masalah?

44 2 0
                                    

Jangan Lupa Vote!!!

"Catat tanggal kematiannya". Ucap seorang dokter wanita muda pada asistennya.

"Baik dok".

"Saya akan keluar menemui keluarga pasien". Ucap Lyn berpamitan.

Setelah menutup pintu ruang rawat pasien, Lyn lantas menghampiri seorang gadis muda berseragam SHS yang tengah duduk sambil menundukkan kepalanya dalam.

Mendengar suara langkah kaki mendekatinya, remaja itu sontak berdiri dan tergesa menghampiri Lyn lalu menatap dokter muda itu dengan penuh pengharapan.

"Bagaimana kondisi ayah saya dok?". Tanyanya cemas.

Lyn menatap dalam remaja tersebut lalu berkata dengan pelan"Tuhan lebih menyayangi ayahmu".

Remaja itu menggeleng keras dengan air mata berlinang.

"Tidak, Ayah saya masih hidup. Dia masih hidup, dia tidak mungkin meninggalkan saya sendirian di dunia ini dokter. Dia masih hidup". Remaja itu berteriak histeris.

Lyn terdiam di tempatnya. Menyaksikan remaja tersebut yang tengah di tenangkan oleh seorang perawat.

Memang sulit menerima jika orang tersayang meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Lyn tahu hal itu menyakitkan. Ia pernah merasakannya. Dulu.

"Biarkan dia bertemu dengan pasien untuk terakhir kalinya". Ucap Lyn. Ia lalu menghampiri remaja tersebut dan menepuk bahunya pelan."Jangan membuat ayahmu tidak tenang di alam barunya. Temui dia dan katakan bahwa kau merelakannya menemui sang pencipta".

Remaja itu mengangguk lalu pergi untuk melihat sang ayah yang kini sudah tidak bernapas lagi.

Tak lama kemudian, remaja tersebut kemudian keluar dengan wajah yang lebih baik. Meskipun air mata masih mengalir di pipinya, tapi suasana hatinya mungkin jauh lebih tenang dari sebelumnya.

"Merasa lebih baik?". Tanya Lyn yang sejak tadi menunggu di depan pintu.

Remaja itu mengangguk.

"Siapa namamu?".

"Bianca". Jawab remaja tersebut dengan napas yang masih tersengal.

"Oke Bianca. Kau tahu, ayahmu saat ini sudah benar-benar sembuh. Dia atas sana, dia melihatmu dengan senyuman yang paling lebar". Ucap Lyn sambil membawa Bianca duduk di kursi tunggu.

"Benarkah?". Bianca menatap dokter muda itu.

Lyn mengangguk. "Dia sangat menyayangimu".

"Lalu, kenapa dia meninggalkanku. Setelah ibu dan adikku meninggal dua tahun lalu, kenapa dia juga ikut pergi?. Kenapa?". Bianca kembali terisak.

Lyn menatap lurus pada tembok dihadapannya."Ayahmu percaya bahwa kau, putri kecilnya telah dewasa. Ia merasa bahwa kau telah mampu hidup tanpa di topang lagi oleh kakinya, kau mampu hidup tanpa bayang-bayangnya. Kau sudah bisa mandiri". Wanita itu terdiam sejenak."kau tahu, kadang kematian datang bukan hanya karena takdir". Lanjutnya.

Bianca diam membisu.

"Ah, apakah tadi kau mengatakan bahwa saat ini tidak ada lagi keluarga yang tinggal bersamamu? Kau sendirian?". Tanya Lyn.

Bianca mengangguk. "Ya, sekarang aku tidak memiliki siapapun lagi di hidupku. Aku kesepian, sendirian, dan menyedihkan".

Lyn tersenyum, matanya menatap kehampaan dan keputusasaan dalam diri Remaja tersebut. "Kau pasti ingin berkumpul dengan keluargamu, bercanda, tertawa dan berduka bersama. Sebelumnya aku turut berduka cita. Em, apa kau mau ikut bersamaku?". Tanyanya.

Lyn?? (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang