Estospia adalah dunia makhluk non-exist seperti mereka berasal. Di mana semua makhluk non-exist menjadi satu dan juga saling waspada diri karena tak semua hidup berdampingan dengan damai. Ibaratkan ada 'pemangsa' dan 'dimangsa'.
Sebelumnya, Xion masuk melalui sebuah portal yang hanya kaum naga yang memiliki kemampuan seperti itu. Kemampuan membuat portal agar bisa terhubung oleh dunia manusia karena banyak kaum manusia yang mempercayai makhluk mitologi itu, walaupun belum ada bukti pasti tentang kemunculannya.
Xion membawa mereka menuju sebuah pulau bernama yang Haven Island. Haven Island merupakan tempat pribadi milik Xion. Aman, tak dihuni oleh makhluk non-exist lainnya dan jauh dari daratan luas yang dihuni oleh mereka. Bisa dibilang, Haven Island ini merupakan pulau terpencil yang tak pernah dijamah oleh makhluk lainnya.
Haven Island kini menjadi tempat di mana Xion berdiam diri, tepat di bawah kaki gunung berapi yang ada di pulau tersebut. Gunung yang menjulang tinggi dengan hutan rimbun nan subur yang tumbuh lebat di seluruh permukaan sekitarnya. Meski pulau itu tidak luas, kondisi pulau itu membuat Xion betah dan nyaman.
Setelah sekian lama mengudara, Xion mendarat tepat di depan gua di mana dia berdiam diri. Gua yang diselimuti sulur yang menjalar di dinding dan menutupi seluruh permukaan gua membuat gua tersebut sedikit menyeramkan. Tapi, tentu saja bukan seram berhantu untuk bangsa seperti mereka. Seram dengan maksud suramlah yang terkesan dibenak mereka.
Levian, Adara, dan Caus turun menapak tanah dengan perlahan. Beberapa kunang-kunang yang menghinggapi sulur-sulur yang menjalar itu menerangi mereka dengan cahaya yang redup. Menari-nari seperti kawanan lebah yang menghinggapi bunga. Dengan santai, Levian menjentikkan jari, lantas muncul sebuah bola berasap yang berpijar untuk menerangi mereka.
"Untuk apa kau membuat bola es?" Adara berbisik pelan karena si bayi yang masih tertidur lelap setelah kepompong akar yang membalutnya telah hilang.
Levian tersenyum. Dalam satu jentikan jari, bola es tersebut bersinar menerangi gelap di sekeliling mereka. "Ya, cukup sulit untuk melakukannya. Tapi, aku berhasil memanipulasi bola es ini hingga bisa mengeluarkan cahaya. Aku menamainya Tlun," jawab Levian dengan bangga. "Memangnya kau bisa melihat dengan keadaan seperti ini?"
Caus tertawa kecil, "Tlun? Nama yang aneh."celetuk Caus kemudian. Adara lalu menyenggol sikut Caus dan berdesis seraya menggeleng kecil. Jangan mulai, batinnya.
"Tlun itu berarti salju yang berkilau seperti bulan. Lihat, bola ini mirip seperti bulan yang bercahaya, 'kan?" Levian mengarahkan bola tersebut lebih dekat ke wajah Adara. Adara mengangguk pelan. Ya, apa pun itu, kini mereka bisa melihat dengan jelas.
"Apa itu dingin?" tanya Caus kemudian.
"Tidak untukku, kau mau mencoba memegangnya?"
"Tidak, terima kasih. Batuku bisa hancur kalau terkena es milikmu itu," jawab Caus seraya menggeleng pelan. Mereka mematung sekejap saat melihat tak ada celah untuk mereka masuk kedalam gua itu. Ini pertama kalinya mereka mengunjungi tempat pribadi Xion.
"Err, bagaimana kita bisa masuk?" ujar Levian. Dia kemudian menoleh kepada Adara. "Oh, Adara. Kau kan Dryad, kau bisa menyingkirkan akar-akar itu, 'kan?" sambungnya kemudian.
"Bisa saja, asal kau mau menggantikan aku menggendong bayi ini tanpa membuatnya menangis," jawab Adara.
"Tidak, aku tidak mau. Walaupun aku bisa mengendalikan kekuatanku agar tak menciderai yang lain, tetap saja aku tidak bisa berurusan dengan seorang bayi." Ujar Levian.
"Oh, pantas saja kau masih melajang sampai sekarang," sela Caus kemudian.
Levian terdiam, "Bagaimana jika kau saja yang memegang bayi itu? Kau yang penyuka anak-anak harusnya bisa, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIC (Re-Written)
FantasySeorang bayi keturunan manusia terakhir diburu oleh banyak monster diberi kekuatan yang menakjubkan dan diramalkan kalau bayi tersebut akan memusnahkan seluruh koloni yang menghancurkan dunia dimana bayi itu berasal dengan kekuatan yang ia turunkan...