26.

28 7 16
                                    

Imbas kejadian kemarin, hubungan Ezra dan Widuri semakin renggang. Semalaman mereka berdiam diri di kamar masing-masing. Barulah esok paginya, Ezra mengantar Widuri ke Palo Alto. Semua tampak baik-baik saja sampai muncul dua orang polisi yang mendekati mereka saat hendak berangkat.

"Selamat pagi, Ezra Yudhistira." Polisi itu mengangkat lencana.

Ezra tak menjawab karena masih terkejut dengan kedatangan polisi di depannya.

"Kami ingin bertanya tentang kematian Kenneth Aji Soedarsono. Kami sedang memeriksa saksi yang berada di sekeliling Kenny sebelum dia tewas. Bisakah kamu ikut kami ke kantor polisi?'" Polisi itu melihat seorang gadis dalam mobil Ezra. "Apakah dia putrimu?"

"Kenny? Tewas?" Ezra menoleh pada Widuri yang sama-sama terkejut. Dirasa sudah ketahuan, Ezra berkata lagi, "Ya. Dia putriku."

"Kami juga butuh kesaksian putrimu. Ayo kita bicara di kantor polisi."

Widuri keluar dari dalam mobil dan berjalan duluan ke mobil polisi. Ezra mengunci mobilnya dan menyusul sang anak. Tindakan mereka yang kooperatif semata-mata dilakukan agar memudahkan mereka ke depannya.

*

Ezra dan Widuri diperiksa di ruang berbeda. Serangkaian pertanyaan mereka jawab dengan baik dan tidak bertele-tele. Tapi ada satu hal yang sama-sama tidak mereka katakan pada polisi. Rudapaksa yang terjadi pada Kenny. Alasannya karena para polisi tidak bertanya.

Sayangnya, penyidik merasa ada yang janggal pada kematian Kenny karena curhatan Kenny yang disimpan dalam laptopnya. Heinrich dipanggil ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lagi. Ini sangat tidak menyenangkan baginya. Pemakaman Kenny saja belum dilakukan karena mayatnya masih diautopsi, ditambah lagi dengan masalah ini.

Heinrich menceritakan tentang rudapaksa yang dialami oleh Kenny, tanpa menyebut nama Ezra. Salah seorang penyidik bertanya apakah Ezra yang melakukan itu dan emosi Heinrich langsung tersulut.

"Tidakkah kalian paham kalau aku sedang lelah? Setelah suamiku meninggal, kalian terus mengorek masa lalu yang menyakitkan, bayangkanlah bagaimana rasanya." Heinrich menutupi wajahnya. Tak lama, ia menatap kedua penyidik itu lagi. "Itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Dan memang pria itu pelakunya. Putrinya pun tahu."

"Kau ingin memenjarakan pria itu?"

"Untuk apa? Dia sudah mendapatkan balasan yang lebih perih. Putrinya sudah tak sudi lagi menganggapnya sebagai ayah. Itu sudah cukup." Pria itu berjalan mendekati jendela yang ditutupi tirai. "Bukannya aku tak ingin memperjuangkan keadilan bagi Ken. Tapi Ken sudah pergi. Dia juga sudah menyatakan selesai. Cukup dia saja yang membawa dendam selama bertahun-tahun, aku tak ingin membawanya sepeninggal Ken. Aku hanya ingin mayat Ken segera dikembalikan. Aku ingin memakamkannya dengan layak."

Kedua polisi itu tampak tidak setuju dengan Heinrich. Ketika sama sekali tak ada yang membalas ucapannya, Heinrich kembali menatap mereka.

"Aku mohon, segera kembalikan mayat Ken padaku. Aku tak ingin ada tuntutan apa pun untuk Ezra dan putrinya. Aku berjanji akan menyelesaikan sisanya."

Setelah memberikan pernyataan itu, Heinrich mengisi beberapa dokumen untuk melegalkan pernyataan bahwa ia tak akan menuntut apa pun ke depannya. Ia pulang ke rumah setelah mendapatkan informasi bahwa besok mayat Kenny akan dikembalikan padanya. Pria itu langsung menghubungi Widi untuk menyiapkan pemakaman Kenny esok hari.

Ketika polisi membebaskan Ezra dan Widuri, polisi itu hanya menjelaskan kalau semua ini sudah selesai. Ezra jelas tak percaya, ia ingin bertemu dengan Heinrich untuk mendapatkan jawabannya. Namun, ia harus mengantar Widuri dulu ke Palo Alto.

His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang