50 || Lima Puluh

8.9K 976 109
                                    

Doubel up nya malam soalnya baru rampung sekarang mwehehe.

Happy Reading yaww

Sorry for typo

••••

Pesawat yang di tumpangi Hesa dengan kedua orang tuanya sudah mengudara 30 menit yang lalu. Jihan duduk bersebelahan dengan Hesa yang duduk di dekat jendela kemudian Sehran duduk di seberang Jihan. Untungnya kali ini kursi di bisnis class tidak terpisah sehingga Hesa bisa leluasa memandangi jendela sambil di awasi oleh Jihan.

Ini pertama kalinya Hesa naik pesawat dalam keadan sehat sehingga ia bisa mengeksplor pemandangan di luar pesawat. Masih ingat bukan kalau hari itu Hesa di bawa ke Surabaya dalam keadaan demam tinggi? Jadi bocah itu tidak tau bagaimana rasanya naik pesawat.

Terbukti sekarang Hesa duduk bersilah di kursi nya yang sangat luas. Ia menatap pemandangan di atas udara dengan cermat, menunjuk pulau pulau yang nampak kecil saat ini.

"Mami, itu yihat awan na bentuk kula-kula,"

"Iya sayang, cantik kan? Coba itu yang di bawah warna apa?"

"Walna bilu dong Mami~"

"Selamat pagi adek, ini mbak pramugari bawakan snack untuk menemani perjalanan adek dengan Mami,"suara lembut khas pramugari membuat Hesa langsung mengalihkan tatapannya dari jendela.

Bocah itu menatap takjub pakaian rapi, wajah cantik serta senyum yang ramah wanita itu. Hesa kemudian menampilkan senyum manisnya untuk seorang pramugari yang dengan lembut berbicara kepadanya.

"Esa mau pilih yan ini boleh ndak?"tangan mungilnya menunjuk snack chocopie yang ada di rak pramusaji.

"Tentu boleh, ini cokelat manis untuk anak manis,"sahut pramugari bernametag Gresia.

"Timakasyi mbak pamugali, eh? Pelamugali hihi~"bocah itu meringis karena salah mengucapkan.

"Sama sama adek,"

Setelah pramugari pergi, Hesa menatap wajah Jihan sambil tersenyum lebar. Jihan sedikit heran, lalu memandang gemas putra bungsu nya itu.

"Kenapa dek? Mbak pramugarinya cantik ya?"tanya Jihan sambil mengelus surai Hesa yang terasa dingin akibat terkena ac.

Bocah itu menanggapi dengan anggukan, " Eung~ tapi Mami na Esa juga lebih cantik."ucapnya sambil meringis.

Jihan menutup wajahnya salah tingkah, putra bungsunya ini sangat manis. Kadang ia tidak tahan mendengar ucapan ucapan manis dan menggemaskan dari sang anak. Lihat saja makin kesini wanita itu sering merasa salah tingkah dibuatnya.

"Cokelatnya mau di makan sekarang, nak?"pertanyaan Jihan di balas gelengan kepala oleh bocah itu.

"Ndak, nanti aja Mami. Esa mau pipis boleh?"ucapnya sambil memiringkan kepala.

"Boleh, di antar Papi ya? Sama Papi pipis nya,"

Hesa mengangguk kemudian berdiri di kursi nya sambil di pegangi Jihan.

"Pi, si adek mau pipis. Tolong anterin ke toilet dong,"ucap Jihan pada Sehran yang sejak awal fokus membaca buku.

"Sure,"sahut Sehran kemudian berdiri menghampiri kursi Jihan yang berjarak satu langkah lebar di sebelahnya.

"Sini, dipakai dulu sendalnya."setelah Jihan membantu memakaikan sendal pada sang anak, Sehran mengangkat Hesa untuk membantunya berada di jalan menuju toilet.

"Jalannya pelan pelan aja ya, hati hati kesandung,"ucap Sehran dari belakang, pria itu menjaga dari belakang sambil memegangi tudung hoodie putra bungsunya itu.

【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang