. Dia gadis yang kuat, Lee tumbuh dengan sangat baik, cantik, juga pemberani. Tapi yaaah, dia sangat nakal.
Bersikeras ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri namun ditolak mentah-mentah oleh ayahnya, membuat Lee menjadi semakin nakal. Memiliki banyak teman dan pergi ke tempat-tempat yang sudah pasti masuk ke dalam daftar larangan sang ayah. Memiliki hobi yang sempat membuat ayahnya murka dan mengurung Lee di dalam rumah hampir selama sebulan namun pada akhirnya tuan Lim lah yang mengalah karena Lee justru berbalik menghukum sang ayah dengan tidak menyentuh makanannya selama dua hari. Dan itu cukup membuat tuan Lim mengalami stress.
"Tidak pulang malam, Lee! Tidak ada balapan lagi!" suara tegas tuan Lim dari lantai dua menggema ketika mendapati anak gadisnya yang cantik sudah berada di ambang pintu.
Lee hanya melambaikan tangannya. Tubuhnya sudah menghilang dari balik pintu disusul dengan suara pintu yang tertutup.
Sebuah mobil jenis BMW berwarna hitam sudah terparkir cantik di depannya. Lee mengulum senyumnya ketika melihat mobil favoritnya sudah kembali dalam keadaan yang masih sama cantiknya. Mobil yang kemarin sempat Jimin sita tapi akhirnya Jimin jugalah yang mengembalikan.
"Dasar pria aneh!" gumam Lee namun tetap tersenyum senang ketika tubuhnya sudah berada di belakang stir.
Deru mesin dari mobil mewah itu memecah keheningan area rumahnya meninggalkan bau asap yang tak terlihat dan dalam hitungan detik mobil itu sudah menghilang dari balik pagar tinggi.
Lee membiarkan atap mobilnya terbuka sehingga rambutnya yang tidak ikut terikat berterbangan tertiup angin.
Gadis muda itu melengang membelah jalanan yang cukup sepi untuk ukuran di jam yang masih terbilang siang.

KAMU SEDANG MEMBACA
PARK & LEE
FanfictionJimin bertekad mencari manusia yang sudah menghancurkan hidupnya lima belas tahun yang lalu. Hingga akhirnya ia membangun sebuah firma hukum dibantu oleh Hae Mi dan teman-temannya. Siapa sangka di tengah pencarian itu Jimin justru bertemu dengan se...