21: Keluarga Park

22 2 0
                                    

"Eonni!"

"Noona!"

Dua suara dari belakang Yura membuat wanita itu menoleh. Harin dan Hyunseok berlari dari pintu belakang menuju gazebo yang ia tempati menjadi pemandangannya.

"Jalan saja!" Yura sedikit mengeraskan suaranya. "Piringmu bisa jatuh, Harin!"

"Kau tidak boleh lari, aku boleh!" Hyunseok melanjutkan larinya menuju Yura setelah meledek Harin. Anak laki-laki itu menginggalkan temannya begitu saja.

Yura terkekeh melihat Harin yang berjalan dengan menghentakkan kakinya. Gadis itu mengerucutkan bibir namun tatapannya sengit pada Hyunseok. "Tidak boleh begitu, tidak baik." Yura mengusap rambut Hyunseok yang sudah sedikit memanjang.

"Mian, Noona," ujar Hyunseok tanpa melihat mata Yura. Laki-laki itu sibuk mengeluskan jari-jari mungilnya pada pipi bayi di gendongan Yura.

"Kau tidak boleh makan kuenya!" Harin langsung meraung begitu duduk di samping Yura. Matanya masih mendelik tak suka pada Hyunseok. "Eonni harus coba. Harin buat ini benar-benar sendiri." Yura memberi elusan yang sama di pucuk kepala Harin. Wanita itu duduk di apit dua anak yang seperti tengah berperang ini.

Yura meneliti piring yang Harin sodorkan. Sepotong kue cokelat dengan lelehan cokelat dan remahan kukis cokelat, 3 buah stroberi dan juga sedikit krim kocok juga terlihat di sana. Hiasan di piring itu sangat mencerminkan Harin.

"Aku juga ikut bantu, Noona." Hyunseok berucap tak terima.

"Diam. Kau hanya mengacaukan saja!" Harin menyimpan piringnya di antara ia dan Yura. "Eonni, aku dimarahi Eunbin Eonni karena tepung yang berantakan. Aku tidak melakukannya. Dia yang lakukan." Ia menunjuk Hyunseok dengan marahnya.

Yura memundurkan tubuhnya dengan sedikit hati-hati—tak mau membangunkan bayi yang sudah ia tidurkan. Ia membiarkan Harin dan Hyunseok menjadi berhadapan. "Ayo. Dilanjutkan dulu bertengkarnya. Eonni kasih waktu."

Mendengar itu, Harin maupun Hyunseok kompak menundukkan kepala mereka. Keduanya sama-sama terlihat cemberut. Keadaan menjadi lengang, hanya terdengar suara beberapa anak yang sedang bermain di dekat pintu.

"Kenapa jadi diam?" tanya Yura dengan menyentuh pundak 2 anak itu secara bergantian. Harin dan Hyunseok menatapnya dengan hampir berkaca-kaca. "Noona tidak marah. Ayo lanjutkan sampai ada yang minta maaf. Eonni tunggu."

Hyunseok memalingkan wajahnya dari Yura. Ia menatap Harin dengan sungguh-sungguh. "Mianhae." Katanya yang membuat Yura tersenyum. "Maafkan aku sudah buat berantakan tepungmu. Maafkan aku sudah makan cokelatmu tanpa bilang dulu. Maafkan aku sudah meninggalkanmu berlari."

Senyum Yura tak bisa ia sembunyikan. Kenapa anak ini begitu manis?

Harin yang berada di hadapan Hyunseok tak langsung menatap laki-laki itu. Ia malah menatap Yura dengan tatapan masih tak terima hingga Yura memberinya anggukkkan dengan senyum. Harin menatap Hyunseok dengan anggukkan kecil. "Maafkan aku juga sudah marah-marah."

Hyunseok mengangguk dengan senyum kecilnya. Ia menoleh pada Yura. "Sudah, Noona. Sudah minta maaf," katanya dengan polos.

Yura terkekeh. Ia mengelus lembut pipi kedua anak itu bergantian. "Jadi, Hyunseok ikut bantu buat kuenya tidak?" tanyanya pada Harin.

Harin mengangguk. "Dia bantu aduk adonannya, Eonni." Jawabnya. "Tapi jadi berantakan." Sambungnya dengan suara jauh lebih kecil.

"Mian. Aku akan aduk dengan benar lain kali."

Yura tertawa kecil mendengar ucapan Hyunseok. Ia jadi teringat Henry yang membuat kekacauan saat mereka membuat kukis bersama. "Eonni boleh coba kuenya?"

Not Too Late [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang