______________________________________R to R
______________________________________Ryujin mendesak Haekal untuk mengantarnya ke rumah Lia. Karena rumahnya jauh jadilah mereka saling adu kecot terlebih dahulu, sebenarnya mau aja Haekal mengantarnya akan tetapi tugasnya menumpuk dan gak mungkin meminta bantuan terhadap Maraka yang juga lagi pusing sama tesis buat skripsinya. Ryujin juga gak enak kalo meminta papi mereka buat antarin ke sana; masa hanya sekadar urusan kecil aja harus pinta ke ayah mereka.
"Ningrum ngerti tugas abang banyak. Tapi cuma hari ini aja. Abang! Pelit banget sih!!" Yuan jengah sama sikap kekanakan Haekal yang enggan menuruti adik kecil mereka.
"Gak bisa besok detlinenya, kamu minta sama kakak yang lain sana. Abang kamu 'kan banyak."
Ryujin menatap dengan pandangan kesal matanya berkaca-kaca, "PELIT!?" Gadis itu berlari seraya menahan isakannya agar gak terdengar oleh yang lain. Ryujin masuk kamar lalu mengunci pintu, bergegas menelpon Lia untuk mengabari ketidak hadirannya.
Lianisa
Jadi dtg gak?
Mimoy udh dtg nih.
ReadRyujin menghela pelan hendak membalas pesan temannya itu kemudian pintu kamar terketuk pelan. "Dek," itu suara Domain. Anak tengah itu paling gak bisa mendengar adik kesayangannya disakiti oleh siapapun terutama itu adik kandungnya sendiri. "Ini kakak, buka dulu pintunya. Ayo kakak anterin sama kak Yuan juga." Ryujin mendengkus kasar kalo aja Haekal mau mengantarnya dua bodyguardnya itu gak bakal turun tangan.
Ryujin membuka kuncian pintunya lalu menundukkan kepalanya, "gak usah kak. Aku berencana gak jadi main." Repot urusannya kalo mereka berdua mengantarnya main; bisa-bisa yang satu pulang dan satu lagi nungguin.
"Kamu gak usah nolak. Kakak gak akan ganggu main kamu, jadi setelah ngantar nanti. Kakak bakal langsung pulang."
Ryujin mendongakkan kepalanya cepat. Ada apa nih? Kok tumben sekali dua orang ini gak seprotective biasanya, apakah terjadi sesuatu terhadap otak mereka? Atau mereka sadar pada akhirnya itu hanya menjadi kegiatan sia-sia. Gadis itu tak bisa menahan rasa senangnya terhadap berita ini, Ryujin buru-buru membalas pesan Lia lalu bersiap untuk pergi.
R to R
Lia menatap temannya yang baru saja datang dengan tatapan heran masalahnya Ryujin memang datang sendiri tetapi gadis itu membawa walki talki ke rumahnya. Lia hampir saja tertawa karena benda ajaib tersebut, hal itu gak luput dari pengawasan dua kakaknya yang biadab. "Elo ngapain bawa gituan ke rumah gue?" tukas Lia yang gak bisa berhenti menertawakannya.
"Uh bodoh amat dah gua yang penting gak diganggu. Itu aja."
Lia mendelik aneh seraya mengangguk menunggu Ryujin mau bercerita pada mereka, "kalo dipikirin lagi—" Yemima menyerobot ucapan gadis yang ada disebelahnya begitu saja.
"Emang elu ada pikiran. Otak aja kaga ada," sinis Yemima yang dibalas toyoran kepala sama Lia; akan tetapi gadis bermata sipit itu tidak salah juga selama mereka bertiga temanan cuma Lia yang kurang ada otaknya.
"Ya udah sih."
Ryujin mendengus kesal lalu beranjak dari duduknya. Meninggalkan keduanya temannya berjalan ke arah lorong menuju ruang tamu, gadis itu tercenung saat mendapatkan balasan dari Renjun perihal perasaannya. Renjun bahkan tak bertanya siapa orang yang gadis itu maksud. Apakah Renjun memahami kegelisahannya? Gadis itu, rasa tidak sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
R To R
FanfictionRyujin itu punya banyak kakak yang lumayan agak posesif apalagi waktu ia pacaran sama Renjun, itu kenapa Renjun agak gak betah. Sebetulnya gak semua juga sih, cuma abang tertuanya ajh like Yuta gitu? Seri pertama [J to J] Seri kedua [R to R]