Chapter 6

1.1K 85 18
                                    


"Mind to explain something Mr. Choi?"  


---*---

"Yanda tuh sakit apa sih Yah?" 

 Seungcheol mematung. Rayya bertanya soal Jeonghan lagi setelah sempat 'lupa' membahasnya beberapa tahun. Selama ini keluarganya kompak mengatakan bahwa Jeonghan sakit tiap Rayya bertanya kenapa Yandanya pergi. 

Seungcheol berhenti memotong pancake yang ia makan. Minggu pagi yang harusnya cerah ceria mendadak gelap. 

"Yanda sakit gara-gara Adek ya?" anaknya makin menatapnya penasaran. 

 "Kok ngomongnya gitu?" Seungcheol berusaha menyembunyikan suara bergetarnya. 

"Soalnya Yanda pergi pas Adek ulang tahun. Kalo Adek gak ada, Yanda gak pergi." Rayya menunduk memainkan kancing piyama Toy Story nya. 

 "Adek, gak ada yang bilang kayak gitu. Semua seneng ada Adek di sini. Jangan ngomong gitu nak." rasanya hati Seungcheol tercubit. 

Mungkin ini akibat Seungcheol terlalu sibuk hingga anaknya sempat berpikir yang tidak-tidak. Seungcheol tidak berbohong soal semua orang yang senang dengan kehadiran putranya. Bocah ini sangat tampan (ia berterima kasih pada suaminya), tiap melihat anaknya selalu ada Jeonghan di sana. Anak ini juga pintar sekali, Seungcheol selalu mendapat laporan sangat baik dari wali kelasnya. Jika di tingkat selanjutnya prestasinya stabil, sangat mungkin ia bisa lompat kelas. Beberapa jurnal parenting yang ia baca, kecerdasan menurun dari 'Ibu' bukan Ayah. Seungcheol tidak menyumbang apapun pada anak ini selain benihnya. 

 Saat umur 7 tahun, Rayya menatap lamat tulisan di nisan Jeonghan. Menyadari bahwa tanggal Jeonghan pergi sama dengan tanggal ulang tahunnya. Semenjak saat itu, semua tak lagi sama. Rayya yang manis berubah sangat sensitif. Seungcheol beberapa kali harus menjemputnya dari sekolah karena mendapat laporan ia 'meltdown' di sekolah. Fase tantrumnya cukup ekstrem saat 'terribletwo', Seungcheol cukup kewalahan tapi setiap itu terjadi ia bisa langsung dialihkan dengan berbicara pelan dan mulai menerjemahkan kemauannya. Tidak pernah ia menyangka bahwa di usia 7 tahun, Seungcheol harus menghadapi ini lagi. Kali ini Seungcheol menyerah.

 Meltdown bukan sesuatu yang bisa ia tangani sendiri. Gangguan sekecil apapun bisa memicu emosi Rayya. Bedanya, saat tantrum ia bisa membantu menerjemahkan kemauannya, saat meltdown? Ia hanya bisa diam, memeluk anaknya yang seringnya memberontak, memukul, beberapa kali melempar barang (salah satu faktor Seungcheol harus segera menjemputnya di sekolah), menunggunya selesai menangis dan tertidur karena kelelahan. Kekecewaan pemicunya. Anak ini marah, kecewa, dan kesal. Ada bingung dan sedih juga di dalamnya. Saat Seungcheol duduk di depan dokter tumbuh kembang anaknya, ia mengernyit bingung ketika dokter anaknya bilang akan memberikan rujukan pada psikolog dan psikiater untuk membantu 'menyembuhkan' Rayya. 

 Rayya merasa hidupnya tidak adil. Saat 7 tahun, ia baru saja masuk ke dunia yang baru. Sekolah yang baru (meski separuh temannya adalah teman Taman Kanak-Kanaknya karena sebenarnya mereka hanya naik tingkat, di sekolah yang sama). Tapi teman-teman kelasnya jadi lebih banyak. Di hari pertama sekolah, ia diantar Ayahnya, Kakek-Nenek, Mom Tiff, dan Om Nyong. Lebih dari cukup untuk bersatu menjadi pasukan penyemangat harinya. Tapi melihat anak lain yang dipeluk Ayah-Ibu atau dua Ayah saat ingin masuk kelas, ia merasa berbeda. Anak ini selalu terdiam saat sudah di rumah. Pikirannya sibuk. Seungcheol kira itu hanya efek karena Rayya beradaptasi pada lingkungan baru. Ternyata ia salah besar. Semua memburuk ketika Seungcheol membawa anaknya mengunjungi Jeonghan dan menemukan fakta soal ulang tahunnya. Hidupnya langsung jungkir balik. 

Dua bulan Rayya ijin tidak masuk sekolah. Seungcheol memutuskan untuk bekerja dari rumah dan intens menemani anaknya terapi. Dan kemudian timbul kesepakatan di keluarganya soal, 'Yanda pergi karena sakit.' Hingga bertahun-tahun lamanya. Haruskah Seungcheol terjebak dalam bahasan ini lagi setiap anaknya naik tingkat sekolah? Ternyata ia masih saja bingung meski usianya bertambah dan kejadian itu sudah berlalu lama. 

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang