16. Finally Sah

1.1K 100 4
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sedih, akhir² ini aku ngerasa gak ngefeel sama sekali.

Maafkan aku sudah lama tidak up hehe

Bantu koreksi jika ada typo ataupun kesalahan tanda baca

Jangan lupa

Bismillahirrahmanirrahim

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30 menit menjelang ijab kabul, benar-benar membuat Zeidan resah. Pemuda itu berdiri, duduk, kemudian guling-guling di lantai kamarnya tanpa sepengetahuan orang lain, bibirnya tidak berhenti mengucapkan istigfar agar tenang, namun tetap saja ia gugup luar biasa.

"Qabiltu nikahaha-

"Ah, bagaimana jika saya pingsan?" tanya pemuda itu entah pada siapa.
"Bagaimana jika tangan saya gemetar?"

Absurd memang, nyatanya wajah tenangnya tidak selaras dengan hatinya. Apalagi saat dirinya turun kebawah sekedar untuk mengambil minum atau makan bersama keluarga, rumahnya sudah didekor sebaik mungkin, para santri juga ramai sekali membantu segala persiapan pernikahan gus mereka. Zeidan benar-benar semakin gugup.

"Ya Allah, lancarkanlah ... " kata pemuda itu, ia menarik nafasnya perlahan agar tenang.

Dengan posisi yang masih sama, yaitu berbaring di lantai, pemuda itu kembali latihan untuk mengucapkan ijab kabul.

"Qabiltu-

"Ya Allah, kenapa baring dilantai?, nanti kotor!" Kata nenek Salma. yang baru saja masuk ke kamar Zeidan. Pasalnya Zeidan kini sudah siap dengan baju akadnya yang berwarna putih polos.

Zeidan menatap sang nenek dengan tatapan memelas, "nenek, peluk abang, jantung abang kejedar-kejedor," ujar pemuda itu jujur.

Sang nenek terkekeh pelan, "ayo sini nenek peluk!" ia segera membantu Zeidan bangkit dari rebahan.

"Abang deg-degan," kata Zeidan sambil memeluk erat neneknya.

"Ayahmu gak seheboh ini waktu mau nikahin bundamu." Sang nenek terkekeh pelan, tangan keriputnya mengelus lembut kepala Zeidan.

"Kan ayah dijodohin, abang cari sendiri nek. Jadi kerasa beda," kata pemuda itu lagi. Sang nenek hanya terkekeh pelan.

"Oh iya. Nenek sampai lupa, ayo cepet, calon istrimu sebentar lagi selesai dandan dirumah, Ahzam." Beritahu nenek Salma Ia mengurai pelukannya dengan Zeidan.

Al Zeidan (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang