IF I (You Knock Me Out, Ruga!) Chapter 1

1.5K 56 1
                                    


"Sayang, kamu punya aku. Kenapa harus bingung sendiri?"

---*---


"Ara aku aja yang pegang.." Seungcheol berjalan pelan menghampiri Jeonghan yang masih duduk di ranjang rumah sakit putranya dengan Ara yang masih nyaman di pelukannya. Terhitung sudah sekitar 3 jam Jeongha bertahan di posisi seperti itu dan putranya masih saja tak mau melepas pelukannya.

"HHGGGG!!!" Ara yang setengah mengantuk dengan selang oksigen bertengger di hidung, menggeram marah. Kesal karena ia merasa Yandanya mulai menggeser duduknya, bersiap untuk pindah.

"Udah biarin aja gak papa. Gak tidur-tidur nanti anaknya." Jeonghan menatap suaminya, memohon pemakluman. Tangan kanannya mengelus pelan kepala Ara yang terkulai di bahunya.

"Capek dong sayang kamu gitu terus dari tadi. Ikutan pucet muka kamu. Udah biarin siniin Aranya." Seungcheol ngotot mengambil Ara dalam pelukan Jeonghan. Mulai khawatir karena dilihatnya Jeonghan yang makin pucat dan berkeringat dingin. Seungcheol tau jika Jeonghan bahkan hanya makan sedikit sekali. Tidak napsu katanya. Kemudian di dini hari begini, masih harus dalam mode siaga memeluk Ara yang masih saja rewel padahal lusa mungkin ia sudah bisa pulang. Seungcheol khawatir Jeonghan akan sakit.

"Sini nak sama Ayah. Yanda lagi gak enak badan. Dipeluk Ayah aja ya.." Seungcheol mengangkat pelan Ara dari pelukan Jeonghan.

"AAAARRGGHHH YANDAAA!!!"

Kan.

Tentu saja anak itu akan mengamuk karena merasa Ayahnya menganggu acara tidurnya bersama Yanda.

"Ssssttt...ehh...Ara sayang. Sama Ayah oke? Ara gak kangen Ayah apa? Nginep di sini maunya sama Yanda terus. Ayahnya kapan dong? Gantian dong nak." Seungcheol berusaha menenangkan Ara yang menangis dengan marah. Menimangnya dalam gendongan dan menggeleng pelan membalas tatapan ragu Jeonghan yang tak tega dan ingin mengambil lagi putranya.

"Sama Ayah ya sayang ya. Cepet sembuh sayangnya Ayah. Nanti Ayah temenin Ara main sepeda lagi oke?" Seungcheol menciumi kepala anak itu. Hatinya terus berdoa agar segala kesakitan putranya bisa segera hilang dan tawanya kembali mengisi seisi rumah.

"Uggghhh..." Jeonghan berlari terbirit dari duduknya menuju kamar mandi. Dan kembali memuntahkan isi perutnya.

Dalam 3 jam, Jeonghan sudah muntah-muntah 4 kali. Yang ini, berhasil ia keluarkan di wastafel kamar mandi karena 3 lainnya hanya ia tampung dalam baskom yang ada di kamar rawat putranya.

"NNgghhhh ugggghhh.." Jeonghan memijat pelan perutnya yang mulai nyeri. Mungkin karena terlalu sering berkontraksi untuk mengeluarkan isi perut. Badannya dingin, keringat sebesar biji jagung membanjiri seluruh tubuhnya, tangannya meremas pinggiran wastafel kuat-kuat.

"Hhhh...hhh...." Jeonghan terengah. Kepalanya masih menunduk dalam di wastafel.

"Sayang? Aku panggilin suster ya?" Seungcheol melongokkan kepalanya ke arah kamar mandi yang pintunya terbuka, masih berdiri dengan Ara dalam gendongan. Menatap khawatir Jeonghan yang belum juga selesai dengan muntahnya.

Seungcheol menatap ke bahu kirinya, Ara sudah terkulai lemas, tertidur cukup pulas untuk akhirnya bisa ia taruh di ranjang. Seungcheol perlahan menidurkan anak itu, mengatur segala selang yang menempel di tubuh anaknya, kemudian menyusul Jeonghan yang terduduk lemah di lantai kamar mandi sembari memijat kepalanya.

"SAYANG!" Seungcheol cepat merengkuh Jeonghan dalam pelukan saat Jeonghan melemas dalam pelukannya.

"Heii...sayang...Jeonghan?" oke Jeonghan tidak sadarkan diri. Seungcheol menggenggam tangan kanan Jeonghan yang terkulai dan merasakan telapak tangan kecil itu dingin sekali. Ia langsung mengangkat Jeonghan dan menggendongnya ke sofa karena extra bed masih digunakan Aluna yang sedari tadi sudah tertidur pulas.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang