The Night Before the Battle of Wall Maria (2)

28 8 0
                                    

Perlahan mata dengan netra kuning terbuka, ia merasa sesak di dada, ruangan yang cukup gelap membuatnya sedikit sulit untuk bernafas. Karena nyawa yang masih melayang-layang, ia mengucek matanya.

Ia sedikit terkejut ternyata tubuhnya tertindih sesuatu, ia bangkit menyingkirkan beban berat dari tubuhnya. Antara sadar atau tidak, ia teringat sesuatu.

Saat mereka lagi makan, Jean dan Eren sempat berkelahi kecil, lalu mereka di usir oleh kapten Levi. Karena daging yang mereka makan sempat keluar, mereka duduk di pinggir tangga.

"Hahhhh, aku jadi harus membawa mereka ke dalam. Tapi kenapa, aku tertidur di lantai?" Pintu kamar terbuka, Garou menoleh ke arah kamar tersebut. "Bawa mereka masuk, kau langsung jatuh saat membuka pintu." Garou menghela nafas, ia mengangkat Eren Mikasa dan Armin ke dalam kamar.

Setelah merebahkan mereka bertiga, Garou tidak berniat melanjutkan tidurnya, ia merasa kantuknya sudah hilang. Ia menghampiri gelas dan teko. "Malam malam minum teh, mana pahit lagi."

Garou menatap ke arah pintu, ia merasa ingin sekali keluar. "Kemana ya si kapten suram itu?" Garou keluar ruangan, ia menatap ke arah tempat mereka berempat duduk.

Levi duduk menatap ke arah bawah, dengan teko berisi teh dan 2 gelas. "Heh, dasar maniak teh." Garou menghampiri nya, ia duduk di sebelah Levi.

"Kau belum tidur?" Levi membuka obrolan, ia meminum tehnya secara perlahan. "Sebentar lagi pagi, kalaupun waktunya sangat singkat."

Levi melirik sekilas. "Begitu...?" Suasana begitu sunyi, tak ada obrolan apapun di antara keduanya. Seakan-akan mereka lebih memilih menikmati waktu subuh yang dingin.

Benar benar sunyi, sampai semut jalan pun akan terdengar. Levi yang pendiam, dan Garou yang bengong mereka pantas dapat julukan 2 patung yang sedang minum teh.

"Bagaimana perkembangan Eren, apa dia bisa mempraktekkan seni bela diri mu?"

"Sudah sampai tahap penyempurnaan, hanya saja emosinya masih naik turun."

Mendengar hal itu Levi sedikit kebingungan, ia tahu Eren adalah bocah emosian, tapi setelah beberapa bulan ini, ia merasa emosinya sudah bisa terkontrol dengan baik. "Emosi? Bukan kah emosi anak itu sudah lebih baik sejak 4 bulan terakhir ini?"

"Akhir akhir ini dia lebih suka bengong, seperti tadi siang, saat aku menguji gerakannya, ia seperti patung yang langsung diam tanpa bergerak sedikitpun, matanya berkedip tapi seluruh tubuhnya diam. Aku tak tahu pasti kenapa, tapi dia bilang, dia seperti berada di suatu tempat yang sepi dengan hamparan pasir yang sangat luas, tidak ada matahari hanya ada akar pohon yang menjulang ke atas." Levi mengerutkan dahinya, ia cukup penasaran dengan ucapan Garou barusan.

"Akar pohon yang menjulang ke atas?" Garou mengangguk, ia seperti mengingat sesuatu. "Saat aku masih kecil, aku pernah mendengar sebuah dongeng, kalau dunia ini, berada di sebuah pohon raksasa, yang sangat besar, saking besarnya pohon itu sampai bisa menampung bumi."

"Lalu?"

"Pohon itu bernama Yggdrasil, atau pohon kehidupan." Levi menuangkan teh nya, lalu memberikan teh itu kepada Garou. "Ini minum, lalu lanjutkan ceritamu." Garou langsung menghabiskan teh itu, ia merasa bukan hilang dahaganya malah membuat tenggorokan nya terasa aneh.

"Dan akar dari Yggdrasil adalah Qliphoth." Levi menatap Garou, ia memegang kepalanya, rasanya ia pernah mendengar kata Qliphoth. "Aku seperti mengingat sesuatu, Qliphoth aku mungkin pernah mendengarnya, kalau tak salah Qliphoth adalah tempat para iblis tinggal. Dan akar itu berada di dunia bawah, atau neraka." Ucap Levi.

Garou mengangguk, Levi mencoba menghubungkan Eren yang suka melamun dengan posisi akar dari Yggdrasil. "Jadi maksudmu, Eren melihat akar Qliphoth yang berada di dunia bawah?" Garou mengangguk.

"Ini hanya bisa jadi, bisa juga tidak, karena aku belum pernah melihat pohon besar itu secara langsung."

"Aku tinggal di bawah tanah, tapi aku belum pernah melihat akar pohon yang menjulang." Garou menatap Levi, ia bingung dengan pernyataan Levi.

"Bukankah kau sendiri bilang, kalau akar Qliphoth adalah tempat para iblis tinggal?"

"Itu hanya ocehan ku saja, selama aku di kota bawah, aku belum pernah melihat akar pohon yang menjulang." Garou menghela nafas, ia juga tau akan hal itu. "Hadeh, akar pohon paling panjang itu tidak lebih dari satu meter, memang ada yang bisa mencapai 5 meter, tapi itu harus pohon yang besar dan usianya di atas 100 tahun. Tapi pohon kelapa, akarnya tetap pendek."

"Pohon kepala itu apa?" Garou melongo mendengar pertanyaan Levi. Ia heran, kenapa dunia ini begitu sempit sampai pohon.

"Intinya pohon kelapa, adalah pohon yang bisa menghasilkan air yang sangat segar, di dalam buahnya." Levi hanya mengangguk kecil, ia memang belum pernah melihat pohon kelapa. "Hoaaaam!" Garou menguap, ia sedikit merasakan ngantuk.

"Tidurlah." Ucap Levi. Garou menuangkan secangkir teh, lalu merebahkan dirinya. "Walaupun aku tidur, palingan hanya 1 jam lebih, lalu bangun lagi. Tidak ada bedanya kalau tidak tidur sama sekali." Garou melihat satu bintang yang bersinar paling terang, ia merasa pernah melihat bintang itu.

"Heichou, setelah melakukan perebutan Dinding Maria, apa yang akan kita lakukan?" Ucap Garou. Mendengar ucapan Garou, Levi menunduk ia belum memikirkan apa apa. "Tujuan lain selain merebut dinding Maria, adalah ruang bawah Tanah Eren, disitu ada sesuatu yang harus kita cari tahu."

"Maksudnya, apa yang akan kau lakukan kalau semua masalah ini sudah beres? Sebelum kesini, aku memang pembuat masalah, tapi saat aku berada disini, aku merasa kalau masalah tidak akan pernah selesai." Levi sedikit melirik Garou, ia juga sependapat dengan Garou.

"Entahlah, semua yang akan kita lakukan butuh proses, kalau pun ada, aku ingin membuka kedai teh." Garou mengangguk pelan, tapi ia sedikit terkekeh, saking maniaknya Levi terhadap teh, ia ingin membuka kedai teh.

"Aku pernah mendengar sebuah kata kata tentang teh, hidup itu seperti secangkir teh, bagaimana rasanya, tergantung bagaimana kamu meraciknya." Levi tertawa kecil, ia tahu maksud dari ucapan Garou.

"Ah aku paham, teh ku rasanya pahit, seperti hidupku." Garou tertawa cukup kencang, ia merasa seperti berbicara dengan teman lama. "Buatlah teh manis, seperti manisnya hidup ketika berhasil merebut dinding Maria." Levi menyungging senyum tipis.

"Aku akan membuat teh manis, dengan semua kepahitan yang kita alami." Garou menutup matanya, ia mungkin ingin beristirahat sejenak. "Laut, ya?"

***

 OMINOUS THE FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang