Chapter 2

2.2K 120 6
                                    


"Hari ini dada Rayya gak enak." 

"Kenapa? badannya ada yang sakit?"  

"Nooo. I feel heavy. My chest. Probably my heart...I don't know, it's strange."


---*---

"Yah..."

"Hmm?"

Seungcheol menoleh, badannya ia geser menghadap anaknya yang khidmat menyantap double cheese burger favoritnya.

"Ayah kangen Yanda gak?"

Seungcheol meneguk cola-nya. Tenggorokannya sakit mendengar pertanyaan retoris itu. Setelah beberapa malam ia habiskan bertarung dengan memori yang sama sekali tak mau ia ingat.

"Kangen."

"Kata Nenek, Yanda pinter masak. Yanda bisa masak sop buntut juga kayak Nenek."

Terbalik.

Ibunya yang belajar dari Jeonghan. Ibu Seungcheol itu kurang pandai di dapur kecuali untuk urusan membuat kue, pastry, atau masakan western sederhana. Lidah Seungcheol akrab dengan masakan rumah 'yang rumit' berkat Bi Nah. Ingatkan Seungcheol untuk menambah gaji Bi Nah bulan ini.

"Iya, sop buntutnya enak."

"Lucky you, Yah."

Oke, setelah dihantui Jeonghan, sekarang anaknya kompak untuk menyindir halus dirinya. Seperti semesta tertawa melihat adegan dramatis Ayah-Anak ini. Ia melihat mata anaknya sedikit berkilat sembari menerawang ke depan, tempat parkir. Lagi.

Benar, Seungcheol luar biasa beruntung karena setelah 2 minggu berpacaran, ia selalu mendapat makan siang lezat dan bergizi buatan Jeonghan. Lebih fantastis, Ayahnya bahkan sering kebagian. Jeonghan senang sekali berkutat di dapur dan bereksperimen, termasuk membuat makanan sehat. Mengganti ingredients tertentu dengan yang lebih bernutrisi, Ayahnya dulu sempat ingin 'berlangganan' pada Jeonghan karena ia punya kolesterol.

Ayah Choi. Pria senior itu orang yang sangat sulit. Perangainya keras, kemauannya kuat, A ya A, B ya B. Termasuk urusan calon menantu. Dan bisa ditebak, hanya Jeonghan yang lolos, bahkan sebelum masuk 'arena seleksi'.

Jeonghan sempat bekerja untuk sebuah project dengan perusahaan keluarga Seungcheol. Sebuah project besar, bahkan Ayahnya menangani langsung project itu. Mereka sering bertemu dengan intens. Sempat ada moment di mana selama seminggu, obrolan di meja makan adalah 'Jeonghan ini...Jeonghan itu....'

Ibunya pun sama. Jeonghan sempat mengikuti kelas membuat kue yang diadakan restaurant Ibunya. Jeonghan yang paling muda, bersemangat, tentu menarik hati Ibu Seungcheol yang juga sulit sekali didekati. Ibu-nya ini terkenal bergaul hanya dengan kalangan tertentu. Awam menyebutnya, sosialita? old money? whatever. Perangainya dingin, jika tidak suka sesuatu ia tidak segan untuk langsung mengatakannya. Termasuk menolak terang-terangan semua pacar Seungcheol yang bahkan saat itu belum pernah dikenalkan langsung pada Ibunya.

"Mami gak suka sama perempuan yang kamu ajak dinner semalem."

Seungcheol pergi ke sebuah restaurant omakase terkenal kemarin malam. Berangkat dari apartementnya sendiri, menjemput Mina (pacarnya saat itu) di studio tempat ia pemotretan, makan, pulang. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibirnya soal agendanya hari itu.

Entahlah, mungkin ini risiko menjadi pewaris tunggal kerajaan bisnis Ayahnya. Soonyoung, sepupunya masih belajar dalam bisnis ini. Seluruh keluarga menaruh harapan padanya karena ia cucu pertama (dan anak satu-satunya Ayahnya).

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang