Tujuh

55 9 1
                                    

"Setelah ini ke gudang" bisik Oxy pada Mikha saat berjalan menuju Kantor, "Iya" Mikha mengangguk pelan.

Kaki mereka bertiga sudah masuk kedalam kantor musyawarah atau lebih dikenal ruang BK itu, dan segera duduk ditempat yang sudah disediakan.

Setelah banyaknya muqaddimah, Ustadz mulai bertanya pada Zaki.

"Sudah berapa kali kamu bermasalah, Zaki?

"Dia yang nonjok saya tadz"

"Pasti ada alasannya Zaki!" Ustadz Yusuf tidak sabar.

"Kenapa saya doang yang ditanya tadz? pilih kasih ya"
sanggah Zaki dengan lantang, dia tidak menjawabnya juga tidak peduli bahwa dihadapannya adalah seorang Ustadz, dia tampak acuh.

"Alasannya, kabir Zaki minta untuk dijadikan ketua, dia bilang saya tidak pantas karena saya seorang seme, dia memfitnah saya, maka dari itu saya tidak terima dan kelepasan untuk menonjok rahangnya" Oxy berusaha tenang dan menjelaskan kronologisnya.

Ustadz Yusuf beralih menatap Zaki, dia tidak menyangka Zaki berlaku seperti itu,
"Kenapa kamu berkata seperti itu? dan, apa kamu lupa? alasan kita menghentikan kamu sebagai ketua? hah?"
Lagi-lagi bayangan perempuan itu datang ke ingatan Zaki, dia sudah muak dengan masa itu, dia bahkan sedikit menyesal.

Zaki menunduk ia menjawab pertanyaan itu dengan sedikit lirih "Iya, saya tau," itu tidak lama.
"tapi kenapa harus dia yang ganti posisi saya tadz? dia belum seharusnya menjadi ketua!," "dan satu lagi, dia itu memang GAY!" Zaki kembali meninggikan suaranya, ia terlihat tidak terima dengan pilihan para ustadz yang sudah menunjuk Oxy sebagai ketua, bahkan saat itu masih saja ia memfitnah Oxy.

"Bukan tentang tua atau muda Zaki, tapi, pemikiran dewasa atau labil, percuma jika kamu menjadi ketua tapi tidak profesional juga tidak memberi contoh yang baik pada anggota kamu, kamu seolah mempermainkan jabatan, kamu memanfaatkannya untuk membuat santri lain takut pada kamu, iya kan?, kalo kamu bertanya "kenapa harus Oxy" itu karena dia lebih dewasa dibanding kamu, pemikiran dia juga tidak sekecil kamu, bukan karena pilih kasih atau semacamnya, dari cara kamu bicara dan menilai Oxy saja sudah nampak bahwa kamu tidak profesional, bagaimana mau jadi ketua lagi!? seharusnya kamu itu bersyukur masih dikasih kepercayaan dan kesempatan untuk jadi anggota!"

Hilang sudah harga diri seorang Zaki.
perkataan ustadz Yusuf itu sangat menusuk perasaan Zaki, semua itu memang benar adanya dan ia pun tidak berkutik lagi, ia hanya menatap kosong dinding dibelakang ustadz, ucapan itu justru bukan menasihatinya melainkan membuatnya semakin malu dan dendam pada Oxy. "Gue benci lo Oxy!" tangannya mengepal kuat dibawah meja.

Oxy melirik wajah Zaki yang dari tadi menahan malu, "Gue yakin dia kena mental" sejenak ia tertawa kecil ia merasa menang diatas Zaki, sedetik kemudian ia beralih melihat Mikha yang hanya diam saja, tapi setelahnya ustadz Yusuf melontarkan pertanyaan padanya.

"Kamu juga, kenapa bisa kamu terlibat dalam kejadian ini?" Ustadz Yusuf menunjuk Mikha dengan wajahnya yang diangkat sedikit seperti bertanya.

Mikha terlonjak kaget, ia segera menjawabnya
"Eemm... t-tadi siang kabir Zaki mengambil sarung kabir Oxy dijemuran tadz, saat saya minta, kabir Zaki malah menyuruh kabir Oxy datang, kemudian terjadilah aksi tadi" Mikha menjelaskan yang sebenarnya, ia tidak mau berbohong dengan apa yang terjadi, ia melanjutkan ucapannya dengan nada yang terdengar sendu "sebenarnya ini juga salah saya tadz" dari tadi ia sama sekali tidak mendongak melainkan hanya tunduk saja, mungkin kerna ia takut dan nyesal.

"Baiklah, kerna sudah kamu jujur silahkan pergi dulu"
"Iya, maaf dan terima kasih tadz, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"

Mikha, Si Babu OxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang