1. Bunga Matahari

20 2 3
                                    

Karasuno baru saja menyelesaikan latihan mereka sore ini, member lain pulang kerumah masing-masing sedangkan Kageyama dan Hinata menghabiskan waktu sebentar di taman kota.

Mereka berdua menggoes sepeda dari sekolah hingga taman kota yang berjarak 2,3 kilometer sambil berbincang ringan. "Hinata, latihan tadi skill mu membaik. Gimana caranya?" Tanya Kageyama

"Hmm.. gimana ya?? Ya latihan aja sihh, sama aku jaga makan biar sehat, jadi bisa ikut latihan tiap hari" jawab Hinata

"Sehat ya, aku juga mau sehat.." gumaman Kageyama tidak terdengar jelas oleh Hinata karena terhalang suara angin yang menerpa mereka. "Kage tadi bilang apa? Aku gak denger denger"

Kageyama hanya memberikan gelengan untuk menjawab pertanyaan Hinata, hingga mereka tiba di taman kota yang ramai, para pengunjung sedang olahraga sore.

Kageyama duduk pada bangku yang mengarah ke bunga-bunga matahari yang menjulang tinggi, sedangkan Hinata menghampiri bunga tersebut.
"Kage liat dehh!! Bunga nya cantik banget, mau petikk"

"Bunga taman gak boleh di petik." Jawaban Kageyama membuat Hinata yang tadinya good mood menjadi bad mood, padahal Kageyama hanya memberitahukan tata tertib yang ada di taman.

Dengan jengkel Hinata menghentak-hentakan kakinya, "Tapi Hina mauuuu!". "Yaudah, aku beliin permen bentuk bunga Matahari aja, sebagai ganti nya. Kamu tunggu di sini aja." Dan Hinata mengganguk antusias.

Kageyama mengelilingi taman untuk mencari bapak-bapak yang biasa menjual permen karamel yang bisa ia bentuk-bentuk. Ia memesan dua permen bentuk bunga matahari, satu untuknya dan satu untuk Hinata.

Kageyama menunggu sambil memperhatikan tangan sang bapak yang telaten membentuk karamel yang masih panas dan lunak itu, hingga ia merasa sedak di dadanya.

"Uhk! Uhuk uhuk.." Kageyama batuk beberapa kali sampai petal bunga berhasil ia muntahkan, sang penjual melihat hal itu tentu khawatir.

"Mas gak papa? Mas nya kena penyakit Hanahaki ya?" Tanya sang penjual, Kageyama hanya bisa mengganguk karena tidak kuat berbicara akibat dada nya yang masih sesak. "Menurut saya sih operasi aja mas, kalo dibiarin bisa fatal lho mas!"

Kageyama tidak membalas amanat penjual yang sekiranya berumur 50 tahunan itu, ia hanya memandangi petal bunga yang ia muntahkan tadi.
Itu adalah bunga matahari, identik dengan Hinata Shoyou yang kepribadiannya secerah mentari.

Sampai sang bapak penjual memecah lamunannya, "Mas ini permen nya, saya doain yang terbaik buat mas nya aja ya." Kageyama mengeluarkan selembar uang Rp 10.000 dari saku nya untuk membayar permen tersebut.

Kageyama tidak langsung menghampiri Hinata yang menunggu dirinya, melainkan ia pergi ke toilet. Mencuci petal bunga yang dimuntahkan nya di wastafel, setelahnya ia keringkan dengan tisu.

Kageyama bersihkan tiga bunga matahari itu dengan telaten. Kageyama menghela nafas sebentar sebelum keluar dari kamar mandi mencari Hinata, yang ternyata masih duduk dengan manis sesuai perintah nya.

"Nih permen nya, sama.. gua ada bunga juga nih, katanya lo mau" Tutur Kageyama. Raut wajah Hinata semakin berseri melihat Kageyama yang datang membawakan nya bunga yang ia inginkan.

"UWAAA!! KAGE MAKASIIHH!" Ucap Hinata seraya memeluk Kageyama dengan erat, sang empu hanga gelagapan dan membuang mukanya yang sudah semerah tomat.

Mereka berdua menikmati permen karamel manis itu sambil memperhatikan taman. Ada keluarga kecil dengan orang tua dan satu putri, seorang kakek yang tengah membaca koran, perempuan yang nampak nya teman sekelas sedang jogging, dan sepasang kekasih.

Kageyama ingin sekali hubungan nya dengan Hinata seperti sepasang kekasih tersebut, namun nampak nya mustahil seorang Kageyama bisa bersama sang primadona sekolah.

Lagi-lagi Kageyama melamun, sampai saat Hinata meminta Kageyama untuk memfoto nya di kebun bunga taman sambil memegang bunga yang Kageyama berikan tadi.




Lagi-lagi Kageyama melamun, sampai saat Hinata meminta Kageyama untuk memfoto nya di kebun bunga taman sambil memegang bunga yang Kageyama berikan tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cuma gambaran doang, harusnya bunganya gak segede ini 😅)

Kageyama terpana melihat senyuman Hinata yang sungguh manis, dirinya tak bisa menahan senyuman yang perlahan mengembang di wajah nya.

"Kage ayo pulang, udah maghrib aku dicariin mamah." Ajak Hinata sambil menarik pelan ujung baju Kageyama yang masih asyik memandangi senyuman Hinata yang berhasil ia potret tadi.

"Iya iya, kita beda arah pulangnya, kan?" Tanya Kageyama seraya mengambil sepedanya. Hinata mengangguk sambil melambaikan tangan dari sepedanya yang mulai menjauh dari taman, begitu juga Kageyama.





Sesampainya di rumah, Kageyama meraih ponsel nya dan membuka room chat nya dengan Hinata.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Hinata

Hina, minta foto
yg tadi dong
18:34

Heee?
Buat apa?
18:34

Ya gapapa minta aja
Emang gaboleh?
18:35

Iya iya bentar
*Hinata send a picture*
Tuh udah
18:36

Ya
18:36

MAKASIH NYA MANAA???
18:36

Sama-sama
18:36

😁😁😁
18:36

-

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

•••

Kageyama terkekeh membaca chat nya dengan Hinata. Seperti nya ia akan mimpi indah malam ini, Dengan senyuman manis Hinata yang menghiasi mimpi nya.

TBC..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

if i could turn back timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang