26. Missing Cracks: When I Was A Kid

5.6K 423 5
                                    

Illustration of Raven.

---

"Profesor ?"

"Oh Alva, sudah lama tidak bertemu nak, bagaimana kabarmu?" tanya pria tua itu dengan senyuman kecil.

"B-baik," balas Alva sambil mengangguk kecil dan menunduk hormat. Ia sedikit enggan dengan sosok yang ada di depannya.

"Dan... Bagaimana kabar Anda?"

Pria tua itu tersenyum kecil. Ia mendekati Alva dan mengusap surai gelapnya. "Aku baik... Cukup panggil aku Pak Voorh saja, jangan formal seperti itu."

Alva mengangguk pelan dan tersenyum kecil melihat nama 'Prof. Voorh' di jas putih itu. Jubah laboratorium yang sama seperti milik Ayahnya. Tak lama, pria yang sejak tadi melihat mereka berdehem karena merasa terabaikan.

"Ahaha, tenanglah aku tidak akan melupakanmu, nah Alva... Ini Sent—"

"Raven," potong pria itu yang menyebut dirinya Raven.

Prof. Voorh yang mendengar itu hanya mengangguk pelan dan kembali mengulang ucapannya. "Iya... Ini Raven, dia adalah kakakmu. Dan Raven, ini adalah Alva, dia adikmu."

"Sudah kok sudah, aku udah kenal lama," balas Raven sambil menghidupkan cerutu di tangannya.

Prof. Voorh hanya menggeleng pelan dan kembali menatap Alva. "Bagaimana kabar Ibundamu. Apa dia baik-baik saja?"

"Iya baik, Bunda baik dan sehat, terima kasih banyak," balas Alva mengangguk pelan.

"Syukurlah, senang mendengarnya."

Alva diam sejenak. Ia masih menunduk memandang jubah putih bertuliskan 'Prof. Voorh di hadapannya. Ia ingat betul nama itu adalah orang yang 'menaungi'-nya dengan kehangatan ketika ia mendapat penolakan keras dari sang Bunda saat kecil.

---

Berbicara soal second gender, sudah sering terdengar tentang kasta/golongan Alpha, Beta dan Omega, gender kedua yang biasa muncul saat seseorang menginjak usia 8 - 10 tahun. Begitu juga dengan second gender bernama Enigma yang sudah menghilang sejak insiden itu.

Dan kini golongan itu kembali muncul pada seorang anak bernama Alva. Bertepatan saat ia mengalami kecelakan di sebuah taman bermain dan membuat saudaranya mengalami kematian sesaat karena terpapar aura Enigmanya yang belum bisa ia kendalikan.

"NGGAK! Anakku nggak mungkin Enigma, anakku pasti cuma dominan Alpha, kan? Anakku nggak mungkin Enigma, anakku bukan iblis!" teriak seorang wanita di ruangan yang penuh dengan dokumen kedokteran. Ia memukul meja hingga membuat table sign yang bertuliskan nama 'dr. Voorh' jatuh ke lantai.

"Tolong tenanglah, saya yakin anakmu hanyalah Enigma pasif."

"Nggak! Anakku pasti cuman dominan Alpha, anakku bukan Enigma!" teriak wanita itu lagi. Ia mengamuk tak terima dengan hasil second gender milik anaknya sendiri. Ia menangis sesegukan sambil terus menarik kerah sang dokter meminta tes ulang.

"Bunda, tenanglah..." ucap seorang pria yang ada di samping.

"Ayah, Alva nggak mungkin Enigma, kan? Alva pasti cuman dominan Alpha, Bunda yakin."

Wanita itu masih menangis memeluk suaminya. Dia tak henti hentinya mengulang kalimat penolakan atas hasil tes dari anaknya sendiri, ia masih tak bisa mempercayai dan tak mau menerima kenyataan yang ada.

"Edgar, tenangkan dulu dia di luar," ucap dokter Voorh pelan dan langsung diangguki oleh Edgar.

"Iya, terimakasih banyak Pak Voorh," balas Edgar lalu membawa istrinya pergi dari ruangan itu.

I'm not Enigma [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang