Chapter 3

3.6K 439 53
                                    

Tidak mungkin, benar harusnya tidak mungkin, tapi itu benar terjadi, bahkan semalam saja dia memimpikan Shani.

Kenapa bisa?

Butuh waktu berbulan-bulan Gracia habiskan untuk galau karena di tinggalkan David, tapi hanya butuh satu hari untuk dia melupakan laki-laki itu karena bertemu dengan Shani, serius, selama kemarin dan hari ini, Gracia tidak dapat lagi mengingat nama itu.

Tidak boleh,  Gracia tidak boleh seperti ini.

Jikapun dia jatuh cinta lagi, jangan dengan Shani,  tidak dengan perempuan itu, tidak boleh.

Gracia telah selesai dengan kegiatan paginya, wanita cantik itu sudah rapih bersiap untuk kembali bekerja di klinik milik Feni.

Meski harus ia akui dia tengah tidak bersemangat, karena dia takut bertemu dengan Shani lagi.

Padahal dia akan lebih sering bertemu Shani disini, di rumahnya, karena yah, mereka adalah tetangga.

"Ngga boleh, jangan mikirin Shani lagi, mimpi tadi cuman kebetulan ajah, ngga mungkin aku suka sama Shani"

Tentu, Gracia masih 100%, Normal.

Dan, akan selamanya begitu.

Wanita itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, melakukan itu terus hingga ia rasa tenang, dan siap memulai harinya dengan lebih baik.

Cklek.

Akhirnya ia dapat tersenyum saat telah sampai di luar rumah, udara yang benar sejuk sangat membantu menaikan Mood nya menjadi lebih baik, seperti ini mana pernah ia temukan di kota sana.

Gracia tidak salah memilih datang ke tempat ini.

Di sebrang sana, ada seseorang yang tengah tersenyum seraya memperhatikan dirinya, dia adalah Shani.

Shani masih berdiri disini selagi melihat  pada Gracia,  wanita itu nampak tengah menikmati udara pagi ini, senyum cerahnya menular pada Shani,  dia menyukai ini, pemandangan pagi hari yang luar biasa Indah.

Itu adalah Gracia.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Gracia akhirnya memilih keluar dari halaman rumahnya, menutup pagar kayu itu dan menguncinya, belum sempat melangkah matanya tak sengaja bertemu dengan Shani.

Sial, ternyata perempuan itu sudah bangun, Gracia pikir dia tidak akan berpapasan dengan Shani,  padahal dia sudah bangun sangat pagi sekali, besok dia berjanji akan bangun siang dan memastikan Shani pergi lebih dulu.

Kaus Putih polos, celana Jeans Robek di bagian lutut, dan kemeja flanel putih dengan garis hitam, penampilan sederhana dari seorang Shani namun lagi-lagi berhasil membuat Gracia terpaku, menatap tanpa kedip.

Keren.

Itulah yang dia lihat dari Shani pagi ini.

Namun, cepat dia menyingkirkan itu, dia tidak boleh memuji Shani terus menerus seperti ini.

"Selamat pagi Dokter!" Sapa Shani,  ia juga sudah berdiri di depan rumahnya sedari tadi, belum berangkat bekerja karena sedang memanaskan mesin motornya terlebih dahulu.

Sekalian menunggu Gracia.

"Pagi" Jawab Gracia, mencoba secuek itu pada Shani,  berharap Shani ilfeel dan tidak lagi menggodanya.

"Dokter mau berangkat kerja?" Shani bertanya lagi.

"Seperti yang kamu lihat!" Lagi-lagi jawabannya sangat cuek dan ketus.

Shani tersenyum maklum "Saya bertanya karena mau menawari tumpangan,  tujuan kita kan sama, Dokter mau berangkat bareng saya?" Shani kini langsung pada intinya, semoga saja dia tidak di tolak.

"Xavier"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang