Kotak Amal

16 1 0
                                    

Lingkungan Pandanwangi terletak di kelurahan Sumbermakmur, sebuah wilayah yang cukup padat penduduknya. Anekaragam mata pencaharian penduduknya, mulai ASN, buruh, pedagang, pengusaha, tukang tambal ban,tukang cukur, bahkan tempat bromocorah, wanita berprofesi PSK, pengedar barang terlarang alias narkoba, penjudi dan lain sebaganya. Lalu lalang penduduk dengan berbagai aktivitas tersebut membuat penduduknya tidak begitu saling peduli dengan status pekerjaan, yang penting dapat uang dan bisa makan sehari-hari. Tidak demikian dengan pekerjaan yang ditekuni Pak Jahrun yang biasa dipanggil Pak J tersebut, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang cukur di tempat tinggalnya pinggir jalan kelurahan tersebut.

Pelanggan Pak J mulai dari anak-anak hingga orang tua, model rambut terserah pelanggan, ditempat kerjanya Pak J sudah terpampang foto-foto model atau gaya rambut. Ongkos tidak terlalu mahal dan mudah dijangkau menyebabkan banyak orang mencukur rambut disitu. Salah satu pelanggan Pak J yaitu Ustadz Harun, tokoh agama sekaligus da'i di daerah itu. Sudah tiga tahun terakhir ini Ustad Harun sering mampir ke Pak J untuk mencukur rambutnya. Ada pemandangan yang menarik di tempat potong rambut milik Pak J tersebut, yaitu kotak amal yang ada dekat pintu masuk ruangan tersebut. Perhatian Ustadz Harun tertuju pada kotak amal tersebut, apalagi kotak amal tersebut hanya ditaruh ketika bulan Ramadhan tiba. Ada keinginan Ustadz Harun untuk ngomong-ngomong dengan
Pak J, tapi rupanya beliau masih mencari waktu yang tepat.

Suatu hari Ustadz Harun datang hendak potong rambut, assalamualaikum Pak J," sapa sang ustadz," waalaikummusalam Pak Ustadz, mari silakan duduk," jawab Pak J ". Sambil menunggu gilirannya, Ustadz Harun terus memandang sekelilingnya sambil melihat kotak amal itu. Ini pak bayarnya sambil menyodorkan uang sebesar Rp.12.000, "ucap salah seorang pelanggan yang sudah selesai, " terimaksih, jawab Pak J ". Uang tersebut dimasukkan kelaci oleh Pak J sepuluh ribu sedangkan yang duaribu ditaruhnya di kotak amal tersebut. Mari Pak Ustadz, " pinta Pak J ", lalu ustadz Harun mengambil tempat yang telah disediakan tersebut. Disela-sela sedang bercukur itu, Ustadz Harun sempat ngobrol ringan dengan Pak J. Maaf Pak J", sehari dapat berapa ?" tanya sang Ustadz, "minimal seratuslimapuluh ribu bersihnya, sisanya saya taruh di kotak amal itu," jawab Pak J. Syukurlah Pak J, ditengah ekonomi sulit seperti ini, sulit mendapat uang sebanyak itu dalam sehari-hari, bahkan ada sebagian saudara kita yang terpaksa harus mencuri untuk mendapatkan uang, tak diperdulikannya itu uang masyarakat, bahkan tidak tanggung-tanggung kotak amal di masjid dan musholla juga diangkut, mudah-mudahan Allah menjauhkan kita dari itu semua, " kata-kata sang Ustadz". Begitu mendengar kata mencuri kotak amal di masjid, Pak J langsung terdiam sejenak. Melihat Pak J hanya terdiam, Sang Ustad segera menutup pembicaraannya. Mohon maaf Pak J kalau saya tadi banyak berbicara, sekali lagi mohon maaf, " pinta Ustadz Harun. Mendengar permintaan maaf sang Ustadz, Pak J hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala pertanda membenarkan ucapan sang Ustadz. Selesai bercukur, Pak Ustadz menyodorkan uang sebagai ongkos sebesar limapuluhribu, ini ongkosnya Pak J ",bawa saja semuanya, tidak usah dikembalikan sisanya, " ucap Ustadz Harun. Sambil matanya berkaca-kaca, Pak J menerima uang tersebut, terimakasih Pak Ustad. Ada perasaan yang lain Sang Ustadz terhadap Pak J melihat sikap Pak J yang tiba-tiba berubah. Ustadz Harun berlalu meninggalkan tempat itu, sementara itu Pak J duduk seolah termenung usai mendengar tausiah singkat Ustadz Harun.

Baru saja melangkahkan kakinya tak jauh dari tempat Pak J, tiba -tiba terdengar suara orang-orang berteriak, "maling-maling, tangkap dia, pukul sampai benjol, jangan kasi ampun, seret dia ke Balai kelurahan, hantam dulu, kurang ajar, pencuri tak tahu diri, di masjid saja berani maling apalagi di rumah orang, "teriak sebagian orang-orang itu". Sebagian dari mereka ada yang berkerumun, " segera bawa ke kantor polisi, kasihan jangan dipukul, uang kotak amal tak seberapa, mungkin dia terpaksa mencuri,"sahut yang lain. Tak ketinggalan istri dan anak Pak J si Basri yang kelas tiga SMP itu bergegas menuju tempat kejadian. Kecil-kecil sudah mencuri apalagi kalau sudah besar, kotak amal lagi yang diambil, mending jumlahnya banyak bisa beli motor, dasar anak tak tahu diri, wah bahaya ini kotak amal di tempat saya," kata-kata yang dilontarkan istri Pak J. Pak, itu lihat anak yang mencuri kotak amal, apa tidak sekolah ya, wah bisa-bisa dipecat kalau dia masih sekolah, bikin malu orang tuanya nanti,"ucap Basri pada bapaknya.Pak J hanya terdiam sambil melihat orang-orang dari kejauhan. Terlihat Ustadz Harun mendekat dan mencoba menenangkan orang-orang. Untunglah petugas keamanan segera datang dan membawa si pelaku yang sudah dapat pukulan warga itu ke kantor Polisi.

Kotak AmalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang