10⁰ + 3 + 10

2.4K 220 21
                                    

Formulir Pendaftaran Sekolah TK Sunshine

Data diri

Nama : Lee Junho
TTL    : 6 Juli 20xx
Alamat : Jl. X no.29, Gwangju

Nama Ayah : -
TTL : -
Alamat : -
Pekerjaan : -
No. Telp : -

Nama Ibu : Lee Haechan
TTL : 6 Juni 199x
Alamat : Jl. X no.29, Gwangju
Pekerjaan : Kasir
No. Telp : +82 xx xxx xxx

Jeno melajukan mobilnya dengan cepat tapi bukan menuju ke alamat yang tertera dalam formulir pendaftaran sekolah Lee Junho. Ia berhenti di seberang minimarket. Bangunan di depannya tidak berubah, masih sama persis seperti terakhir kali ia datang ke sana. Kurang lebih 5 tahun yang lalu, ia dan Haechan sempat mengobrol di tempat ini. Saat itu Haechan masih dalam jam kerjanya.

Mengetahui data pekerjaan Lee Haechan di dalam formulir membawanya ke tempat kini ia berada. Bangunan tersebut persis seperti minimarket pada umumnya. Di mana dinding depannya full kaca yang membuat Jeno dapat dengan bebas mengamati aktivitas yang terjadi di dalam minimarket. Ia tidak perlu turun dari mobil untuk melihat semuanya.

Hatinya berdesir, jantungnya tiba-tiba harus bekerja dengan keras. Pemandangan di depannya sungguh sulit dipercaya. Perempuan yang dulu sempat menjadi pendamping hidupnya kini berada dalam pandangannya. Perempuan itu tidak sendiri, ia tengah tertawa bersama seorang pria kecil yang kemarin memperkenalkan diri padanya sebagai Nono. Dua objek yang tengah menjadi fokus Jeno tampak sedang melakukan kegiatan belajar mengajar. Di sana Haechan seperti sedang mengajari Junho, entah itu membaca, menulis, atau bahkan berhitung. Mereka berdua sesekali terlihat bertepuk tangan bersama. Mungkin saja Junho berhasil menyelesaikan soal dari Haechan.

Menyadari bahwa ia masih harus memastikan sesuatu, Jeno pun mengetikkan nomor di ponselnya lalu menekan ikon telepon sembari terus memperhatikan Haechan dan Junho. Sementara itu tepat ketika telepon tersambung, di seberang sana si perempuan objek fokus Jeno tengah mengangkat telepon.

"Halo.."

Begitu suara di seberang menyahut, Jeno terdiam sejenak. Mengatur napasnya yang mendadak sesak.

"Halo.." Lagi. Suara di seberang sana menyahut. Tersadar Jeno buru-buru mematikan sambungan teleponnya.

"Jadi..dia putraku.."

~~~

"Mungkin salah sambung.." Gumam Haechan, ia pun kembali fokus pada Junho yang masih menyelesaikan soal hitungan sederhana darinya. Kebetulan jam-jam seperri ini toko memang sepi. Ia pun memanfaatkan waktunya untuk mengajari sang putra.

Berbicara tentang Junho, sejak kemarin malam putranya itu memang merengek. Menolak untuk masuk sekolah di hari ini karena sekolah tengah mengadakan perayaan hari ayah. Junho menyampaikan bahwa ia tidak mau berangkat karena tidak ada seseorang yang ia sebut ayah untuk ikut bersamanya.

"Kan ada Ibu, Nono bisa rayakan sama Ibu nanti di sekolah.."

"Tidak mau Ibu, tidak mau..satu kali ini saja. Nono janji tidak akan nakal lagi Ibu.."

"Nak, bolos kan tidak baik. Nono kan anak Ibu yang baik, jadi___"

"Huaaaa, pokoknya tidak mau. Nanti teman-teman ejek Nono lagi Ibu..tidak mau, nanti di sini sakit Ibu.." Tangis Junho pecah. Menunjuk bagian dadanya. Memberitahu sang Ibu bahwa hatinya sakit mendengar ejekan dari teman-temannya.

Mengingat hal semalam membuat hati Haechan kembali teremas. Apalagi mengetahui bahwa putranya sering mendapat ejekan dari teman-temannya. Sebagai seorang ibu tentu saja hatinya merasa terluka. Putranya bahkan tidak tahu apa-apa tapi ia juga harus menanggung akibatnya.

DUNIA NONO [NOHYUCK] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang