Untuk menetralisir keanehan yang muncul dihatinya, Leomord pun mulai memakan buah buahan yang tadi Estes berikan kepadanya dengan lahap.
Ternyata buahnya manis dan mengandung banyak air, jadi Leomord bisa makan sekalian minum di waktu yang bersamaan. kali ini Leomord benar benar bersyukur, meskipun belum mendapatkan jalan pulang setidaknya saat ini ia tak sendirian di hutan.
。 。 。
Estes POV
Aku memperhatikan dirinya memakan buah yang kuberikan dengan lahap, mungkinkah dirinya kelaparan atau memang menyukai rasa buahnya aku tidak tahu namun yang menjadi pusat perhatianku adalah rupa dirinya.
Ini pertama kalinya aku melihat makhluk yang telinganya seperti ini. salah satu tanganku terulur untuk menyentuh telinganya, dia berhenti dengan makanan nya dan sekarang menatapku dengan tatapan kebingungan.
Aku tidak begitu peduli dengan ekspresinya , aku masih penasaran dan terus mengusap telinga miliknya. aku mengerutkan dahi dan memiringkan kepalaku, aku keheranan apakah ia adalah elf seperti diriku atau bukan. dirinya juga tak memiliki sayap, rambutnya sepekat batu obsidian meskipun terlihat berantakan, namun aku tak merasakan hawa kejahatan dari dirinya. ia kelihatan tak memiliki niat buruk padaku, jadi aku penasaran makhluk seperti apa dirinya.
Mungkin apa yang saat ini kulakukan mengganggunya, karena tepat setelah jariku tak sengaja menyentuh pipinya, ia mendorong tanganku supaya menjauh sembari mengucapkan beberapa kata yang aku tak mengerti apa artinya, dia bilang begini - "apa yang kau lakukan? ", nadanya tidak seperti marah jadi bisa ku simpulkan perkataannya barusan adalah sebagai pertanyaan karena wajahnya juga kebingungan dan ku pikir mungkin dia bertanya tentang apa yang sedang ku lakukan.
segera aku menyelipkan rambut panjang ku ke belakang telinga. aku menunjukkan telinga runcing ku kepadanya, setelah itu aku kembali menyentuh telinganya. dia tak merespon dan hanya memperhatikan diriku, mungkinkah dia tak memahami maksudku?
Aku berpikir sebentar. setelah itu untuk membuatnya memahami diriku, aku pun berbalik ke belakang untuk membelakangi dirinya. kini ia memperhatikan sayap ku, mengepakkan sayap ku perlahan lalu aku kembali menghadap kedepan dan menepuk nepuk punggung nya.
"a.. eun.. ? " - ku harap dia mengerti sekarang, perbedaan yang ku tunjukkan kepada nya pasti akan membuat dirinya paham.
dan syukurlah dia menganggukkan kepalanya, setelah itu dia berkata - "aku tidak memiliki apa yang kau miliki karena seharusnya memang manusia tidak memiliki hal tersebut" - sejujurnya aku tak paham.
Namun ada satu kata yang begitu familiar, kata itu adalah 'manusia'. apakah aku pernah mendengarnya di suatu tempat? oh. aku ingat, aku pernah menemukan kata itu di buku yang ketika kecil pernah aku baca.
manusia.. mereka adalah sebuah makhluk mitos yang hanya ada di buku cerita anak anak dan dongeng orang tua. bagaimana ia bisa ada disini? apakah dia tersesat? aku mengerjapkan mataku lagi untuk mengingat satu hal. dan sesuai harapan, sesuatu muncul di kepalaku.
"nn.. oh! na..aa! " - aku memberikan gesture rumah dengan kedua tanganku. ini memerlukan usaha yang banyak untuk berkomunikasi dengan dirinya mengingat kita berdua sama sekali tak bisa berkomunikasi dengan cara nya masing masing.
aku dan para elf lainnya menggunakan cara kalbu atau bahasa hati, kami para elf jarang berkomunikasi menggunakan suara.. kami lebih cenderung melakukan nya dengan batin kami dan tatapan mata.
ini ada banyak faktor yang membuat kami tidak boleh banyak bersuara. pertama, dewa tidak suka mendengar suara elf, jika dewa mendengarnya maka dewa akan marah. kedua, banyak sekali predator yang hidup di kawasan kami, membuat kami tak boleh membuat kebisingan ataupun keributan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Elves [ LeoEstes] - END
FantasíaPenulis Leo terjatuh kedalam sebuah sumur kering yang berada di basemen Rumah tua peninggalan kakeknya. ia pikir ketika dirinya membuka mata, ia akan segera menemui ajal nya, namun secara ajaib nan tiba tiba setelah mendapatkan kembali kesadarannya...