14. Syaira atau Sahara?

856 91 9
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bantu koreksi jika ada typo ataupu kesalahan tanda baca

Jangan lupa

Bismillahirrahmanirrahim

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Gus Ikhwan menatap punggung Zeidan dari balkon kamarnya, pemuda itu duduk ditaman belakang rumah mereka sendirian, kebetulan kamar itu menghadap taman belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gus Ikhwan menatap punggung Zeidan dari balkon kamarnya, pemuda itu duduk ditaman belakang rumah mereka sendirian, kebetulan kamar itu menghadap taman belakang.

Tadi sore pemuda itu memaksa pulang, dan pada akhirnya Kenan mengizinkannya pulang dengan banyak catatan, salah satunya banyak beristirahat.

Zeidan tampak uring-uringan sekarang, entah apa yang ada dalam pikiran pemuda itu.

Gus Ikhwan tersenyum, melihat Zeidan itu seperti melihat dirinya sewaktu muda, sedangkan jika melihat Zidan, seperti melihat sifat Azhira.

Anak-anak sudah semakin besar sayang, Zeidan semakin dewasa. Apa kamu tidak rindu, Zaujati?. Tanya Gus Ikhwan dalam batinnya.

Zeidan sendiri nampak bimbang dibawah sana, ia berkali-kali mengecek ponselnya, menatap pesan yang dikirimkan Sahara. Tumben-tumbenan gadis itu mengirim pesan seperti ini.

Sabrina Jihan Sahara

Aldan,
kamu sudah pulang ke rumah?

Me
ya

Bisa datang ke rumah secepatnya?

Me
apa ada masalah?

Nanti aku cerita jika kita sudah halal
Tapi bisa secepatnya datang ke sini?

Me
baiklah
saya akan tanya ayah dulu

Pertama kalinya Zeidan mengirim pesan sebanyak itu pada bukan mahramnya. Diam-diam ia tersenyum, apakah Sahara tidak sabar ingin menikah dengannya, kalau begitu ia juga sama.

"Selagi belum menikah, jangan berani-beraninya diluar batas."

Zeidan refleks mematikan handphonenya mendengar suara sang ayah tepat dibelakangnya.

Al Zeidan (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang