Halo guys, lama ga jumpa, pada sehat semua? Sampe berdebu ni lapak maaf ya 😅
Yang udah agak lupa sama ceritanya bisa baca-baca lagi di bagian Sisca sama Feni. Soalnya chapter ini tentang Sisca ☺️
Oke tanpa berlama-lama lagi, monggo dibaca.
~●•●•●~
Ara meninggalkan ruangan dengan perasaan yang campur aduk. Perasaan asing, yang sebelumnya tidak pernah dia dirasakan. Perasaan yang tak bisa dia deskripsikan, karena ini yang pertama baginya. Perasaan yang membuatnya kesal entah pada siapa, tidak suka entah karena apa, sesak dan begitu sakit di dadanya dan juga perasaan tak nyaman saat melihat interaksi antara Bu Sisca dengan onty Oniel. Sebuah perasaan aneh yang membuatnya kebingungan, hampa dan jika boleh dibilang menderita. Mungkin dia hanya sedang rindu ambu, pikirannya. Karena saat melihat interaksi mereka berdua yang dimatanya begitu dekat dan intim, rasanya ia ingin berlari ke pelukan ambunya dan mengadu tentang betapa penuhnya hatinya oleh perasaan aneh itu sampai rasanya mau meledak. Hingga tanpa sadar setitik airmata mengalir di pipinya.
"Udah mau pulang cil?" Sapa Mira saat melihat Ara berjalan di depannya. Tapi seperti tak mendengarnya, Ara terlihat berjalan melewatinya begitu saja.
"Nape tuh bocil?" Sahut Vivi yang habis membersihkan meja bar dari pecahan kaca gelas yang dia pecahkan dan melihat kejadian itu.
"Gatau juga gue, bentar." Mira pun menyusul Ara yang sudah berjalan cukup jauh dengan langkah lebar dan menangkap tangannya hingga Ara terkejut.
"Eh kak Mira, kenapa?" Ara tersentak dari lamunannya.
"Lu yang kenapa dah? Gua panggil daritadi juga." Mira masih belum melepaskan genggamannya di pergelangan tangan Ara, dan malah menariknya pelan hingga mereka berdua kini berhadapan.
"Lu habis nangis cil?" Kali ini Vivi ikut nimbrung dan mengusap pipi sebelah kiri Ara yang basah. Walaupun terlihat cuek, tapi sebenarnya Vivi sangat peduli pada Ara, begitu juga dengan Mira. Bahkan dulu mereka pernah menyatakan perasaannya pada Ara, namun karena Ara yang polos dan bodoh tentang masalah percintaan, dan setelah melewati banyak drama jadilah hubungan mereka seperti sekarang. Saat ini mereka berdua malah tengah berpacaran dan menganggap Ara sebagai adik kesayangannya. Makanya jika terjadi sesuatu pada Ara, mereka berdualah yang paling khawatir.
"Hah? Enggak, loh kok?" Ara seperti orang linglung mendapati pipinya basah, dan mengusapnya dengan cepat.
"Kak Ara gapapa?" Suara Freya yang sebenarnya sudah mengikuti dan memperhatikan gerak-gerik Ara sejak keluar dari ruangan Ibunya tadi tanpa suara, membuat mereka semua terkejut.
"Eh neng Freya, gapapa kok tadi cuma habis nguap aja jadi keluar airmatanya." Bohong Ara yang tentu saja sudah diketahui oleh Freya yang kini menatap Ara sambil tersenyum iba. Sedikit banyak Freya bisa memahami perasaan Ara yang sebenarnya tapi dia memilih untuk membiarkannya untuk saat ini. Vivi dan Mira hanya bisa saling pandang lalu menatap Ara seolah minta penjelasan. Tapi Ara hanya tersenyum dan mengangguk pada mereka berdua.
"Yaudah kalo gitu, pulangnya ati-ati loh. Kalo ngantuk, ga usah ngebut." Kata Mira sambil mengusap pipi Ara dan menyelipkan anak rambut Ara kebelakang telinganya.
"Sampe rumah kabarin ya cil." Sedang Vivi mengusap pucuk kepala Ara. Diperlakukan seperti itu oleh kedua orang yang sudah dianggapnya kakak itu membuat hatinya menghangat dan bisa sedikit membuatnya lupa akan perasaan menyesakkan di dadanya itu.
"Iya kak Vivi, kak Mira. Aku pasti hati-hati kok. Yaudah yuk neng kita ke mobil dulu." Ajak Ara tanpa menggandeng Freya, karena dia tak ingin perasaan yang memenuhi hatinya ini akan melukai gadis yang sudah dianggapnya sebagai adiknya itu jika secara tak sengaja dia menyentuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISAN 🔞
FanfictionAnin, Feni, Gracia, Shani dan Sisca adalah sahabat dari sejak mereka sekolah. Sekarang mereka sudah berkeluarga dan mapan di bidangnya masing-masing. Meskipun terlihat bahagia tapi sebenarnya mereka merasa kesepian dan hambar di kehidupan percintaan...