Hari terakhir di Singapura dihabiskan dengan bersantai di hotel setelah pagi tadi menikmati sarapan bersama Keluarga Tuan Chae.
Henry masih terkekeh saat melihat reaksi Nyonya Han dan Baram saat mereka makan bersama pagi tadi. Anak dan ibu itu tak henti-henti mengatakan bahwa mereka adalah penggemarnya. Mereka juga mengatakan sempat beberapa kali menonton konsernya. Ini satu hal baru lagi. Ia memang cukup sering berinteraksi dengan penggemar di acara khusus namun mengetahui penggemarnya adalah bagian dari keluarga baru, itu satu hal yang tidak pernah ada di pikirannya.
Yura baru saja keluar dari kamar mandi masih dengan handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya. Pemandangan yang ia lihat adalah Henry yang tertawa kecil sambil membaca sesuatu di ponselnya.
"Ada apa?"
Henry melambaikan tangannya meminta Yura duduk di dekatnya di atas ranjang. "PD-nim. Dia baru tahu kalau kau ikut bersamaku. Dan dia bilang untuk siapkan kalimat panjang untuk agensi keluarkan." Katanya diakhiri kekehan.
Yura tersenyum. Henry terlihat begitu bahagia sejak kemarin. Ia juga jadi mendapat dorongan lebih untuk berani tampil bersama Henry di publik. Setelah makan bersama pagi tadi dengan keluarga Tuan Chae, keduanya sempat berkeliling tanpa kendaraan dan berakhir di sebuah café untuk menikmati sekitar. Saat akan kembali ke hotel, Yura sendiri yang menawarkan untuk menggunakan bus dan ia mendapatkan satu pelukan hanya karena itu.
"Tapi, saat ini tidak ada berita tentang itu?" tanya Yura. "Maksudku, aku sempat lihat beberapa orang mengambil gambar sejak kemarin. Bisa saja mereka langsung mengunggah."
Henry menarik handuk kecil dari tangan Yura. Ia membetulkan posisi Yura hingga Yura membelakanginya persis. Ia mengeringkan rambut Yura perlahan. "Aku rasa, mereka cukup bijak."
"Maksudmu?"
"Hyeri selalu bilang bahwa aku beruntung punya penggemar yang dewasa. Mereka menyukaiku karena karya yang aku buat meskipun tidak bisa disalahkan juga saat mereka sedikit memaksaku untuk memberitahukan kehidupanku. Penggemar selalu punya dua sisi dan itu sama sekali bukan hal yang bisa disalahkan.
Saat seperti ini, saat aku memiliki jadwal yang tidak agensi umumkan, beberapa penggemar memang mengetahui itu. Beberapa dari mereka mengambil foto secara diam-diam dan beberapa lainnya berani untuk foto bersama. Mereka tidak unggah itu di hari yang sama. Paling tidak, mereka menunggu 3 hari untuk mengunggah itu atau saat media tahu kalau aku sudah kembali ke Korea."
Yura menganggukkan kepalanya. Entah kenapa, ia jadi mengantuk saat Henry mengusap kepalanya dengan handuk.
"Emm, saat itu...bagaimana reaksi mereka saat itu?"
Henry membalikkan tubuh Yura hingga mereka berhadapan. "Saat itu?"
Yura mengangguk dengan menggigit bibir bagian dalamnya. Ia tak bisa menyebutkan persis.
Kecupan harus segera Henry layangkan sebelum Yura melukai bibirnya sendiri. "Sama. Mereka terbagi dua." Jawabnya. Ia paham ke mana arah pertanyaan Yura. "Satu sisi mereka terkejut karena tidak ada berita tentang hubunganku sebelumnya dan satu sisi lain tak peduli. Beberapa membelaku dan beberapa lainnya mungkin meninggalkanku karena itu."
"Apa itu sulit? Menjadi idola bagi banyak orang."
"Kalau maksudmu bekerja di bidang yang aku jalani sekarang tanpa membawa penggemar, jawabannya tidak. Aku sangat menikmati semuanya. Aku berada di dunia yang aku inginkan sejak lama. Menulis lagu, membuat musik, bernyanyi di depan banyak orang bahkan idolaku, bertemu banyak musisi yang tak pernah aku bayangkan akan bertemu dan berkolaborasi denganku. Aku suka dan menikmati itu semua walaupun kadang merasa kesulitan, banyak yang bantu aku untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Too Late [END]
FanfictionPerjodohan bukan sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah. Yura tahu itu. Entah apa yang membuat ibunya tega 'menjual' Yura pada orang yang meminjamkannya uang hingga anak satu-satunya yang ia miliki benar-benar menikah. Hidup dalam sebuah perjodoha...