Sudah seminggu sejak kepulangannya ke istana. Louis merindukan teman baru nya yang dingin itu, walau menyebalkan. Louis ingin bermain seperti saat berada dikediaman tuan Allard bersama Dave.
"Yang mulia, maaf mengganggu. Tapi sekarang adalah waktunya anda mengahadiri kelas berpedang." Ucap Antonio, butler istana louiver, istana untuk putra mahkota Finiz.
Lagi-lagi Louis menghela nafas berat. Lalu berjalan keluar kamarnya yang diikuti oleh antonio.
"Ada apa yang mulia? Apakah ada sesuatu yang mengganggu anda?"
Louis melihat keluar jendela besar itu, taman kesayangan ratu issabele, ibunya Louis. "Pasti menyenangkan bermain diluar bersama Dave." Gumamnya.
Antonio menatap bingung. "Maaf yang mulia, apakah ada yang bisa saya bantu?"
Louis menggeleng. "Ayo kita hadiri kelas yang membosankan ini."
"Ini kelas yang penting untuk anda, yang mulia. Tolong jangan berkata seperti itu. Yang mulia ratu pasti akan sedih mendengarnya."
Huft, para orang dewasa selalu saja menuntut sesuatu pada Louis. Dia kan masih berumur 6 Tahun. Bagaimana bisa dia harus ahli dalam berbagai hal. Menjengkelkan.
.
."Tolong Fokus yang mulia, saya tidak akan bersikap lembut karena anda adalah seorang putra mahkota." Ketus Peront Frans kepala ksatria utama istana. Dia bertugas sebagai pelatih pedang Louis. Dari dulu ketua dari ksatria utama istana wajib menjadi pelatih putra mahkota.
TRANG!!!
Peront menjatuhkan pedangnya, ah tidak. Louis menahan serangan Peront di detik-detik terakhir dan melakukan serangan balik dengan mengerang titik lemah Peront.Peront tercengang. "Saya kaget karena kemampuan berpedang anda meningkat sangat pesat sejak terakhir kali kita berlatih. Padahal anda sempat hilang dan pastinya tak berlatih pedang. Haruskah saya anggap ini sebuah kegeniusan?" Ungkap nya bangga pada satu-satunya murid yang dia latih.
Louis tersenyum puas. "Sebenarnya, itu teknik berpedang yang di ajarkan teman baruku saat aku hilang beberapa waktu lalu." Ucap nya bangga karna membahas Dave, 'teman' baiknya. Hmm, mereka memang berteman bukan? Atau apakah Dave belum menyetujuinya? T_T
Peront menatap bingung. Menerka-nerka siapa sebenarnya teman baru Louis. "Maaf, siapa sebenarnya teman baik anda itu, pangeran?"
Louis menggerakkan tulunjuknya, mengarahkan Peront untuk merunduk. "Dia adalah, pangeran dari Agily."
"Ah putra mahkota yang hilang itu." Peront tampak tak percaya. Bagaimana bisa seorang pangeran yang hilang saat umur 1 tahun, memiliki kemampuan berpedang seperti itu. Dia berani bertaruh bahwa pangeran itu bahkan kewalahan bertahan hidup sendirian. Tapi entahlah, mungkin keturunan raja memang berbeda.
"Baiklah pangeran, kelas hari ini cukup sampai disini."
.
."Makanlah yang banyak, sayang." Ucap ratu sambil meletakkan beberapa tambahan makanan ke piring putra mahkota. "Kau tampak lesu, apa terjadi sesuatu?" Tanya ratu issabele khawatir karna anaknya terlihat murung sejak kemarin.
Louis menatap ibunya dengan puppy eyes nya. "Aku sa~ngat kesepian."
Ratu issabele melemah melihat sikap lucu putranya. "Lalu apa yang anak ibu ini inginkan. Berhenti bersikap lucu dan katakan apa mau mu." Ucap ratu issabele sambil menyeka mulut Louis.
"Ekhem, baiklah aku tahu apa maksudmu ini. Aku dengar kau bertemu dengan putra mahkota Agily saat kejadian 'itu'." Ucap raja Edward, Matahari Finiz.
Louis tampak bersemangat. "Benar yang mulia, dia menyelamatkan saya saat itu..." Louis menceritakan semuanya, saat mulai dia terpisah dengan pengawal dan kehutan lalu dikejar serigala gila yang besar sehingga Dave dengan berani menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]
Historická literaturaCerita romance historical sederhana yang memiliki alur cerita ringan. Bisa dibaca tanpa emosi dan tidak melelahkan pikiran. Semuanya berjalan sesuai ekspektasi, tebakan dan harapan pembaca. Tidak ada tokoh antagonist yang berarti, tanpa teka-teki da...