3 hari sebelumnya,
Mobil pajero hitam milik Uzui melaju, melewati jalanan yang dikelilingi pepohonan tinggi menjulang. Sembari memegang kemudi, netranya melihat jalanan dan terkadang mencuri-curi pandang ke arah ponsel yang ia jadikan sebagai sistem navigasi.
"Dalam waktu kurang dari lima menit anda akan sampai tujuan." Ponselnya mengeluarkan suara, memberi tahu berapa estimasi waktu yang ia butuhkan untuk sampai. Sebentar lagi...ia sudah dekat. Akan tetapi, netranya malah menangkap plang bertuliskan koujichuu (perbaikan jalan). Maka, berlawanan dengan peta, ia pun berbelok ke arah permukiman warga dan memarkir mobil di sebuah minimarket.
Lucunya, Uzui 'diprotes' oleh sistem navigasinya sendiri, "Putar balik."
Mengabaikan protesan itu, Uzui melepas seatbelt, "Putar balik."
"Cerewet! Jelas-jelas jalannya ditutup," keluh Uzui sembari mematikan aplikasi. Kemudian ia ke luar dari dalam mobil, melangkah memasuki minimarket.
Pintu otomatis terbuka.
"...irasshaimase," sambut seorang pekerja kasir wanita. Ia menatap Uzui dengan tercengang. Entah, ia terkejut karena tinggi badannya yang seperti raksasa atau karena bajunya yang tidak nyambung...
Wanita itu terus-terusan memberikan tatapan heran. Mungkin saja ia kini tengah membatin ria, mengomentari penampilan Uzui. Bagaimana tidak, kaus yang ia kenakan berwarna kuning terang, sedangkan celananya berwarna hijau neon. Di-double pula dengan legging hitam. Sungguh kombinasi yang patut dipertanyakan dan cukup bikin sakit mata.
Pria berambut putih itu bergerak menuju lemari pendingin dengan cuek, mengambil dua botol minuman isotonik. Padahal, ia tidak terlalu ingin minum apa-apa untuk saat ini. Ia hanya ingin bertanya mengenai villa tua yang terletak di kaki gunung. Namun rasanya kurang sopan kalau cuma mampir untuk bertanya-tanya tanpa membeli sesuatu.
Uzui menatap pantulan dirinya di kaca minimarket.
Pokoknya hari ini harus dapat satu informasi.
Benar, kedatangan Uzui ke tempat ini bukan sekedar untuk jalan-jalan santai. Ia datang ke sini karena tuntutan pekerjaan. Semuanya bukan karena keinginannya, melainkan atas permintaan Sang klien, yakni nyonya Iwamura yang curiga dengan anak semata wayangnya, Kyougai.
Berdasarkan apa yang ia dengar, ibu dan anak itu sudah lama tidak berjumpa. Semenjak lulus kuliah, Kyougai tinggal di kota lain, bekerja sebagai penulis novel romansa. Begitu bertemu lagi, tahu-tahu saja Sang anak sudah punya mobil mewah dan membawakannya berbagai macam barang branded, bahkan ia bercerita kalau punya villa yang cukup luas.
Niat hati, ia ingin membahagiakan Sang ibunda. Tapi, justru hal tersebut malah menimbulkan kecurigaan.
Dari mana uangnya?
Untuk ukuran penulis novel yang namanya jarang terpampang di toko buku manapun, kekayaannya itu dianggap tidak wajar oleh Nyonya Iwamura, mulai dari tinggal di apartemen mewah hingga memiliki villa seluas dua hektar yang belum pernah dilihatnya secara langsung.
Kalau Uzui ada di posisi Nyonya Iwamura, ia juga akan curiga.
Oleh karena itu ia putuskan ke sini, melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Minuman isotonik yang barusan Uzui ambil, diletakkan di meja kasir. Lalu saat tangan wanita itu mulai bergerak melayani, Uzui buka suara, "Maaf, aku boleh sambil tanya-tanya sebentar?"
"Hai?"
"Katanya di sekitar sini ada spot bagus buat foto-foto, ya? Letaknya di dekat villa."
"Ah, jangan bilang untuk...keperluan vlog?" Wanita kasir itu menebak-nebak. Sepertinya banyak yang bela-bela datang ke sini demi engagement di sosial media. Benar saja, ia pun berkata, "Ada! belakangan ini banyak orang yang datang ke sana. Tempatnya memang bagus, cocok untuk bersantai, ada yang sampai posting di media sosial juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Working with a Shaman to Investigate a Case
Fanfiction[Kimetsu no Yaiba fanfiction] Uzui Tengen, Si detektif swasta, yang tidak percaya hantu tiba-tiba saja terkena gangguan gaib. Ia diberi saran oleh juniornya, Kamado Tanjiro, untuk menemui seorang dukun. Namun, siapa sangka pertemuannya dengan Sang d...