Hari Paling Berat

6 2 0
                                    

Lihat, rintik hujan di luar. Mereka jatuh. Sejatuh-jatuhnya. Namun bukan berarti mereka gagal. Mereka tidak berguna lagi. Tidak. Bukan begitu. Tidak selamanya yang jatuh berarti gagal."

Video siaran itu terhenti. Karena Cetta menelpon. Suaranya terdengar bergetar. "Aluna jatuh. Nau! Dia meninggal."

Tak bisa lagi berpikir jernih di saat ini. Fuschia berlari keluar cafe tak peduli badannya basah seketika. Naury pun mengendarai mobil dengan perasaan kalut. Berkali-kali menginjak rem dadakan ketika hampir menabrak sesuatu. Jalanan licin. Rambu tidak terlalu terlihat jelas. Apalagi mata memburam karena menangis. "Aku gak bisa fokus, Fus. Ini terlalu nyakitin hati aku! Dada aku sesak, aku gak sanggup!"

Fuschia mengusap air mata. "Lo harus fokus! Liat ke depan. Nangisnya disimpan dulu aja, liat, gue juga gak nangis kok. Di sini Cuma lo yang bisa diandelin buat liat Aluna. Aluna pasti lagi nunggu kita. Ayo fokus!"

Kalimat Fuschia memang ampuh. Naury akhirnya bisa menyetir dengan baik sampai rumah sakit.

Aluna tidak bunuh diri seperti yang diberitakan. Tidak butuh waktu lama—hanya sekitar tiga hari untuk pihak forensik menyimpulkan karena memiliki bekas penyerangan. Meski tidak ditemukan luka perlawanan diri, tapi telah diyakini Aluna dicekik, jambak, tampar berkali-kali sebelum didorong dari atap. Jenazahnya jadi tak berisi. Jantung, paru, mata, ginjal, bahkan sum-sum tulang belakangnya diambil untuk didonorkan.

Selama tiga hari itu, Feliz pergi. Fuschia tidak makan sama sekali selain hanya menangis seharian. Setelahnya, Fuschia datang ke pemakaman Aluna yang tak pernah sekalipun ia membayangkannya. Daisy di penjara. Hubungan Fuschia dan Cetta pun membaik dengan sendirinya karena menyadari mereka kini hanya punya satu sama lain untuk saling menyemangati.

Gio tidak lagi menjabat menjadi kepala sekolah. Ia menghilang dari media, setelah gagal menyogoknya—karena Hera sendiri yang mengungkapkan ke media. Tak bisa terelakan viralnya kasus Aluna ini. Makanya Daisy pun bisa dihukum secara bersih. Than pindah ke Finlandia. Kemudian perlahan, Fuschia, Naury, dan Cetta bisa menjalani kehidupan sebagai siswi SMA biasa. Hubungan persahabatan mereka bertahan hingga, 10, 20, bahkan 30 tahun kemudian. Meski sempat berpisah ketika masing-masing dari mereka mengenyam pendidikan yang berbeda. Cetta ilmu kehutanan di UI. Naury Tata boga di kampung halaman ibunya, Inggris. Fuschia sendiri, diterima fakultas kedokteran di Singapura.

Feliz? Ia menjalani pengobatan di Amerika Serikat yang merupakan negara yang paling banyak melakukan transplantasi jantung di dunia.

Semua biaya pengobatan dan kuliah, dibiayai sang ibu. Iskandar jadi tinggal sendirian. Jadi, sesekali Fuschia berkunjung. Selama berkunjung itu, Fuschia tidak pernah menanyakan kabar Feliz sama sekali. Tidak. Bukan tidak pernah, tapi ternyata pertanyaan yang ia titip lewat Iskandar tidak pernah tersampaikan. Iskandar semakin menua dan sering lupa. Apalagi kematian sang putri membuatnya sangat terpukul. Fuschia menganggap Feliz tidak lagi mengingatnya. Makanya kabar dari Feliz tak pernah disampaikan untuknya. Sejak itu, Fuschia memilih untuk fokus pada karirnya saja. perlahan dirinya tidak lagi mencari Feliz.

Fuschia biasanya berkunjung ke rumah ayah Iskandar bersama Naury dan Cetta. Berhenti ketika mereka sudah kuliah. Pas lulus, hanya sesekali Fuschia menengoknya. Berharap akan dapat kabar dari Feliz. Namun jawaban Iskandar hanya sekedar, "Feliz masih di Amerika, dia akan pulang ketika sudah memakai toga."

Begitu terus. Asisten pengurusnya juga mengatakan hal sama. Kalau Feliz memang belum pulang.

Padahal teknologi sudah semakin canggih. Kenapa sulit sekali untuk mengetahui kabarnya saja? Lantas kenapa pula Feliz tidak pernah mencarinya?

Sunflowers In The Grass (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang