12

2K 218 11
                                    



Badai pasti berlalu. Tapi badai yang ini tak tahu akankah berlalu atau justru menyaru. Renjun terbangun dari tidurnya. Ia meregangkan tubuhnya yang benar-benar terasa kaku, terlebih sekujur tubuhnya merasa sakit dan pegal. Ia terlentang di atas ranjang dengan pandangan sayu mengarah ke langit-langit kamar. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum ia tersadar, bahwa ini bukanlah kamarnya.

Renjun menoleh ke samping, mendapati sisi ranjang yang kosong tak berpenghuni. Perlahan ia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan pelan menghadap cermin yang ada di dalam kamar, sekedar melihat penampilannya yang sangat jauh berbeda dari semalam. Kini, tubuhnya dibalut dengan kaos kebesaran sepanjang paha yang diyakininya pasti milik Jaehyun. Rambutnya juga berantakan khas bangun tidur.

Matanya memandang sekeliling kamar saat tak mendapati eksitensi pria itu. Kakinya kemudian melangkah menuju teras yang terhubung dengan kamar. Ia membuka pintu yang menjadi batas antara kamar dan teras luar itu dan mendapati keberadaan Jaehyun di sana. Merenung di teras sambil merokok.

Bau tembakau langsung menusuk hidungnya begitu ia mendudukkan diri di samping pria itu. "Merokok di pagi hari?"

Jaehyun langsung mematikan rokoknya. Membuang puntung rokok itu ke tempat asbak. "Mulutku terasa asam."

Tangan kecilnya menangkup wajah pria itu mendekat. Jemarinya kemudian menyentuh bibir Jaehyun. Membubuhi bibir itu dengan kecupan dari bibirnya. "Butuh yang manis?" bisiknya di depan bibir itu, lalu keduanya tertawa bersama. Setidaknya dengan tertawa, beban mereka menjadi sedikit lebih ringan.

Mereka melanjutkan ciuman yang tertunda itu, saling memangut satu sama lain. Satu hal yang Renjun tahu dengan pasti, bahwa Jaehyun sangat menyukai morning kiss. Setiap mereka terbangun bersama di pagi hari, Jaehyun tak pernah melewatkan kegiatan itu.

Jaehyun kini menggendong tubuhnya menuju kamar masih dengan bibir mereka yang saling bertaut. Renjun mengalungkan kedua tangannya di leher kokoh itu sampai akhirnya Jaehyun menurunkannya kembali ke atas tempat tidur.

Tangan pria itu mengusap peluh yang menetes di keningnya tanpa merasa jijik. "Aku mandi dulu," ucapnya tiba-tiba. Renjun memajukan bibirnya beberapa senti, merasa belum puas dengan ciuman mereka tadi.

Jaehyun mengambil handuknya yang berada di dalam lemari, lantas menoleh ke arah Renjun yang hanya duduk terdiam. "Kenapa?" tanyanya heran, namun juga gemas saat melihat bibir yang maju itu.

Renjun menggeleng lalu tertunduk dalam, ia sendiri tidak tahu kenapa perasaannya tiba-tiba mendadak berubah seperti ini. Jaehyun kemudian menghampirinya, mengangkat tubuh mungilnya seperti koala. Renjun hanya melingkarkan kedua kakinya di pinggang pria itu. Takut-takut terjatuh.

"Mau kemana?"

"Mandi bersama."

-

Langkah kakinya bergema menuruni anak tangga. Renjun berjalan menuju ke dapur untuk mengisi perutnya yang kosong sejak semalam. Sedari tadi perutnya sudah berbunyi minta diisi dengan makanan, syukurlah Jaehyun tak mendengar hal memalukan itu.

Renjun masih memakai baju Jaehyun untuk dikenakan olehnya. Merasa lebih nyaman saja dengan ukuran yang lebih besar. Ia membuka lemari pendingin di dapur, melihat bahan makanan yang sekiranya dapat dimasak untuk sarapan. Hanya ada bungkusan daging ayam dan beberapa jenis sayuran yang untungnya masih segar di dalam sana. Ia memaklumi isi kulkas itu, mengingat sang pemilik rumah- Jaehyun kemarin tak ada di rumah selama hampir seminggu.

Setelah berkutat selama hampir setengah jam, Renjun menyajikan dua mangkuk sop ayam dan dua piring nasi di atas meja. Entah ini bisa di sebut sebagai sarapan atau tidak.

Aroma masakan yang sampai ke kamar sebab pintu terbuka lebar, mengundang derap langkah kaki yang langsung menghampirinya. Jaehyun dengan penampilan rumahannya, celana pendek dan kaus polos tanpa lengan.

Between Us | JaeRen✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang