Chapter Nine: Internet Famous - 3

399 53 40
                                    

Pertanyaan terbesar yang jawabannya masih menggantung sampai sekarang adalah, apakah dia siap? Mulut bicara besar, namun nyali menciut. Makin mendekati malam, Yerim semakin tidak karuan. Dia berusaha sekuat tenaga menyembunyikan fakta bahwa dia ketakutan. Dia hanya diam, menjadi penonton bagi Bomin yang lalu-lalang mengurusi tempat untuk siaran langsung. Rambut bisa saja rontok karena terlalu banyak disisir, kegiatan yang tidak berguna itu jadi satu-satunya yang dia lakukan di antara pikiran yang kalut.

Jejak digital itu sulit dihapus. Bahkan oleh orang yang pandai dengan dunia komputer seperti Taehyun, itu pelik. Berapa besar kemungkinan seseorang akan mengenalinya? Bagaimana kalau apa yang dia lakukan malam ini akan menghantuinya seumur hidup? 

Masih di meja yang sama, Bomin meletakkan sebuah topeng untuknya. A red masquerade, sangat cocok dengan pakaiannya saat ini. Dia hampir telanjang, hanya tersisa pakaian dalam warna hitam yang dipadukan dengan gaun malam see-through yang juga disediakan oleh Tuan Rumah. Pemuda itu tidak tanggung-tanggung mengemukakan obsesinya pada wanita dengan pakaian warna merah, seluruh penampilan Yerim hari ini menyala dan berani.

Yerim berbalik untuk melihat apa yang dilakukan oleh pemuda itu. Rupanya dia sedang makan roti. Masih terus sibuk mempersiapkan kamera dan tempat, dia mengunyah dengan cepat cenderung rakus. Tangan yang memegang roti itu diselipi topeng miliknya sendiri, sejenis dengan yang dia berikan padanya, hanya berbeda warna saja.

"Kau akan menggunakan celana itu?" Yerim menegur, mempertanyakan penampilan yang dipilih Bomin yang sangat sederhana--celana hitam tanpa atasan--berbanding terbalik dengan dirinya yang sedikit berlebihan.

"I look good like this," balas Bomin sambil mengunyah. Dia berpose di depan Yerim, memamerkan otot tubuhnya yang seksi. Tubuh pemuda itu terlihat sehat, otot perut dan lengannya cukup baik dilihat. Paling tidak, dia lebih seksi dari Heeseung.

"Kukira kau akan langsung telanjang."

"Lebih bagus kalau kau yang menelanjangiku, kan?" Suara tawa pemuda itu memenuhi ruangan, dia merasa bangga dengan jawabannya sendiri.

Yerim kecut. "Kau tidak mau memberi arahan atau semacamnya? Paling tidak beritahu aku apa yang akan kau lakukan."

Bomin menatapnya heran. "I did, didn't I?" Dia menggigit rotinya dramatis. "I'm gonna fuck you hard."

Yerim memutar matanya malas. "Whatever."

Terlalu muak dengan Bomin yang sok berkuasa, Yerim memilih kembali menghadap ke arah cermin. Dia lebih suka mengurusi dirinya sendiri, karena pemuda itu menurutnya sangat menyebalkan. 

Bomin mendekatinya, kemudian mengusap pundaknya dengan lembut. Senyuman mereka di sana, roti bekas gigitan yang sudah tidak sisa seberapa itu ditawarkan ke arahnya. "Mau?"

"Tidak."

"Kau belum makan malam."

Gadis itu gerah. "Pedulimu yang setengah-setengah itu menggelikan."

"Oh, kau merajuk?" Dia memeluknya dari belakang, "uh, lucu juga kalau kau seperti ini."

"Kau berkata begitu hanya untuk membuat hatiku lebih baik, kan?"

"Memang begitu tujuannya?" Bomin jahil, dia mengaitkan rambut tergerai Yerim ke telinga, memberikan akses mudah baginya untuk mengecup indera pendengaran itu. 

Yerim otomatis mendelik karena geli, tetapi dia tidak bisa menghindar. Bomin bergerak cepat sekali, sebelah tangannya menahan tubuh yang mencoba bergerak menjauh. Basah dan lengket, seketika gadis itu bisa merasakan benda tak bertulang dari mulut pemuda itu tengah menjelajahi lekukan-lekukan telinganya. Tidak bisa dipungkiri, sentuhan semacam itu membuat dia kewalahan. Ketika lidah dan bibir mengecup dan mengisap kupingnya, dia merasakan getaran hebat disekujur tubuhnya. Rasanya seluruhnya tegang dan berdiri, sampai ujung kaki. 

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang