Erlina menatap kosong depan, hatinya hancur sehancur-hancurnya, setelah mendengar kenyataan yang sangat pahit dari dokter, bahwa ia mengalami keguguran, janinnya tidak bisa diselamatkan, padahal ia sangat menanti kelahiran anaknya, ia ingin merasakan jadi ibu pada umumnya.
Kedua orangtuanya, dan mertuanya tentu mereka sangat sedih, mereka ingin merasakan mempunyai cucu dari erlina dan erlangga, tapi Tuhan berkata lain. Mereka menatap erlina dari luar kamar, karena erlina tidak ingin bertemu dengan siapapun, termasuk erlangga suaminya, penyebab hilangnya janinnya. Yang notabenenya anak kandungnya.
Erlangga menatap erlina diluar kaca, ia tidak tega melihat istrinya hancur seperti ini, tapi ini demi kebaikan erlina, itu yang dipikirkan erlangga.
Dua jam sudah ia berdiri menatap erlina yang terus menangis terisak-isak."Kamu memang keterlaluan, lan, kenapa kamu tega melakukan hal yang menyebabkan istri kamu keguguran" marah suti menatap tajam anaknya.
Erlangga hanya diam ia mengaku salah, harusnya ia bisa mengontrol emosinya, lagi dan lagi ia meyakinkan kalau ini semua demi kebaikan erlina, ia tidak mau suatu saat nanti erlina merasakan sakit yang jauh lebih sakit yang sekarang ia alami.
Ceklek...
Semua orang menoleh menatap pintu ruangan erlina yang terbuka, termasuk erlangga yang langsung menghampiri istrinya, Erlina yang melihat suaminya mendekat ia memberi kode pada erlangga untuk berhenti dan menjauh darinya.
"Sayang, aku kha----"
"Aku mau cerai sama kamu" potong eroina tanpa menatap erlangga.
DEG
Erlangga menggeleng cepat ia maju mengabaikan erlina yang terus mundur. "Sayang, aku enggak suka kamu bicara seperti itu, kamu udah janji enggak bakal bicara kaya gitu lagi, kita akan terus bersama, aku en---"
"AKU MAU CERAI ERLANGGA" teriak erlina.
Padil memeluk erlina yang langsung erlina dorong keras, membuat padil dan seluruh keluarga kaget termasuk erlangga. "Sayang ini papah, kenapa kamu tidak mau papah peluk, papah tau kalau kamu lagi enggak baik-baik aja" heran padil.
Erlina menyekat air matanya kasar. "KAU YANG MENYEBABKAN ANAK KAU JADI SEPERTI INI, KAU YANG MEMBUAT HIDUP ANAK KAU HANCUR SEPERTI INI" bentak erlina.
Padil mengerutkan dahinya, belum sempat ia menanyakan maksud anaknya bicara seperti itu, suara teriakan seseorang menghentikannya.
"Lina" teriak seseorang berlari menghampiri erlina yang menatap pria itu kaget. "Are you oke?" Tanya wisnu menatap erlina khawatir, terlihat jelas wajah khawatir dan panik Wisnu.
Erlina menatap Wisnu dari atas sampai bawah, ia melihat penampilan Wisnu yang tidak seperti biasanya, baju yang robek-robek, wajah yang lebam-lebam, tangan yang banyak goresan pisau. "K-kamu k-kenapa?" Tanya balik erlina, tanpa menjawab pertanyaan wisnu.
Wisnu paham maksud erlina ia melirik erlangga yang menatapnya tajam. wisnu menggeleng. "E-enggak papa, tadi aku di begal tapi aku beneran enggak papa, jangan khawatir" ucap wisnu tersenyum tipis.
Erlina mengangguk pelan, wisnu tipe orang yang tidak mau cerita di banyak orang seperti ini. Air matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya. "N-nu, hati aku hancur, aku kehilangan anak aku, hiks, aku hancur" isak erlina, tanpa ba-bi-bu ia langsung memeluk tubuh wisnu, memeluknya erat, ada kehangatan yang membuat ia tenang saat bersama Wisnu, ia merindukan tubuh wisnu yang selalu membuat ia tenang jika sedang ada masalah, seperti saat ini.
Wisnu mengelus punggung erlina. "Jangan nangis nanti cantiknya hil---"
"Jangan sentuh anak saya" marah padil, ia menarik erlina dari pelukan Wisnu menatap tajam Wisnu. "Kau kenapa kembali kesini?, Bukanya saya sudah bilang jangan pernah kembali pada anak saya" marah padil.
Wisnu terbentur dinding, sampai lukanya yang memang belum kering kembali mengeluarkan darah segar. Ia menatap padil dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Om, saya pria baik-baik selama saya pacaran sama anak om saya tidak pernah menyakiti perasaan anak om" ucap wisnu.
"KAU MANTAN PACAR ISTRI SAYA, SEKARANG ERLINA ISTRI SAH SAYA, KAU TIDAK PUNYA HAK ATAS DIA, SIALAN!" marah erlangga menarik kerah baju wisnu. "Kau pergi dari sini atau kau mati di tangan saya sendiri" ancam erlangga.
Erlina menggeleng. "Jangan pergi, aku mau ikut sama Wisnu, aku mau kembali sama wisnu" teriak erlina berusaha melepaskan cekalan papahnya.
Ridwan memeluk paksa erlina. "Dek, jangan kay gini ikhlas, mungkin ini semua demi kebaikan kamu" lirih ridwan tidak tega melihat adiknya.
"AKU TIDAK MAU HIDUP BERSAMA PRIA YANG KASAR, YANG MENGEKANG, EGOIS, PSIKOPAT, YANG TEGA MEMBUNUH ANAKNYA SENDIRI" marah erlina ia mendorong ridwan sampai lepas pelukannya, ia memeluk erat wisnu. "Bawa aku pergi dari sini, nu, aku enggak mau di sini, kita mulai dari nol" lirih erlina memeluk erat wisnu.
Wisnu menatap ridwan, selama ini ia hanya berkomunikasi dengan ridwan. "Bang---"
"Jangan, dia sudah memiliki suami, kamu tidak ada hak buat bawa lina" kata ridwan paham maksud wisnu.
Erlangga sudah mengambil aba-aba mengeluarkan senjata yang ia simpan di saku celananya, mengarahkannya ke kening wisnu. "Lepaskan istri saya, atau kau mati" ancam erlangga.
Sontak erlina langsung melepaskan pelukannya, ia menatap erlangga tajam. "Turunkan pistol itu, erlan, jangan macam-macam atau kau yang akan saya bunuh" marah erlina.
Wisnu menahan tangan erlina yang hendak mengambil pistol dari tangan erlangga. "Jangan, kamu tidak bisa menggunakan pistol, nanti kamu terluka" khawatir wisnu.
Erlina tidak menggubris ia maju mendekati erlangga. "Lepas, atau kau akan menyesal" ancam erlina.
Erlangga menatap erlina datar. "Tidak!, Saya tidak...."
"ERLINA" teriak seluruh keluarga menatap erlina yang dengan beraninya mengambil pistol dari genggaman erlangga.
Erlina semakin maju, ia menghalangi wisnu yang sudah lemas akibat kekurangan darah, yang terus mengalir dari luka-lukanya. "Kali ini aku jadi pembunuh di depan semua orang, termasuk di depan suami aku sendiri, yang sebentar lagi akan mati"
Erlangga terkekeh pelan, bukanya mundur ia malah maju menantang erlina. "Silahkan, saya tidak takut, karena......pistol itu hanya mainan, yang ada ini" erlangga mengeluarkan pistol dari saku celana kirinya, mengarahkan ke Wisnu.
Erlina melotot, sial.! Kenapa suaminya ini sangat licik. "Turunkan erlan, kau jangan ma---"
DOR
Tubuh erlina lemas tak berdaya mendengar suara tembakan yang keluar dari pistol milik erlangga, air matanya mengalir membasahi kedua pipinya. "W-wisnu" cicit erlina.
Erlangga maju ia memukul Tengkuk leher erlina, sampai istrinya jatuh pingsan. Adegan itu dilihat langsung keluarga, sikap dan kelakuan erlangga yang sebenarnya. "Saya akan bawa istri saya jauh dari sini, kalian tidak usah khawatir" ucap erlangga membopong tubuh erlina yang sudah tidak sadarkan diri.
"Sialan! Jangan bawa lina dari gue"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective CEO [TAMAT]
Teen Fiction"saya menjadikan kamu istri saya untuk menemani saya disetiap detik napas saya, bukan untuk jadi pelayan saya" -Erlangga Alfian- Terkadang sikap yang dimiliki ceo muda bernama Erlangga Alfian, membuat Erlina Adiba kesal, ruang gerak dan pertemananny...