Chapter 14

1.6K 97 29
                                    


Seungcheol sudah pernah melewatinya kan?


---*---


"Ugh..."

Jeonghan menutup mulut dengan telapak tangannya, dorongan memuntahkan makanan yang ia santap siang tadi makin besar. Seungcheol masih di sana, mengerjap tak percaya.

"Cheol....ugh..."

"Eh? Iya, sebentar..." Seungcheol beranjak, tubuhnya otomatis mengambil baskom kecil di laci terbawah nakas kamar itu. Kemudian membantu Jeonghan mengeluarkan isi perutnya. Otaknya berpikir keras, bagaimana bisa tubuhnya otomatis mengambil baskom di sana? Ia ingat?

Jeonghan muntah makin hebat, kepalanya makin ia tundukkan ke wadah. Seungcheol masih di ambang kesadarannya, takut-takut memegang tengkuk Jeonghan, memijatnya pelan, berusaha membantu.

'It's....real?'

Tubuh Jeonghan hangat, sedikit panas. Efek demam.

"Udah... sorry Cheol.." Jeonghan selesai dengan urusannya kemudian Seungcheol otomatis membantunya minum sebelum Jeonghan menyenderkan badannya di ranjang.....rumah sakit? What?

"Han...Rayya mana?"

Jeonghan yang baru ingin memejamkan matanya, menatap Seungcheol kaget.

"Hah?"

"Rayya...mana?"

"Seungcheol, kamu buka-buka jurnal aku ya?" balas Jeonghan sengit. It's privacy!!

"Aku enggak! Tapi Rayya iya. Sekarang anaknya mana?"

"Kamu ngomong apasih? Kamu ngigo ya? Masih ngantuk?"

"Jeonghan, aku tanya. Rayya mana?" Seungcheol kekeuh bertanya. Ia berbalik, menuju pintu keluar kemudian berjalan ke kamar sebelah Jeonghan, mengintip sedikit dan kosong.... Tak ada siapapun di kamar itu. Tapi lorong ini...berbeda?

"Oh, hi Mr. Choi! I was just about to meet you, but apparently we met here. We need to talk about Jeonghan." itu Rachel! Rachel obgyn Jeonghan di Singapura belasan tahun lalu. Wait..what?

"Mr. Choi?"

"Uh? huh? Sure."

Kemudian Seungcheol terdiam lagi, duduk di hadapan Rachel. Di ruangan itu, ruangan yang sama. Dengan Rachel yang mengatakan hal serupa, ' It's an early stage of preeclampsia..' then the rest is just same. Sama.

Seungcheol buru-buru kembali ke kamar Jeonghan dan menemukan suaminya menatapnya dengan mata sembab.

"Sorry Cheol, harusnya aku lebih pengertian dan gak nyusahin kamu. Harusnya aku gak bangunin kamu kayak gitu, kamu pasti capek banget. Aku..." ucapan Jeonghan terhenti saat ponsel Seungcheol berbunyi. Sebuah notifikasi. E-mail.

Seungcheol mengernyit, ini...ini bukan ponselnya! No, maksudnya bukan ponsel yang terakhir ia pakai dan pop-up notifikasi kotak masuk e-mailnya muncul, disusul pesan dari Soonyoung.

'Mas, udah baca e-mailnya?'

Ini aneh. Kenapa semua aneh?

Seungcheol mengalihkan pandangannya pada Jeonghan yang menangis dalam diam. Memilih menatap ke luar jendela, suasana menjelang petang.

"Jeonghan...ini apa? Kenapa?"

"Cheol, kamu jangan bikin aku takut!!!"

"Enggak, ini aneh. Gak ada Rayya, ada kamu di sini, ada Rachel, aku di Singapur, pesan dari Nyong, aku bingung! Ini apa Jeonghan?" nadanya sedikit meninggi. Kalau ini sebuah permainan, Seungcheol tak segan-segan akan mengamuk.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang