(8) Pindahan

1.5K 122 14
                                    

Don't forget to vote and comment⚠️

*

(Sebelum membaca alangkah baiknya memberikan vote dan komenannya)

Happy reading--

enjoy guys,

enjoy guys,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-


Pagi ini sekitar pukul 8 rafka dan juga vera telah sampai dirumah minimalis modern satu lantai atas nama rafka sendiri yang diberikan oleh hendra dulu.

Vera menatap bangunan tersebut dengan wajah cemberutnya "Yakin nih cuma tinggal berdua doang? Udah ni rumah kecil gak ada balkonnya lagi.." keluhnya dengan wajah kusut.

Rafka tersenyum tipis "yaudah, ikut aja kenapa sih. Kamu mau tidur dijalan kayak gelandangan gitu? Iya?"

"Lo ngusir gue ya bangsat?"

Rafka menggeleng "cuma nawarin"

Vera memutar bola matanya malas "buka buru ni pintu, gue mau rebahan. Atau mau gue dobrak!"

Cowok itu menganggukkan kepalanya kemudian mengeluarkan sebuah kunci rumah dari dalam sakunya lalu membuka pintu tersebut.

Setelah terbuka tanpa basa basi langsung masuk begitu saja dan membaringkan tubuhnya pada sofa kecil diruang tamu yang berukuran sedang tersebut lalu memejamkan matanya dengan posisi tengkurap.

"Jangan tidur disitu, pindah ke kamar aja" ucap rafka yang masih menyeret beberapa koper besar milik gadis itu.

"Gue ngantuk ka, capek! Males mau jalan lagi ke kamar" keluhnya namun masih dengan memejamkan kedua matanya.

Rafka pun berjalan meninggalkan vera yang mulai terlelap, ia berjalan menuju kearah kamarnya dengan menyeret beberapa koper besar. Setelah selesai cowok itu kembali lagi kearah ruang tamu menghampiri gadis itu disana.

"Vera, ayo pindah ke kamar aja!" ucap rafka sambil menggoyangkan pelan lengan gadis itu yang menjadi tumpuan.

"Enghh apaan sih anjir, lo gak denger yang tadi gue ucapin hah?!" kesal vera dengan paksa mendudukkan dirinya walaupun matanya masih tertutup rapat.

"Ini kursi kayu vera, tubuh kamu bisa sakit-sakit kalau tidur disini. Aku gendong mau??" tawarnya.

Vera menggaruk-garuk lehernya karena gatal dan tanpa membuka matanya sama sekali, namun ia dapat mendengarkan jelas ucapan rafka tadi.

History of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang