Lelaki itu berjalan di lorong sekolah dengan santai. Sesekali tersenyum ketika di sapa oleh teman yang mengenalnya, tanpa sadar dengan tatapan mengagumi dari para perempuan yang melihat senyum menawan itu.
Dia Auri, Auri Argan. Seperti itu nama yang tertulis di seragamnya.
Melanjutkan langkahnya menuju loker Auri masih saja terkejut ketika melihat isi di dalamnya.
Sebuah bunga Anyelir merah menyapa di setiap paginya, tidak lupa dengan note yang tertulis'Semangat Kak Auri'
by: ADS
Melihat itu Auri menyimpannya kembali lalu mengambil seragam olahraga seperti niat awalnya tadi.
Di sekolah Kharisma Bangsa ini Auri memilih melanjutkan studinya walaupun swasta sekolah ini terkenal dengan muridnya yang berprestasi bahkan untuk masuk saja harus mengikuti beragam tes layaknya masuk universitas namun Auri berhasil masuk disini. Dan sampai sekarang Auri masih bertanya mengapa bisa seseorang menyukainya? Padahal ia tidak setampan Taufik dan sepopuler Taufik bahkan mungkin kalau dibandingkan Auri menang pintar saja itupun tidak jauh-jauh amat karena yang keduanya itu juga Taufik. Jadi kok bisa ia sampai di kagumi diam-diam seperti ini?
"Auri..." Teriak sahabatnya Taufik.
Auri hanya mengangguk mengerti ketika Taufik memberikan kode bahwa dia menunggu di lapangan.
Setelah berganti Auri dengan sedikit berlari menuju lapangan. Ternyata ia terlalu lama melamun memikirkan bunga Anyelir merah yang ada di lokernya pagi ini hingga Pak Rudi guru olahraga mereka sudah ada di lapangan.
"Lama banget lo Ri udah kaya cewe aja!" Bisik Taufik kesal, pasalnya dia sudah lama booking barisan belakang agar bisa cuci mata melihat adik kelas pikirnya.
"Kaya cewe aja lo marah-marah mulu!" Balas Auri tak mau kalah.
Taufik mendengus kesal dan bergeser agar Auri berbaris di sebelahnya.
Olahraga pagi ini memang digabungkan antara kelas X MIA dan XI MIA karena banyaknya siswa baru tahun ini. Sehingga setiap jam olahraga akan bergabung dengan kakak kelas maupun kakak kelas sesuai jadwal yang didapatkan tia kelas.
Murid perempuan yang semulanya mengeluh karena sudah lelah upacara ditambah lagi jam pertama olahraga mendadak menjadi anteng mengingat olahraga mereka di gabungkan dengan kelas XI MIA yang terkenal dengan kakak kelas yang isinya ganteng dan cantik.
"Ya...ampun Dinda Kak Taufik ganteng banget gak sih?" Pekik Dela tertahan.
Dinda yang secara reflek mengikuti arah tunjuk Dela mendadak terpesona dengan lelaki yang berada di sebelahnya.
"Kak Auri?"bisiknya namun secara naluriah Auri juga menoleh ke barisan Dinda yang juga sedang menatapnya, dengan cepat Dinda mengalihkan pandangannya pada Pak Rudy yang sedang menjelaskan teknik lari estafet.
.........................................................
Kelas olahraga berakhir menandakan waktunya istirahat, Dinda bergegas menuju kantin dengan semangat meninggalkan Dela yang masih sibuk menonton Taufik dan teman-temannya yang bermain basket.
Persetan dengan cowo ganteng sekarang yang dibutuhkan Dinda adalah makan yang banyak untuk mengisi perutnya yang sedari tadi protes minta diisi.
Ditengah makannya yang nikmat mendadak Dinda menghentikan makannya. Sekarang pikirannya tertuju pada Auri namun sialnya orang yang baru saja dipikirkannya itu mendadak muncul didepan dengan membawa semangkok bakso dan dengan santai duduk di hadapannya.
"Gue duduk disini ya Din" ucap Auri yang seolah meminta izin namun percuma karena dia duduk juga tanpa menunggu persetujuan dari Dinda.
Dinda hanya diam lalu kembali melanjutkan makannya namun kali ini dengan tempo yang cepat, dia ingin cepat dan selesai pikirnya.
"Kok gue baru tau lo juga sekolah disini Din?" Ucap Auri yang membuat Dinda tiba-tiba tersedak.
Dengan cepat Auri menggeser minumannya yang langsung di terima Dinda dengan cepat.
"Baru pindah semester ini kak"ucapnya dengan embel kak layak kakak kelas dan adik kelas.
Mendadak Auri merasa asing.
"Kak? Kaya baru kenal aja Din biasanya juga Auri doang"
Baru saja hendak menjawab Dinda mengurungkan niatnya ketika melihat Taufik yang berjalan kesal menuju Auri.
"Eh bangke lo kok ninggalin gue sih? Mana nggak bilang mau ke kantin lagi!" Ucapnya layak pacar yang ngambek. Taufik yang selalu bersama Auri layaknya sepasang kekasih ini sering kali membuat orang salah sangka contohnya dengan kata-kata seperti tadi sering kali membuat Auri bergidik ngeri mendengarnya.
Tak lama Dela muncul dengan senyum yang bertambah sumringah menuju meja Dinda lalu duduk disampingnya. Awalnya ia ingin protes seperti Taufik namun ia urungkan karena ada pujaan hatinya disini.
Tak menghiraukan Taufik Auri kembali memfokuskan diri pasa Dinda yang hampir menyelesaikan makannya. "Berarti baru masuk senin ini ya Din? Pantes gue baru liat! Oh iya gue tadi pagi liat truk barang yang berhenti samping rumah gue, gue baru ingat itu rumah lo" ucapnya panjang lebar.
"Iya kak" jawab Dinda singkat. Auri mengernyit heran, kenapa Dinda jadi semakin canggung seperti ini? Apa karena lama tidak bertemu?
"Eh iya Ri tadi gue mau nebeng nyimpan baju ganti di loker lo, eh gue kaget liat bunga anyelir disitu" celetuk Taufik yang kini sudah memakan bakso Auri hingga tak bersisa.
Mendengar itu bukannya menjawab Auri justru menjitak kepala Taufik yang sudak menghabiskan baksonya.
"Bunga Anyelir" celetuk Dinda dalam hati. Bunga itu mengingatkannya pada Auri yang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Fiksi RemajaCopyright©2018-All Right Reserved by Maulia diana Dinda dibuat jatuh cinta pada kakak kelasnya yang bernama Auriga . Kakak kelas yang tidak ada sama sekali kekurangannya dimata Dinda, namun harapan Dinda harus pupus ketika mengetahui kak Auri sudah...