4. Obrolan santai

2.4K 96 1
                                    

“Assalamu’alaikum!” Zeora mengucap salam ketika sampai di rumah ibunya.

Pagi-pagi jam 7 Zeora udah main ke rumah lama. Katanya sih kangen karena udah lama nggak ketemu. Kebetulan lagi libur kuliah karena dosennya ada urusan lain jadi mending Zeora ngobrol-ngobrol sama ibunya.

“Waalaikumsalam.”

Zia mengulurkan tangannya ketikan Zeora hendak bersalaman. Tak lupa dilap dulu setelah mencuci tangan barusan.

“Ze? Kamu nggak kuliah?” tanya Zia yang lagi sibuk berkutat di dapur sendirian. Adonan tepung dan toping manis berserakan dimana-mana. Udah bisa Zeora tebak maminya lagi bikin kue. Biasanya ada bi Surti yang membantu, tapi sekarang beliau lagi ke pasar.

“Lagi nggak ada jadwal, Mam.”

“Shaka mana?” Zia celingak-celinguk ke depan, siapa tahu menemukan menantunya di ruang depan.

“Di kampus.”

Wanita satu anak itu membulatkan mulutnya membentuk huruf O sambil ngangguk-ngangguk paham.

“Aku males sendirian di rumah, kangen Mami,” kata Zeora sambil memeluk pinggang Zia dari samping, sedangkan kepalanya bertumpu di bahu sang mami.

Biasanya tiap pagi bakal manja-manjaan sama Mami, lebih tepatnya dimanjain Mami. Kalau lagi sekolah biasanya mereka menghabiskan waktu nonton bareng di ruang tengah sambil peluk-pelukan dan suap-suapan cemilan ringan. Sekarang udah jarang mereka lakukan karena Zeora udah nggak tinggal di rumah mewah ini lagi.

“Uh, anak Mami.” Zia mengacak rambut anaknya gemas. Udah nggak kerasa anaknya sekarang udah gede. Rasanya baru kemarin dengerin teriakan anaknya minta digendong, sekarang dia udah dewasa.

“Kamu mau bantu Mami buat kue?” tawar Zia kembali menyibukkan diri dengan adonan-adonan miliknya. Kebetulan dia juga lagi gabut di rumah, kemarin lihat resep bikin kue rasa pisang cokelat di kanal youtube jadi pengen ikutan bikin juga.

“Mami gimana sih? Kayak nggak tahu anaknya aja.” Zeora memandang malas adonan tersebut, ini maminya udah lupa atau bagaimana? Sejak kecil dia kan nggak bisa masak. Bukannya dia nggak mau, tapi maminya nggak ngebolehin. Dulu Zeora pernah pengen bantu bi Surti masak, tapi maminya selalu bilang; ‘kamu nggak usah masak, minta aja apa yang kamu mau nanti bi Surti bikinin.’ Alhasil sampai sekarang Zeora belum bisa megang spatula, wajan dan antek-anteknya.

“Sekalian belajar, sayang. Yuk!” Zia tersenyum na'as. Ia mulai menyesal—salahnya dia tidak mengajarkan anaknya untuk memasak, bersih-bersih rumah, cuci piring, baju dan segala macam. Sekarang dia sudah dewasa, udah punya suami pula, nggak bisa apa-apa.

Biasanya kalau di rumah suami, Zeora sebisa mungkin untuk belajar mencuci piring, dan cuci baju. Kalau cuci baju sih lumayan pakai mesin cuci. Nyetrika baju kudu pakai tenaga, pernah sekali kejadian saat itu Zeora kebelet pipis, setrika lagi panas-panasnya nggak sengaja punggung setrika masih menempel di baju Shaka. Alhasil, selang beberapa lama dia tinggal bajunya bolong karena kelamaan. Saat itu Zeora pikir bajunya nggak akan gosong kayak gitu, tapi keteledorannya hampir bikin Shaka ngamuk. Untungnya laki-laki itu masih bisa sabar, dan ia berjanji nggak akan biarin Zeora buat nyetrika bajunya lagi.

Bukan hanya itu, pernah rebus panas sampai airnya kering. Jadi, Zeora pikir merebus air itu butuh waktu lama—soalnya ia pernah lihat bi Surti rebus air panas buat dia mandi lama banget sampai setengah jam. Sedangkan Zeora ngerebus air sedikit buat bikin kopi Shaka. Setelah setengah jam dia tungguin, airnya sudah menyusut karena kelamaan. Panci jadi ikut-ikutan gosong.

“Kalau jadinya nggak enak jangan salahin aku ya, Mam.” Zeora sudah mewanti-wanti terlebih dahulu. Ia mulai takut kalau bikin kesalahaan lagi. Apalagi sampai merusak kue buatan maminya. Kan nggak lucu Zeora datang cuma mau ngerusuh.

Lecturer secret wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang