"KENAPA KALIAN HANYA DIAM SAJA?! CEPAT BAWA RADEN KE RUMAH SAKIT!" Qila menatap ke dua anaknya yang hanya diam melihat semuanya."B--bunda bund--aakhh sakit," Raden memegang tangan Qila yang tengah menyangga tubuhnya.
"Tahan sayang, tahan sebentar ya, kita ke rumah sakit Sekarang."
"Rad--en Raden sayang bunda, j--ja--an benci Rr--aden lagi bunda. Maaf."
"Bunda gak benci sama kamu sayang, kamu anak bunda, bunda sayang sama kamu, bertahan ya nak bunda tau kamu kuat ya," dengan mata yang terus meneteskan Air matanya Qila berusaha menenangkan Raden.
"Raden ud--ah g--gak kuat lagi, Sa-sakit bund." Raden mencengkram dadanya lebih kuat. Di dalam hati Raden sudah berdoa supaya Raden bisa bertahan.
"TARA, CALVIN! KENAPA KALIAN HANYA DIAM SAJA!"
Tara tersentak kaget, dia segera berlari ke arah Qila dan Raden, dia mengambil tubuh Raden dari pelukan Qila dan menggendongnya. Tara, Qila dan juga Calvin yang ikut berlari ke luar rumah, masuk ke salah satu mobil yang selalu siap jika ada keadaan darurat seperti ini.
Mobil itu melaju dengan kecepatan penuh membelah jalan yang ramai itu. Di dalam mobil Raden sudah terduduk lemah tak berdaya dengan Calvin dan Tara di kedua belah sisi Raden, dan Qila yang duduk di samping pengemudi.
Raden memaksakan membuka mata sayunya perlahan, tangannya yang bergerak untuk menggenggam tangan Calvin.
"Maaf bang, gue gak punya apa-apa buat Nebus semua dosa gue selama ini, maaf karena ke lahiran gue keluarga kalian jadi berantakan, gue sadar kok bang, seharusnya gue gak pernah menginjakan kaki gue lagi ke rumah kalian," ucap Raden lirih sekali, dia merobek ujung baju yang dia kenakan setelah itu terlihatlah se gumpalan perhiasan yang berwarna perak itu, Raden memberikan satu untuk Calvin, dan Tara.
"Hanya ini yang gue punya bang, tolong di terima ya, jangan di buang," setelah itu Raden memejamkan matanya dengan erat mencengkram dadanya yang masih terasa sakit.
Calvin memakai kalung pemberian Raden itu ke lehernya, sedangkan Tara mengantongi barang pemberian Raden karena mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti tepat di depan pintu masuk rumah sakit.
Di sana sudah ada Affan yang berdiri di depan pintu bersama dengan dokter yang lainnya, termasuk Seiji mereka langsung saja membawa Raden ke ruang penanganan.
"Jadi kalian keluarganya si Raden?" Arik berdiri di hadapan Tara, Calvin dan juga Qila. Arik sudah berusaha mencari Raden kesana kemari namun tidak menemukan Raden sama sekali, ternyata Raden nekat pulang ke rumahnya dulu, dan lihatlah dia kembali dengan tubuh yang sudah berlumuran darah seperti itu.
"JAWAB!"
Qila mengangguk setelah itu dia membuang mukanya.
"Gue aja yang bukan anak kalian merasa kecewa, gimana sama Raden yang udah kalian buang!" Arik mendorong tubuh Tara ke belakang, tidak ada perlawanan dari Tara karena dia juga merasa sangat bersalah.
"Apa kalian pikir setelah kalian buang Raden, Raden bakalan hidup dengan tenang? Bakalan ada yang adopsi dia, ngurus dia, NGGAK! Selama ini dia hidup sendirian di luaran sana sedangkan kalian malah bersenang-senang dengan harta kalian! Selama ini dia selalu sendirian, dia gak punya teman sama sekali, dia bener-bener hidup sendirian bangsat!"
Arik sudah tidak tau lagi harus bagaimana menyikapi mereka, dan Arik pun meluapkan semua emosinya dengan memukul dinding rumah sakit hingga tangannya berdarah.
"Selama ini gue udah berusaha buat melindungi Raden biar gak terluka sedikit pun. Tapi kalian, kalian keluarganya sendiri malah bikin Raden kaya gini, kalian gak pernah mikir hah gimana sedih dan sakitnya Raden yang selalu dia sembunyikan selama ini!" Ucap Arik sembari menangis.
"Berhenti nangis Bund, percuma Bunda nangis seperti ini. Semuanya udah kejadian. Dan Raden udah ketemu bunda kan? Sekarang kita cuma menunggu apa arti 'pulang' yang Raden maksud."
Plakk
"Kamu pikir waktu kamu ngomong kaya gitu Bunda diam saja hah? Bunda juga memikirkan Raden key, Bunda memikirkan anak bunda, tapi bunda gak bisa ngelakuin apa-apa karena mertua Bunda ada di rumah key!"
"Kalo emang bunda sayang sama Raden, seharusnya Bunda gak pernah merasa terhalang sama mertua Bunda buat cari Raden," ucap Keyala.
"Cukup! Jangan merasa Lo paling bener juga key! Selama ini siapa yang udah membohongi Raden hah?" Ucap Tara dengan lantang di hadapan Keyala.
"Lo itu cewek jalang, yang gak pernah cukup sama satu cowok! Lo udah deketin gue dan Lo juga udah deketin Raden!"
"Tapi gue ngelakuin itu juga punya alasan Tar! Gue ngedeketin Raden itu biar dia kembali lagi sama kalian! Gue yang lebih Deket sama Raden dari dulu! Gue kasian sama dia Tar!" Balas Keyala.
"TAPI CARA LO SALAH KEY!"
"TERUS GUE HARUS GIMANA HAH?! GUE HARUS LANGSUNG NGOMONG SAMA KALIAN KALO RADEN KANGEN SAMA KALIAN?! Sekarang gue nanya, kalo gue langsung ngomong kaya gitu, apa kalian bakal langsung jemput Raden?"
Tera terdiam, dia malah membuang mukanya ke arah lain, sepertinya Tara sudah cukup kecewa dengan Keyala.
"Gue dari kecil tau tar, tau kalo di rumahnya Raden itu setiap hari selalu di siksa sama kalian, di pukul, di cambuk, bahkan Bunda juga pernah mencaci maki Raden karena Raden sakit dan pingsan! Terutama Lo Tar! Lo yang paling parah menurut gue, gue pernah liat pake mata kepala gue sendiri kalo Lo pernah nempelin besi panas ke tubuh Raden. Waktu itu gue denger dengan jelas pas Raden menjerit kesakitan meminta Lo buat berhenti, tapi Lo seolah tuli Tar! LO GAK PERNAH DENGER JERIT KESAKITAN RADEN BUAT MINTA BERHENTI! KELAKUAN LO ITU LEBIH DARI IBLIS TAR!"
BUGHH
Arik sepertinya sudah kalut dalam kesedihannya, dia memukul wajah Tara, Arik seperti membabi buta memukuli wajah Tara untuk melampiaskan emosinya, Arik tidak pernah menyangka jika semua ini terjadi kepada Raden, dia kira Raden itu yatim piatu bukan anak yang di buang seperti ini, Arik tidak membayangkan bagaimana kesedihan Raden selama ini menjalani hidup seorang diri di usianya yang masih di bilang muda.
Mereka semua tidak berani memisahkan Arik yang tengah kalut itu, mereka hanya berdoa jika Tara akan baik-baik saja.
"Anjing!"
Satu pukulan terakhir yang Arik layangkan ke wajah Tara itu cukup keras, tapi lihatlah Tara dia bangun sendiri duduk di atas kursi dengan kepala yang menunduk. Untuk yang pertama kalinya Tara merasa bersalah, benar yang di katakan oleh Keyala, sikapnya dulu itu seperti iblis.
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN
Teen Fiction❌NOT BxB❌ ❌NOT BL❌ Mereka itu HEBAT sekali, mereka bisa menyelamatkan ratusan bahkan ribuan nyawa orang lain. Tapi mereka belum tentu bisa menyelamatkan ku. Gak bisa bikin Deskripsi ges yok baja aja |Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya kawan|