{26}

748 38 0
                                    

Selepas dua hari tiga malam berada di rumah orang tua Zira hari ini mereka akan pergi ke kediaman orang tua Fiqri. Zira akan tinggal disana mengikuti sang suami.

Barang-barang yang akan di bawa sudah di siapakan semalam dan sudah di pindahkan ke dalam mobil.

"Bunda," Zira menghambur ke pelukan sang bunda, "Malu loh itu kamu di lihatin suami kamu,"ucap bunda sambil mengusap kepala sang putri.

"Zira masih boleh kesini kan?,"tanyanya.

"Boleh dong, nduk. Rumah ini akan terbuka dua puluh empat jam buat kamu jadi kalau kalau kamu mau kesini ayah sama bunda pasti bakal nerima dengan senang hati,"ucap bunda.

"Iya, kamu kan anak ayah sama bunda masa anak mau ke rumah orang tuanya gak di bolehin," timpal sang ayah.

"Bunda sama ayah sehat-sehat ya. Kasih kabar terus ke Zira. Ayah jangan terlalu cape-cape kerjanya. Bunda juga kalau udah cape ngerjain pekerjaan rumah sendiri lebih baik mempekerjakan pembantu,"ucap Zira.

"Iya,nduk. Kamu juga sehat-sehat disana ya. Bunda kayanya bakal nengokin kamu satu bulan dua kali deh kesana sekalian kajian,"ucap bunda.

"Kaya santri di jenguk sama orang tuanya ya,"ucap ayah yang membuat bunda dan Fiqri terkekeh.

"Kamu jangan nakal-nakal disana ya. Kamu harus patuh dan taat sama suami ya,nduk. Bunda tunggu kabar baik kehadiran calon cucu bunda,"ucap bunda. Zira mengangguk sekaligus mengamini ucapan sang bunda.

Zira melepas pelukannya dan kini ia beralih memeluk sang ayah, "Aduh ayah dapet kebagian di peluk nih,"ucap ayah.

"Ayah," ayah tertawa mendengar rajukan putrinya.

"Kamu jaga diri disana ya. Dengerin apa kata suami kamu. Jadilah seorang istri yang mampu menyejukkan hati suami jangan pernah membangkak padanya ya,nak. Ridho kamu kini bukan lagi pada ayah dan bunda tapi kini ada pada suami mu. Kunci surgamu kini ada padanya maka jadilah sebaik-baiknya seorang istri ya,nak," nasihat ayah pada putrinya.

Zira mengangguk dalam pelukan itu, "Zira mohon doanya ya, yah agar Zira mampu menjadi istri yang menyejukkan hati suami,"ucap Zira.

"Doa ayah dan bunda selalu menyertai kamu dan rumah tanggamu,"ucap ayah sambil mengelus kepala sang putri lalu menciumnya.

Zira melepas pelukan itu, "Zira sama kak Fiqri pamit ya bunda, ayah,"ucap Zira lalu mencium punggung tangan orangtuanya secara bergantian.

Diikuti dengan Fiqri yang juga mencium punggung tangan sang mertua, "Bunda titip Zira ya,nak. Bunda mohon bimbing dan jaga putri bunda,"ucap bunda saat Fiqri mencium punggung tangan ibu dari sang istri.

Fiqri mengangguk, "Insyaallah fiqri akan menjaga dan membimbing putri bunda. Mohon doanya bunda,"ucap Fiqri yang di balas anggukan oleh bunda.

"Fiq, ayah mohon jaga putri ayah ya. Ayah tau kamu mampu dan tau bagaimana memuliakan seorang istri,"ucap ayah saat Fiqri mencium punggung ayah mertuanya.

"Insyaallah yah, fiqri mohon doanya untuk Fiqri dan untuk rumah tangga kami,"ucap Fiqri.

"Doa ayah untuk kamu dan rumah tangga kalian,"ucap ayah lalu menepuk bahu Fiqri dan membawa menantunya itu ke dalam pelukannya.

"Jaga putri ayah ya,"ucap ayah sekali lagi yang membuat Fiqri mengangguk.

Kedua laki-laki itu lalu melepas pelukannya, "Kami pamit, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Hati-hati di jalan. Salam untuk keluargamu, fiq."

🦩

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang