09 || TENTANG RASA

173 103 62
                                    

" Seαndαinyα ucαpαn itu memiliki pαrfum pewαngi, niscαyα bersholαwαt kepαdα Nαbi Muhαmmαd SAW αdαlαh pαrfum yαng pαling wαngi. "


۞‌ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞‌

(Hαbib Umαr bin Hαfidz)

Jangan lupa bersholawat!



Happy Reading 

****

Pukul dua dini hari Ghava terbangun dari tidurnya. Lelaki itu menatap Juan dan Rey yang tidur nyenyak di sampingnya, karena kasur lelaki itu cukup besar, muat empat orang. Sementara Al dan Arfa tidur di kasur satunya namun ukurannya lebih kecil dari kasur lelaki itu.

Keempat teman Ghavs memutuskan menginap di rumah ghava usai main PS. Alasannya cukup klise karena Kecapean males yang mau bawa motor.

Ghava mengusap wajahnya menormalkan kesadarannya. Lelaki itu perlahan bangkit melangkah ke balkonnya.


Angin malam menerpa wajah tampannya usai Ghava membuka pintu balkonnya. Lelaki itu menatap langit yang penuh bertaburan dengan bintang.

Ghava memejamkan matanya menikmati tiupan angin yang sejuk menyapa permukaan kulitnya. Lelaki itu berpegangan pada pembatas balkon.

Sekelibat bayangan wajah Ayyara seketika muncul dipikiran Ghava. "Argh! Stop! Lo kenapa sih selalu muncul di pikiran gue?!" Ghava memukul-mukul kepalanya.

Ghava jadi ingat ketika tadi ia tiba-tiba melihat seseorang yang mirip dengan Ayyara. Mengingat itu membuat Ghava malu sendiri, karena salah orang.

"Bodoh lo Va! Harusnya lo pastiin dulu tadi sebelum narik tangannya ck!" Ghava berdecak kesal. Ia kesal dengan dirinya sendiri yang bertindak bodoh tadi.

"Ada apa dengan gue? Kenapa gue terus-terusan mikirin tuh cewek? Arghh!" Ghava mengacak rambutnya frustasi. Sial ini pertama kalinya ia frustasi memikirkan seorang gadis dalam hidupnya. Catat baru pertama kali ya.

"Gak bisa tidur?"

Ghava tersentak kaget dengan kehadiran Al yang tiba-tiba. Sedetik kemudian Ghava menormalkan ekspresi wajahnya kembali datar.

"Gue juga gak bisa tidur," ujar Al. Lelaki itu berdiri di samping Ghava.

Ghava hanya diam tak merespon perkataan Al. Lelaki itu sibuk berperang dengan pikirannya.

Hening.

Ghava dan Al sama-sama diam. Hingga akhirnya Al bersuara.

"Gue gak akan nanya soal yang tadi, karena gue gak akan maksa lo untuk cerita," ujar Al.

Lagi-lagi Ghava hanya diam.

Al menoleh menatap Ghava. "Va ... Gue bahagia kalo lo udah nemuin seseorang yang tepat di hati lo. Gue tau, sekeras apapun batu pasti akan terkikis juga, sama kayak lo."

Ghava hanya terkekeh garing. "Ngaco," bales Ghava singkat.

"Gue serius Va, gue tau apa yang selama ini lo pikirin."

"Terserah." Ghava hendak berbalik melangkah masuk ke dalam kamarnya.

"Va." Al menahan lengan Ghava.

Ghava menatap Al dengan alis terangkat.

AYGHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang