🎶 Playing Song : Moon Myung Jin - Crying again 🎶
“Sejatinya, hidup hanya menunggu mati.“
—Regi Sabiru
HAPPY READING
.
.
.
.
.—Review chapter sebelumnya
“You deserve to be happy.”
“Sakit ... Gua gak kuat ...”
“Kesini cepet, Regi ... Regi ... Gua takut ... Regi, dia ...”
•• Another pain ••
Ketika lorong rumah sakit mulai lengang, saat itu pula bunyi sirene mobil ambulan datang—membuat beberapa perawat lekas berlari keluar.
Di sana, terlihat sesosok anak muda dengan mata yang tertutup rapat serta wajah yang begitu pucat. Bahkan, beberapa darah menempel di baju.
Begitu cepat, brankar tersebut didorong oleh beberapa orang yang diiringi oleh air mata. Tak ada bahagia, hanya ada duka dan luka yang seolah tersirat dari setiap sudut mata mereka yang menitihkan air mata.
“Maaf, keluarga pasien harus menunggu di luar,” tukas seorang perawat yang sedang menahan dada bidang remaja dengan deraian air mata yang hendak ikut masuk ke dalam ruang.
“Bim...”
Remaja lelaki itu adalah Bima. Penampilannya yang sudah berantakan, keadaan yang jauh dari baik-baik saja—Bima lekas mundur dengan langkah gontai.
Usapan di bahu kirinya membuat Bima semakin terisak—menundukkan kepala dengan tangan yang mengepal—berkali-kali meninju dinding yang nyatanya tak pernah tahu apa-apa.
Suasana menjadi haru, tak ada bising suara yang mengganggu. Hanya saja ketiga remaja lelaki itu terdiam membisu, tangan yang mengepal pun berkali-kali mengusap air mata yang jatuh.
Regi sudah bagaikan jiwa dan raga mereka. Ketika jiwa serta raga itu hancur dan terluka, maka mereka ikut merasakan sakitnya.
Bahkan saat dunia benar-benar tak perpihak pada Regi, mereka akan menjadi perisai pertama—melindungi lelaki itu. Meski nantinya nyawa yang akan menjadi taruhannya.
“Gimana? Gimana kalau Regi gak selamat? gimana kal—
“Bim...!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Pain (END) ✔
Ficção Adolescente[COMPLETED] [BELUM DI REVISI] Mereka pernah berkata, jika rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. Mereka juga pernah berkata, jika keluarga adalah orang pertama yang akan menghantarkanmu pada kebahagiaan. Tapi baginya semua itu adalah dusta. Jus...