Terlihat seorang lelaki berjalan di tengah dinginnya salju yang masih menghujani kota London. Berjalan dengan terlunta-lunta. Hatinya patah, dan mungkin tidak bisa diperbaiki lagi.
Hembusan nafasnya berubah menjadi uap di udara. Ia menerjang dinginnya hari itu tak kenal takut meskipun badannya sudah gemetaran akibat kedinginan. Retukan giginya terdengar mengerikan, Angin yang kala itu berhembus serasa ingin meremukkan tulangnya
Ia meneguk sekaleng beer yang ia beli tadi. Setelah habis, ia meremukkan kaleng itu lalu ia melempar kaleng yang sudah tidak berbentuk itu lagi jauh-jauh sambil berteriak kencang seakan tidak perduli ada orang yang melihatnya.
Ia tak perduli dan tidak malu sebagai publik figure yang sekarang ini booming di dunia melakukan hal yang menurut orang lain berperilaku sangat bodoh.
Matanya bengkak, menangis sudah hal rutin yang ia lakukan. Kala itu dia menjatuhkan lututnya untuk bertumpuh di tanah yang sudah tertutupi salju. Ia menangis, tetapi air mata itu sudah kering akibat terlalu seringnya ia melakukan hal itu.
Kedua lututnya sudah tak sanggup lagi menopang tubuhnya, ia tumbang ke atas dinginnya es yang melapisi jalanan. Kedua pipinya sudah berubah menjadi merah merekah dan bibirnya pucat pasi akibat kedinginan yang luar biasa.
“For a god sake, Nialler what are you doing here?“ Teriak seseorang. Zayn Malik, teman satu band nya yang sudah ia anggap seperti saudara kandungnya bersama 3 orang lainnya. Zayn menjatuhkan tubuhnya ke atas lapisan salju yang menutupi jalanan itu sambil memegang kedua bahu Niall lalu membalik badannya.
“I can't stand anymore. 5 months she already leave me. 5 months more I hold this pain. I feels like I'm losing a part of me. I'm not that strong like everyone, I'm weak“ kata lelaki itu sambil sesegukan, matanya yang berkaca-kaca itu membuat Zayn tidak tahan.
Memang, tak ada yang tega melihatnya menangis terus menerus dalam keputusasaan seperti itu. Niall memang susah sekali untuk jatuh cinta, tapi sekali ia jatuh cinta, akan sulit untuk menghentikannya.
“Niall, listen to me. Kehilangan orang yang kita sayang itu memang bagian dari hidup! Kau tidak boleh menangis seperti ini terus menerus Niall, ayolaah kita pergi dari tempat ini“ kata Zayn sambil membawa Niall menuju ke apartmentnya.
***
Niall menatapi badai salju diluar apartment dengan duduk persis di jendela kaca yang dapat melihat jelasnya badai yang menyeramkan dengan langit hitam pekat.
Terdengar suara televisi dan dentingan sendok serta tawa candaan yang bersumber dari meja makan, the boys berserta para kekasihnya sedang makan malam bersama.
“Niall, ayo makan. Eleanor membawakan ayam peri-peri untukmu“ teriak Louis dari meja makan. Tetapi Niall hanya tetap diam membisu. Niall mengambil amplop berwarna coklat dari atas meja dan ia membuka perlahan.
Terlihat secarik kartu undangan berwarna ungu lavender, warna kesukaan gadis yang ia sangat cintai. Niall membuka perlahan dan membaca dengan seksama.
Helena Carter Sharapova
AND
Nathan James Sykes
Niall kembali menaruh kartu undangan pernikahan itu kembali ke dalam amplop sambil tersenyum pahit.
Hatinya serasa tersayat silet tajam berkarat yang membuat hatinya seperti mati rasa. Niall pasrah, tidak tau harus berbuat apa lagi. Orang yang sangat ia cintai seumur hidupnya dan seluruh nafas yang dia hembuskan untuk mencintainya kini gadis itu akan menikah, Mirisnya dengan orang lain. Niall hanya bisa tersenyum hambar, lemah tak berdaya.