3. Masalah PDKT

2.9K 107 5
                                    

Duduk bermenung sambil ngemut permen di tepi lapangan basket itu luar biasa tenang. Soalnya nggak ada yang Zeora pikirkan. Cuma duduk diem sambil ngeliatin anak cowok main basket. Udara sejuk siang ini juga makin membuat hati dan pikiran adem. Tidak hanya sendirian disana, Zeora ditemani empat orang temannya; ada Viola, Alesha, Alma dan Nayra. Tidak seperti teman-temannya yang lagi heboh bersorak sambil nyemangatin cowok yang mereka kenal, Zeora lebih memilih diam memperhatikan. Dipikir-pikir bersorak kayak gitu nggak ada faedahnya. Bikin suara serak aja. Apalagi mereka cuma main doang, bukan tanding.

“Al, udah jam segini nggak mau pulang?” Zeora menarik ujung pakaian Alma. Otomatis cewek berbadan pendek yang lagi berdiri itu menunduk.

“Ntar aja, lagi seru lihat mereka main,” balas Alma. Soalnya ada pacarnya disana lagi main, tentu saja betah.

Sekarang udah jam setengah dua, kelas mereka udah selesai sejak setengah jam yang lalu. Seharusnya Zeora udah sampai rumah, tapi Alma malah ngajakin ke lapangan. Mana tiga temannya ikut-ikutan terhibur lihat anak cowok main basket. Mau nggak mau Zeora harus ikut, karena dia males pulang sendiri.

Pulang sama Shaka? Kayaknya sampai Zeora lulus dia nggak akan berangkat dan pulang bareng suaminya itu. Yang ada banyak orang curiga di kampus. Disini kan banyak mata-mata. Mending Zeora cari aman.

Terlihat anak-anak basket mulai membubarkan diri dari tengah-tengah lapangan. Mereka yang terdiri dari sepuluh orang itu memutuskan untuk duduk beristirahat di tepi lapangan. Alma segera berlalu dari teman-temannya, seperti biasa dia mau ngebucin sama pacarnya sambil memberikan minum yang udah sempet dibeli tadi.

Sedangkan Nayra, Viola dan Alesha udah berhenti bersorak. Akhirnya telinga Zeora aman lagi dari kebisingan. Zeora itu tipe-tipe orang yang nggak suka bising, kalau rame orang dia memilih menghindar. Hatinya nggak tenang kalau lagi ditempat ramai. Lebih suka menyendiri di kamar sambil nonton drakor. Kayak orang introvert tapi dia cerewet.

“Capek juga ya.” Alesha mengipas-ngipasi dirinya menggunakan telapak tangan yang dikibas berulang kali ke area wajah dan lehernya. Bisa Zeora lihat keringat sudah menetes di lehernya. Maklum, nggak bawa kipas hari ini tuh anak. Biasanya kemana-mana bawa alat-alat make up, cermin, sama kipas angin. Sekarang karena ganti tas dia lupa memindahkan barang bawaannya.

“Suara gue hampir serak.” Nayra tertawa pelan. Menertawakan kebodohannya sendiri. Diantara teman-temannya dia paling semangat bersorak menyemangati anak-anak cowok itu. Padahal nggak ada yang dia kenal satu pun disana. Ada sih ada, tapi cuma sebatas tahu nama. Kenal juga nggak. Istilahnya tuh sok kenal sok dekat aja yang penting nyorakin. Zeora udah kenal banget tipe-tipe temennya ini. Kalau yang modelan Nayra orangnya ganjen.

“Lagian lo bertiga kayak orang nggak ada kerjaan aja,” sewot Zeora sambil geleng-geleng kepala. Temen-temennya gesrek semua, jatohnya udah malu-maluin diri sendiri.

“Bagi dong, Ze.” Alesha merampas asal minuman dingin rasa cokelat milik Zeora yang tergeletak di sampingnya. Tanpa izin menyeruput asal minuman tersebut. Zeora cuma geleng-geleng kepala, sudah biasa sama kelakuan Alesha. Ya, kalau gadis dengan ciri khas rambut poni ini emang sukanya nebeng, baik itu tentang makanan maupun tumpangan pulang. Soalnya dia tuh nggak mau ribet, apalagi sampai ngeluarin duit. Kalau soal makanan, punya teman itu terasa lebih nikmat. Soalnya gratis.

Saat tiga gadis itu mulai larut dalam pikiran masing-masing, Alma dan sepuluh orang cowok habis main basket tadi melirik ke tribun atas. Lebih tepatnya melirik kearah Zeora.
Alesha hampir menyemburkan minuman dimulutnya, dia pikir cowok-cowok itu lagi menatap kearahnya. Padahal bukan cuma ke dia. Alesha kan jadi salah tingkah.

“Mereka ngapain ngeliatin kita?” tanya Viola seolah ia juga merasa diperhatikan.

“Kayak apa banget kita diliatin,” bisik Nayra.

Lecturer secret wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang