Prolog

2.6K 254 15
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Derap kaki cepat milik seorang gadis mengguncang lantai sebuah apartemen yang sepi, membuat suara yang nyaring pada tiap langkah yang dibuat gadis tersebut. Sang gadis berlari kesetanan bak sedang dikejar monster yang akan segera menghancurkan kehidupannya jika gadis itu tertangkap.

Gadis tersebut terus fokus menatap ke arah depan sebab sama sekali tidak berani menoleh ke belakang sekali pun, tidak peduli orang yang mengejarnya ada di belakangnya atau tidak.

Dadanya seperti terhimpit kian waktu berputar, dikarenakan rasa lelah yang semakin memberatkan langkahnya dan juga menyesakkan napas. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan tekadnya untuk segera kabur dari apartemen menakutkan ini.

Pintu lobby kini telah di depan mata. Sejenak muncul rasa lega pada gadis itu. Akan tetapi tidak bertahan lama sebelum gadis itu tidak bisa membuka pintu geser kaca tersebut karena harus menggunakan kartu untuk pengendalian akses yang di mana gadis itu tidak memilikinya. Sempat terpikir untuk menggunakan jalur paksa dengan memecahkan pintu tersebut, tapi sayangnya sliding door itu menggunakan kaca laminated yang memiliki ketahanan yang kuat dari benturan.

“Sial …” umpat gadis itu frustasi.

Bulu kuduk gadis itu meremang tatkala telinganya mendengar langkah sepatu yang mendekat. Walau apartemen tempat ia berdiri ini adalah tempat yang besar dan dapat menampung ratusan orang, dari tadi ia berlari tidak pernah melihat satu orang pun padahal gadis itu ingat sudah lima kali ia melewati deretan tangga per lantai. Sehingga, itu berarti suara sepatu yang gadis tersebut dengar tak lain dan tak bukan milik orang yang mengejarnya.

Takut.

Itulah satu-satunya yang gadis itu rasakan saat mendengar suara sepatu tersebut. Isi kepalanya tiba-tiba kosong tidak tahu harus berbuat apa. Kehadiran orang itu seperti merebut paksa keberanian yang gadis itu miliki sejak tadi.

Dengan kesadaran tersisa, gadis itu mengambil keputusan gegabah yaitu bersembunyi. Lalu ia memilih belakang sofa yang cukup menyembunyikan tubuhnya yang lumayan kecil.

Samar-samar gadis itu mendengar suara bariton yang berucap, “Yeji, kelinciku … Kau sedang bersembunyi, ya? Lucu sekali.”

Gadis yang dimaksud, Yeji, menutup mulutnya dengan tangan yang bergetar takut akan menimbulkan suara yang membuat tempat persembunyiannya diketahui.

“Aku kecewa. Padahal akan lebih baik jika kau jadi gadis baik dan menurutiku saja, tapi kau malah kabur seperti kucing yang nakal.” Bunyi benda berat yang terlempar menggema diikuti suara penuh penekanan milik pria tersebut. “Menyerahlah, Yeji.”

Yeji tidak menggubris meski dia semakin ketakutan dan sempat berpikiran buruk bahwa barang selanjutnya yang akan melayang adalah sofa yang sekarang menutupi tubuhnya.

Yeji mulai ragu apa bisa dia berhasil keluar tanpa tertangkap. Kemudian dia mengecek ponsel yang masih setia berada di kantong celananya. Apa Yeji menelpon seseorang untuk meminta bantuan saja?

Ah, tidak.

Itu mungkin pilihan yang buruk.

Yeji teringat bahwa tidak ada orang lagi yang bisa ia percaya.

Dia tidak mau percaya lagi pada siapa pun.

Baginya, semua orang itu menyeramkan. Tidak ada bedanya dengan orang yang menahan Yeji di apartemen ini.

Mereka mengatasnamakan cinta untuk menyakiti Yeji.

Mengurungnya.

Memanipulasinya.

Mengontrolnya.

Dan juga memaksa Yeji menuruti kemauan mereka.

Itu semua memuakkan. Rasanya Yeji akan kehilangan dirinya sendiri saat berada di genggaman mereka.

Gadis itu mulai bertanya, kapan penderitaannya ini akan berakhir?

Yeji hanya menginginkan kebebasan.

Tidak cukupkah dirinya menangis ribuan kali meminta sebuah kehidupan yang damai dan tentram?

Apa ini semua adalah bayaran untuk kebahagiaan fana yang pernah ia rasakan sebelumnya?

Apakah sebuah kesalahan saat dirinya bahagia?

Atau memang dia tidak pantas untuk bahagia …?

Brak!

Napas Yeji tercekat. Sofa yang menjadi tempat Yeji tersembunyi kini ditendang dengan kencang sehingga membuat Yeji sadar dari lamunannya. Tubuhnya menegang tatkala matanya melihat ke belakang dan menemukan sang pelaku tengah menyeringai disertai tatapan yang dingin.

Ketemu.”

Introduction

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Introduction

Introduction

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝔼𝕝𝕚𝕤𝕚𝕠𝕟 || LookismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang